Author POV
02.00 pm (jam 2 siang)
'Krinnggg' (entahlah cerita nya bunyi telfon rumah)
"Hallo, ada yang bisa di bantu" Tanya Lea
"Hikss, Lea Adel menghembuskan nafas terakhirnya satu jam yang lalu nak, aku tidak kuat untuk memberitahu mu langsung" Seketika Leana langsung membanting Telfonnya ke lantai, dan duduk lemas, air mata mulai membasahi pipinya.
"Lea, apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Ibu Adel.
"Aku akan segera kesana dengan Adikku" Lea langsung mematikan teleponnya.
"Kak ada apa?" Tanyal Isel padaku.
"Adel.. dia meninggal" Ucap Lea langsung memeluk Isellia.
"Aku tidak percaya ini, tidak mungkin. Pasti ada yang tidak beres, kita harus segera kesana" Balas Isel.
"Maksudmu?"
"Aku akan menjelaskannya." Leana hanya mengangguk, mereka langsung menuju kerumah sakit.
"Ma'am apa yang terjadi?" Tanya Leana.
"Dia mati tak sewajarnya nak, ada yang salah memasukkan obat, seperti sebuah kesengajaan" Jawabnya lemas
"Nak, kamu tidak tahu apa yang terjadi pada Adel, dokter mengatakan dia sudah mulai membaik, lalu beberapa jam kemudian dia kejang-kejang" Jelas Ayah Adel.
"Sudah kuduga ada yang tidak beres kak, dengan kematian Adel" Bisik Isellia pada Leana.
"Aku sudah berjanji Is, aku tidak bisa menentang janjiku ini, aku akan memenuhi nya aku akan membuka mata batinku" Balasku
"Tidak, kenapa kau mau mengambil resiko yang sangat besar" Isellia masih tidak setuju karena ide gila kakaknya.
"Andai bisa ku tutup mata batinku, pasti ku lakukan sejak lama, tapi tidak bisa. Kau malah mau membuka mata batinnya"
"Ini janjiku antarkan aku pada seseorang yang bisa membukanya"
"Baiklah jika itu yang kau mau, malam aku akan mengantarmu"
"Maaf kan aku kak, tadi aku tidak mengabari mu langsung, siang tadi aku langsung menemui pria itu" Isellia mencoba menjelaskan apa yang terjadi tadi.
"It's okay."
"Are you sure? Coba pikirkan lagi , aku takut kamu akan menyesal nantinya" Bagi Isellia itu adalah keputusan yang sangat besar dan berat.
"Aku sangat yakin" Jawab Leana, tatapan nya masih kosong melihat keluar jendela kamar, ya mereka selesai melakukan upacara pemakaman Adele.
"Berhentilah merenung, Adel tidak akan bisa tenang kalau kau masih belum bisa mengikhlaskan kepergian nya" Isellia mencoba menenangkan Leana.
"Kau sudah mengatakan akan mengantarkan aku, malam ini kita pergi, ku mohon berjanji lah sesuatu" Pinta Leana.
"Apa itu? Aku tak akan mengucapkan nya sebelum kau memberitahu ku"
"Berjanji dulu, ini permintaan yang mudah"
"Oke, apa itu? Tapi maafkan jika suatu hari aku tidak bisa menepati nya" Isellia mengatakan seolah-olah dia tahu apa yang akan dibicarakan oleh Leana.
"Jangan bilang pada mom atau dadd ya kumohon"
"Sudah kuduga kau akan bicara itu, tenang kak aku tidak akan bilang untuk saat ini, aku harap kau bisa membiasakan diri nanti nya" Jawab Isellia, bagaimanapun itu adalah keputusan yang sangat besar.
"Akan ku usahakan agar tetap terlihat seperti biasa" Jawab Leana enteng.
08:00 pm
"Mom, aku dan kak Lea. Kami pamit, kami ada urusan sebentar Mom, janji kami akan kembali sesegera mungkin" Isellia mencoba pamit pada Mommy.
