"Ha-hantu..?" Tanya Elish terbata.
"Ya. Hantu." Balas Liony, "Kau bilang tadi dia transparan. Memangnya manusia seperti apa yang bisa dikatakan transparan? Bukankah sudah jelas kalau itu hantu?"
"Gila." Ucap Eva dengan nada datar.
"Benar. Kau memang gila." Lyora menyambung.
"Gila? Siapa?" Liony menatap Eva dan Lyora bergantian, "Aku??" tanyanya sambil menunjuk diri sendiri dan dibalas anggukan oleh Eva dan Lyora.
"Eh?? Tapi itu bisa saja terjadi. Aku sering membaca cerita seperti itu di novel. Kisah cinta manusia dan hantu. Bahkan aku juga pernah menonton film yang seperti itu." Liony membela diri.
"Mulai sekarang jangan pernah lagi membaca novel atau menonton film dengan kisah seperti itu. Kau terlalu banyak berkhayal." Ujar Lyora.
"Novel dan film.. tidak bisa? Uhm, bagaimana dengan komik?" Tanya Liony.
"Tutup mulutmu." Kali ini Eva yang merespon perkataan Liony.
Sementara Eva, Lyora dan Liony sibuk berdebat, Elish hanya bisa menunduk. Mencari cara yang tepat untuk memberi tahu ketiga temannya tentang apa yang terjadi. Alasan apa yang harus ia gunakan? Tidak ada yang tahu.
Eva menghela napas kasar, "Lagi pula itu mustahil." ucapnya, membuat keempat makhluk lain yang berkumpul bersamanya di kamar Elish menatapnya dengan serempak, "Bahkan Lucas dan Albert yang secara nyata ada di hadapan Elish tidak bisa membuat Elish jatuh cinta dan membuatnya mematahkan prinsip hidupnya. Lalu kau.." ia menatap Liony, "Hantu? Kau bilang Elish jatuh cinta pada hantu? Apa menurutmu itu masuk akal? Haha." gadis itu tertawa hambar.
"Eva benar." Elish menyambung, "Bahkan Lucas dan Albert yang ada di-" kalimatnya terhenti, "Lucas dan Albert? Kenapa kau tiba-tiba membawa nama mereka?" tanyanya sembari menoleh pada Eva.
"Apa-apaan makhluk satu ini." Jovan mendadak mengeluh, "Kenapa kau harus menyebutkan dua nama itu?!" ketus Jovan dengan nada yang ditekan di akhir kata. Tentu saja ketiga teman Elish tidak dapat mendengarnya.
"Tck, tck." Eva mendecak, "Lihat gadis satu ini, entah pura-pura tidak tahu atau memang bodoh."
"Sudahlah. Itu tidak penting sekarang." Sela Lyora, "Lebih baik kau jelaskan sekarang siapa Jovan ini." ujarnya.
"Itu... uhm, Jovan itu.." Elish terdiam dan menunduk, berpikir keras apa yang harus dikatakannya. Ketiga temannya, juga Jovan menunggu kalimat yang akan dikeluarkan Elish dari bibirnya.
Ugh, tidak ada cara lain. - Rutuk Elish dalam hati.
Elish mendongak "Aku menyukainya." ucapnya mantap. Membuat ketiga gadis di hadapannya terdiam, sedang Jovan sudah tersenyum cerah di sampingnya.
"Lalu?" Tanya Eva.
"La..lu?" Elish balik bertanya.
"Lalu, apa hubungan Jovan yang kau sukai itu dengan kau membuat akun instagram?" Tanya Eva lagi.
"Ah itu... Aku ingin mencarinya."
Eva, Liony dan Lyora diam. Tampaknya mereka masih belum puas dengan jawaban Elish dan masih bingung. Jovan? Hanya menyimak. Melihat ketiga temannya yang seperti haus akan jawaban, Elish hanya bisa menghela napas lelah.
"Baiklah, akan kujelaskan." Ujar Elish.
Elish akhirnya menjelaskan dengan penuh kebohongan. Ia mengatakan pada teman-temannya kalau dia bertemu dengan Jovan di mini market. Jovan mengajaknya berkenalan dan mengobrol dengannya. Dan Elish tertarik pada Jovan setelah melakukan percakapan singkat di mini market itu. Karena masih penasaran dengan Jovan, Elish memutuskan untuk mencari tahu tentang Jovan dengan cara membuat media sosial.
"Hmm.. apa hanya aku atau ceritanya terdengar aneh?" Ujar Liony.
"Terserah kalian mau percaya atau tidak. Aku sudah menceritakan semua. Ini sudah larut. Tidurlah." Elish bangkit dari kasur tidurnya.
"Kau mau kemana?" Tanya ketiga temannya serempak.
"Kamar mandi." Jawab Elish singkat dan segera keluar dan berjalan menuju kamar mandi. Jovan mengikutinya dari belakang.
***
Jovan cekikikan saat ikut masuk ke kamar mandi bersama Elish, "Tak kusangka kau bisa mengarang cerita sekonyol itu." ia bertepuk tangan dan tertawa.
Elish berdiri di depan cermin yang ada di kamar mandi. Gadis itu menarik napas dalam dan menghelanya panjang. Ia menoleh pada Jovan, "Teruslah tertawa dan jangan pernah lagi bicara denganku."
Tentu saja Jovan langsung diam dan tidak berkutik sedikit pun.
***
"Pakaian, peralatan make-up, kamera, uhm.. okay, semuanya sudah lengkap." Seru Eva sambil menata barang-barang untuk perlengkapan kegiatan mereka besok.
Elish dan dua temannya yang lain sibuk menyiapkan kasur cadangan dan selimut di lantai tepat di samping kasur tidur Elish untuk tempat teman-temannya tidur.
"Baiklah, kali ini aku mengalah. Besok kau dan Elish yang tidur di bawah ini." Celetuk Liony.
"Hm." Balas Eva dan Elish acuh tak acuh.
Wajah Liony sedikit mengerut saat mendapatkan reaksi yang tak acuh dari kedua temannya.
"Sudahlah, Liony. Ayo tidur." Ujar Lyora yang sudah berbaring di kasur yang mereka siapkan tadi.
Liony segera meringkuk ke sisi Lyora.
Klik.
Eva mematikan lampu. Gadis itu berjalan menuju kasur Elish. Di kasur itu Elish sudah berbaring dan mengatupkan kedua matanya. Elish sedikit bergeser saat Eva berbaring di sampingnya.
"Elish." Panggil Eva.
"Hm?"
"Aku masih belum puas dengan penjelasanmu tadi mengenai Jovan. Kita bicarakan lagi besok." Ujar Eva.
Elish tidak menjawab dan hanya menghela napas.
***
Sementara Elish dan ketiga temannya sudah tertidur pulas, Jovan masih sibuk berputar-putar dengan kursi yang ada di kamar Peter. Makhluk transparan itu gelisah.
Jovan berhenti berputar, "Apa aku akan baik-baik saja jika tidur di sini?" gumamnya, "Bagaimana jika Peter tiba-tiba datang dan memukulku karena menyentuh kamarnya? Ugh.. membayangkannya saja sudah ngeri."
Jovan menghela napas lelah, ia menatap langit-langit kamar Peter yang gelap karena lampu yang tidak dihidupkan, entah mengapa wajah Elish seakan terlukis di sana. Pria itu tersenyum simpul, "Wah.. sepertinya aku benar-benar menyukainya."
***