"Cinta itu butuh ketulusan dan pengorbanan, bukan hanya obsesi dan ambisi untuk memenangkannya"
Author POV
'Tempat ini gelap mereka menyekapku, Helena andai kamu tahu ayahmu hanya ingin memanfaatkanmu' batin Ellio, sungguh ia ingin segera keluar dari tempat yang baginya neraka, tapi tidak bisa.
"Dengar... Kami akan menjadikanmu tumbal selanjutnya setelah korban yang telah kami tentukan mati. Tapi sayang sekali Ellio kau mengetahui kebenaran itu sebelum aku membunuhmu" Ucap Pria yang tak lain adalah Ayah Helena.
"Kau tahu, bahkan kekasihmu Adele adalah korban pertama dari permainan yang ku buat" Lanjutnya.
"Dasar bastard aku bersumpah suatu hari nanti pasti kebusukanmu akan terungkap. Lihat saja nanti kupastikan Leana tidak akan pernah tinggal diam, dan Adele beserta orang yang kau khianati akan membalasmu... DASAR IBLIS TIDAK PUNYA HATI" Teriak Ellio frustrasi dan geram.
"Cambuk dia, pria ini terlalu bawel" Ucap Ayah Helena, dan Bodyguard itu hanya menurut dan melakukan tugasnya.
"Ahh.. Bunuh saja aku, kupastikan arwahku tidak akan pernah tenang, aku akan membalasmu" Rintih Ellio.
"Tentu saja Ellio itu keinginanmu, tetapi Helena tidak akan tinggal diam, akan kubuat Princess ku itu tertidur untuk sementara Hahaha" Pria bernama Rudolf Grisham ayah dari seorang Helena Grisham.
"Sialan... Lihat saja Leana tidak akan pernah membiarkan hidupmu tenang" Teriak Ellio.
"Dan kau lupa bahwa sekarang Leana berada di kendaliku, dan bahkan Edward saja sudah tak berguna, dia tidak akan pernah bisa kembali ke jasadnya sebelum aku sendiri yang mencabut kutukan itu. Kau terlalu bodoh Ellio" Ucap Rudolf karena matanya telah di butakan oleh ambisi.
"DASAR PEMUJA IBLIS... Aaa" Ucapannya hanya mendapatkan balasan satu kali cambukan.
"Helena dan Leana kedua nya sama-sama berada dalam kendaliku HAHAHA"
At the Grisham family residence.
"Helena" Teriak Rudolf memanggil Helena.
"Permisi Tuan, nona Helena masih mengunci diri dikamar nya" Jawab salah satu pembantu di rumah tersebut.
"Okay" Jawabnya singkat, dan langsung melangkah menuju kamar Helena.
'Tok...Tok...Tok' (mengetuk pintu)
"Helena ini Ayah buka pintunya" Saut Rudolf.
"Ayah maafkan aku, aku tidak sadar jika Ayah pulang" Sapa Helena.
"It's okay, ada sesuatu yang kamu inginkan" Tanya Ayahnya menaikan sebelah alisnya.
"Syukur lah Ayah paham, Ayah aku mohon aku ingin keluar dari rumah... Sudah lama sekali aku tidak keluar rumah" Pinta Helena, Ayahnya tidak membiarkan Putri nya keluar dengan alasan yang kurang masuk akal, tapi Helena hanya menuruti perintah Ayahnya.
Flashback on
"Helen, jangan pernah keluar tanpa sepengetahuan Ayah. Hari ini Ayah memutuskan agar kau tetap di rumah, mungkin kamu harus private study" Sebuah peringatan yang memaksa Helena untuk berhenti sekolah.
"Ta...tapi apa alasannya? Mengapa aku tidak diperbolehkan untuk keluar?" Helena memikirkan kedepannya, karena bisa dipastikan bahwa ia tidak bisa diam-diam menemui Edward di rumah sakit.
"Ini semua aku lakukan demi keselamatanmu Helen, ada orang yang tidak menyukaiku bisa dibilang dia adalah musuhku. Ya, kamu tau Nak, dunia bisnis itu kejam, dia tahu kau memiliki kelebihan, sesuatu yang jarang dimiliki oleh setiap orang." Jelas sekali Rudolf membohongi Helena agar Helena tidak pergi mencari Ellio atau menemui Edward.
"Baiklah Ayah, tapi berjanjilah jika situasi nya sudah aman, biarkan aku kembali hidup normal" Pinta Helena.