"Well, kalian mau kemana" Tanya Daddy.
"Kami mau mengunjungi teman kami Dad, dan ada urusan sebentar" Jawab Leana agar Daddy nya tidak curiga.
"Okay.. Jangan sampai lewat malam sekali girls" Pesan Daddy.
"Take care" Balas Mommy.
Leana POV
Aku menyetir mobil, aku sudah berumur 17, well sebenarnya aku mendapatkan surat izin mengemudi khusus untuk pelajar, aneh kan, ya begitulah kira-kira aturan di negara ku, jadi aku di izinkan untuk membawa mobil sendiri, dengan syarat hati-hati.
"Jangan lupa gunakan earphone mu Isel, pejamkan matamu sebelum terjadi sesuatu yang tak di inginkan" Pesanku pada Isellia.
"I see" (aku paham)
Kami mempersiapkan dua earphone, aku bahkan tidak yakin apakah aku masih bisa menyetir sendiri ketika mata batinku sudah terbuka nanti, bahaya juga menyetir menggunakan earphone kan.
"Kau tenang saja kak, Alice akan mengantarkan kita pulang" Jawab Isellia, ya mungkin dia tahu kegelisahan ku.
(Alice adalah nama paranormal itu)
"Well, bagaimana dengan mobil kita?" Tanyaku.
"Tenanglah, kita bisa mengambil nya keesokan harinya"
"Oh okay"
"Kak .... Awas" aku pun langsung mengerem mendadak sehingga menimbulkan decitan.
"Ada apa huh? Kau mengagetkanku, bagaimana kalau kita kecelakaan" yang benar saja aku mengerem padahal tidak ada siapapun yang lewat, itulah yang terjadi jika Isellia membuka matanya.
"Kau hampir menabrak seorang ibu dan anak perempuan nya" Jelas Isellia.
"Tapi tidak ada siapapun, coba lihat lagi"
"Tapi tadi ada.." Isel menunjuk dan tidak ada siapapun.
Kami melanjutkan perjalanan mungkin Isel sedikit halusinasi, dan akhirnya kami sampai di rumah paranormal namanya Nyonya "Alice".
"Kau yakin ini rumahnya, seram sekali seolah-olah tidak di huni bertahun-tahun."
Rumah gaya Eropa, tapi terlihat sederhana dan kuno, sepertinya lama tak di urus.
"Tentu saja, aku tidak salah alamat" Balas Isellia.
"Apakah Alice tinggal sendiri disini" Tanyaku rumah itu cukup menyeramkan.
"Tentu saja tidak, dia tinggal bersama keluarga nya, dan banyak teman nya"
"Teman?" Ya ampun aku membayangkan betapa baiknya Alice mau menampung temannya.
"Teman tak terlihat" bisik Isellia di telinga ku, dan itu semakin membuat bulu kuduk ku merinding, aku membaca doa selama berjalan.
"Tenanglah mereka baik" Jawab Isellia.
"Hey, kalian sudah sampai, jangan takut kemari masuk aku sudah tahu kalian akan kesini" Sapa Alice.
"Ibu perkenalkan, ini kedua temanku" Dan kurasa Alice sudah gila dia berbicara pada kursi goyang, dan tidak ada siapapun.
"Kau belum bisa melihatnya Lea, tapi Isel bisa" Balas Alice dia melirikku, Dan kurasa dia tahu apa yang aku pikirkan, Isellia hanya membalasnya dengan senyuman.
"Mari kita keruangan yang sudah disiapkan seluruh keperluan untuk ritual nya" Ajak Alice.
"Bilang tidak jika kau tidak yakin, kurasa kau sudah cukup ketakutan" Balas Alice.
"Um.. tidak aku hanya sedikit gugup" Jawabku.
Kami duduk di kursi seperti melingkar, terdapat banyak lilin di sekitar kami, ada bunga dan kemenyan di meja, dan entah seperti ada kalung jam di tengah meja tersebut.