"Tentu Dear" Rudolf tersenyum pada Helena, sebuah senyuman ketulusan yang di baliknya terdapat niat buruk.
Hari-hari pun ia jalani tanpa keluar rumah, semua kebutuhan ditanggung Ayahnya, dia hanya bisa bermain dengan teman gaibnya. Jauh di lubuk hatinya Helena merindukan Edward. Ya, selain kekasihnya, Edward adalah sahabat yang baik, bisa menerima Helena apa adanya, mencintai Helena... Bagi nya hidupnya hanya akan sempurna bila Edward selalu di samping nya, bisa tersenyum kembali... Sungguh Helena merindukan masa-masa itu, dia juga bahkan tidak bisa mencari Ellio lagi, Ellio yang selalu membantu Helena mencari Edward, Ellio yang membantu nya memecahkan suatu masalah, tapi Ellio juga bahkan belum kunjung pulang.
Teringat sekali di bayangan Helena, pada waktu itu Ellio bilang dia akan mengunjungi makam kedua orang tua nya, Ellio bahkan berjanji sesuatu pada Helena, entah apa yang akan dia katakan Ellio tidak pernah kembali.
"Ellio... Apa yang terjadi padamu? Apa benar kau di kurung?." Helena berbicara pada dirinya sendiri sambil meneteskan air mata, bahkan mata batinnya tidak bisa menembus keadaan Ellio sekarang.
"Helen, don't cry please. I always in your side" Sapa Jean, Jean adalah seorang anak laki-laki kira-kira dia meninggal di usia nya ke-14 tahun karena pembunuhan, dia adalah korban broken home... Bahkan dia tidak lagi dipedulikan oleh kedua orang tua nya. Ya, dia adalah salah satu teman gaib Helena.
"Tidak bisa Jean, saudaraku hilang, dia seperti adikku... Aku tidak bisa melakukan apapun tanpa nya, aku tidak bisa bertemu dengan Edward lagi" Air mata membanjiri pipi Helena, dia menangkupkan kedua tangannya diwajahnya.
"Tenanglah, suatu hari nanti pasti dia kembali. Pasti akan ada seseorang yang bisa menemukan Ellio" Jean mencoba menenangkan Helena, dia tersenyum pada Helena.
"Terimakasih Jean, aku harap begitu."
"Sekarang hapuslah air mata mu, andai aku bisa menghapuskan air mata itu untukmu, pasti sudah kulakukan sejak berteman denganmu, kamu adalah orang yang baik Helen. Terimakasih sudah mau menerima aku...eh maksudnya kami" Ucap Jean, karena ada satu gadis kecil, dan satu wanita yang sudah paruh baya melihat mereka berdua berbicara sejak tadi. Dan akhirnya wanita paruh baya itu, namanya Anne tersenyum pada Helena, dan gadis kecil bernama Emely pun tersenyum juga pada Helena.
"Terimakasih Helena, mau menjadi teman kami, dan membiarkan kami tinggal disini" Ucap Emely sambil tertawa kecil, yang menampilkan gigi ompong nya.
"Sama-sama, aku tidak akan bisa bertahan dirumah tanpa kalian" Balas Helena.
Flashback off.
"Helena, ini minum obat ini. Ayah, tahu akhir-akhir ini kamu drop." Dia memberikan obat pada Helena, dan Helena pun langsung menerima nya.
"Istirahat lah, kau bisa keluar tetapi di bawah pengawasan Ayah, tapi setelah meminum obat ini, minumlah ayah sudah mengambilkan air untukmu."
'Minumlah Dear, andai kau bisa bangun setelah ini dari pengaruh obat yang ku berikan, jadilah Puteri tidur untuk jangka waktu yang sudah ku tentukan' Batin Rudolf, melihat Helena yang sudah mulai lunglai setelah meminum obat tersebut.
"Well, selamat tidur Honey, kau bisa menemui Edward mu itu di mimpi" Rudolf hanya tersenyum jahat, melihat Helena tertidur.
"Apa yang kau lakukan pada Helena...." Teriak Emely, teman gaib Helena.
"Enyahlah kalian semua, pergi dari sini dengar kalau sampai ada yang berani menemui Helena lagi. Kupastikan kalian semua musnah" Rudolf mengusir semua teman-teman Helena, mereka pun langsung menghilang satu-persatu.
______________________________
At night 08.00 pm.
Leana POV
Malam yang dingin, aku hanya termenung di balkon kamar, Isel yang sejak tadi hanya mendengarkan musik dengan headset, dan sibuk membaca novel, hufft... Aku hanya diam melihat pemandangan malam, ya jujur aku sendiri takut, tapi sudahlah kata Isellia kalau aku melihat 'sesuatu' aku hanya perlu diam tidak boleh berteriak, ya ku akui sejak tadi ada beberapa yang lewat, karena kamarku di lantai dua... Jadi tidak masalah.
"Hey Leana" Sapa seseorang, aku pun menoleh ku pikir Isel, tapi suaranya seperti laki-laki.
"Kau... Edward. Kenapa kau ada disini? Bukankah kau koma? Jiwamu masih terikat kan pada jasadmu, sedangkan jarak rumah sakit dengan rumahku lumayan jauh." Aku ingat dia itu koma, tapi kenapa dia bisa kesini, dia bukan roh, beberapa hari lalu juga dia pernah menghilang begitu saja, ada yang aneh.
"Akan aku jelaskan, if you don't mind."
"Of course" Kasihan sekali Edward sekarang dia tidak bisa menemui adiknya lagi.
"Aku terkena kutukan, entahlah sepertinya ada yang sengaja melakukannya, aku kecelakaan Lea, setelah itu aku koma, sudah hampir 7 bulan aku koma." Jelas Edward
"Orang yang melakukan itu benar-benar keterlaluan, kamu tahu siapa yang melakukannya?" Tanyaku.
"Tidak, dulu Helena telah membantuku menemukannya, tapi sia-sia saja. Sekarang Helena pergi entah kemana." Jelas sekali wajah Edward terlihat murung.
"Helena? Siapa dia?" Tanyaku.
"Dia kekasihku" Jawabnya murung.
"Kemana dia pergi sebenarnya, kamu mau mencarinya?, Aku akan mencoba untuk membantu jika kamu mau" Ajak Leana.
"Tidak. Terimakasih, untuk saat ini aku ingin fokus mencari pembunuh Adele" Mungkin apa yang dikatakannya memang benar, Adele lebih penting.
"Oh hey" Sapa Isellia ternyata dia keluar kamar, karena menyadari aku sedang berbicara pada Edward.
"Hey Isel" Sapa Ed.
"Lea, kita harus pergi sekarang ke rumah sakit itu, mungkin kalau malam akan lebih mudah untuk kita menemukan petunjuk" Ujar Isellia.
"Tidak bisa Isel, mommy pasti akan mencurigai kita" Terangku, karena jika kami sering pergi malam pasti mommy akan curiga.
"Tapi besok Prom, Lea kita tidak bisa menunda" Apa yang dikatakan oleh Isel benar, hanya saja itu juga cukup berbahaya.
"Ellard pasti bisa membantu, biar bagaimanapun kita pasti membutuhkannya, Ellard bisa membaca pikiran orang lain" Aku menyebutkan Ellard karena dia sendiri bahkan yang dengan suka rela, menawarkan diri.
"Siapa Ellard?" Tanya Edward, oh ya aku sampai melupakan kehadirannya.
"Dia teman kami dan juga Adel, mungkin Ellard dapat banyak membantu kita" Ujarku.
"Oke baiklah aku menurut, Ellard adalah pria yang baik." Balas Isel, sebenarnya aku sendiri sedikit risih dengan Ellard, tapi biar bagaimanapun dia sudah baik, dan mau membantu kami.
"Maaf teman-teman aku harus pulang kerumah, kasihan mommy ku masih sedih tentang kematian Adele" Ujar Edward.
"Maaf Edward belum bisa menemui mommy mu, mungkin another day." Ucap Isellia.
"It's okay, bye" Dan Edward pun menghilang.
"Bagaimana dengan prom nya?" Tanyaku.
"Kau terlalu bersemangat sepertinya, aku tidak terlalu peduli, Ellard akan menjadi partner ku" Balas Isellia, aku rasanya ingin tertawa, dia benar-benar bersama Ellard.
"Tidak lucu, kalau boleh memilih aku lebih baik berdansa dengan paman Sam." Ya, dia adalah nama teman gaib Isellia di sekolah, seorang penjaga sekolah yang sudah paruh baya tapi sangat baik.
"Hm.. Iya aku mengerti haha"
TBC