"Berpeganganlah, kau tak perlu takut Lea, ketiga orang itu mereka adalah kakak dan adikku, mereka masih hidup" Jelas Alice, meminta kami saling bergandengan, dan akhirnya aku menurut.
Entahlah saat Alice meminta memejamkan mata, aku merasakan genggaman kami meregang, seolah-olah ada yang mencengkram tanganku sehingga menempel di kursi.
"Kalian dimana" Aku berteriak, karena yang kurasakan hanya gelap.
"Kami disini, kembalilah Leana.. Ayo ikut kami hihihi" Suara-suara itu memekakan telingaku, ada yang menangis, bahkan menjerit kesakitan, meminta tolong, dan lain sebagainya.
"Tidak Leana jangan ikuti mereka, hentikan.." Ucap Isel dan Alice berteriak.
Aku tersentak dan bangun, dadaku berdegup kencang, aku merasa sekarang sepertinya aku sudah mati.
"Lea, apa kau baik-baik saja" Tanya Isel disampingku.
"Aku ada dimana Isel?"
"Kau ada dikamar Alice, ini sudah malam kita akan pulang" Balas Isellia.
"Akan ku antar" Alice, dan aku baru ingat.
"Bagaimana dengan.."
"Mata batinmu sudah terbuka, dan jika sudah dibuka tidak akan bisa di tutup lagi, karena kamu yang menginginkan nya, kamu terlahir dengan mata batin yang terbuka, lalu ibumu mencemaskan mu, lalu dia meminta seseorang menutupnnya. Dan sekarang kau memaksaku membukanya" Jelas Alice, aku hanya ternganga, bahkan ibu tidak pernah menceritakan apapun itu.
"Tenanglah ada aku, aku selalu ada di sisimu" Isel, menenangkan ku.
"Ini kuberikan kalung yang sama untukmu, kalung ini sedikit berbeda dengan milik Isellia, kalung ini hanya menjagamu dari roh jahat, hanya saja tidak menangkal gangguan" Alice memberikan Liontin seperti kalung dengan permata merah, aku langsung memakainya.
Kami pulang aku hanya memejamkan mataku selama di jalan, aku lelah. Akhirnya Alice langsung pulang, dia bilang dia akan mengantarkan mobil kami besok, dan aku berterimakasih padanya.
"Kak, sebenarnya aku bisa membuka mata batinmu kalau kau mau, tetapi ibu melarang ku menggunakan kemampuan ku untuk hal seperti itu. Maaf tidak bilang padamu sebelumnya." Jelas Isellia.
"It's okay, aku ingin istirahat aku sangat lelah, tapi kumohon malam ini temani aku tidur, sampai aku terbiasa tidur sendiri ya" Pintaku.
"Okay"
Aku memejamkan mataku, karena hari ini benar-benar sangat melelahkan, aku membuka mataku jam menunjukkan 11:30 pm, hufft aku mau ke kamar mandi.
"Isel.. bangun" entahlah aku rasanya tidak berani ke kamar mandi sendiri.
Tidak ada respon dari Isellia, ya mungkin dia lelah, akhirnya kuputuskan untuk pergi sendiri.
"Sial.. kenapa shower nya mati tiba-tiba" Seketika aku ingat adegan di film-film horor, dan untung kerannya nyala.
"Ayolah tidak baik berfikir negatif Lea" Ucapku pada diri sendiri, aku mendongak kan kepala ku pada shower di samping atas closet dan.. huftt untung tidak ada apa-apa.
'tok.. tok' (seperti ada yang mengetuk pintu kamar mandi)
"Cukup Lea ini hanya halusinasi mu" aku masih diam tidak berniat untuk keluar.
'tok..tok..tok' (semakin lama lumayan semakin keras ketukannya)
Aku memberanikan diri akhirnya untuk membukanya
"Aaaaaa.." Aku berteriak sangat keras saat membuka pintunya dan langsung memejamkan mata.
Dan ternyata itu adalah..
TBC