Vio terdiam begitu kepergian Kevin berhasil membuat Vio merasakan kesepian yang mendominasi. Perempuan itu kembali terdiam dan memukul mulutnya sendiri sadar dengan apa yang dia katakan baru saja.
Ini sangat mengerikan. Dia tidak menyadari jika apa yang dikatakamnya akan terdengar sangat kasar seperti itu, bahkan sekarang Vio hanya bisa menghela nafasnya berat. Perempuan itu tertekan dan semakin tidak nyaman dengan apa yang baru saja dia lakukan.
Mungkin dia akan semakin mendapat masalah jika dia tidak pergi, dan dengan cepat juga Vio berjalan menuju kantin untuk mengisi perutnya. Jam istirahat akan berakhir cepat jika perempuan itu semakin lama berjalan, tentu saja itu membuat Vio berjalan dengan cepat bahkan hampir berlari.
Sesampainya di kantin, Vio mulai memesan makan siangnya dan mencari meja yang sama dimana dirinya, Fian dan Arra mulai duduk dan menikmati makan siangnya.
"Kau cukup lama pergi, Vio." Fian menyambut kedatangan Vio dengan makanan di kedua tangannya, Vio melirik Kevin di samping kanan Arra. Lalu Fian yang duduk sendiri ditempat biasa Vio duduk. "Kak Kevin ada di sini?" tanya Vio pada Fian dengan melemparkan pertanyaan, laki-laki tadi menganggukkan kepalanya pelan dan melanjutkan makan siangnya sendiri.
Arra yang diam dan menikmati sarapan buatan ibunya dengan Fian yang kembali melanjutkan makan siangnya juga. Vio duduk, dia menyusul memakan makan siangnya dan diam.
Tidak ada bicara sama sekali bahkan sampai ketiganya habis dengan makanannya, Arra bangun karena dia lupa tidak membeli minum, dan Fian juga belum pergi membeli minum untuknya.
Namun gerakan berdiri Arra membuat Kevin menarik tangan perempuan itu membuat Arra terkejut. "Duduklah," minta Kevin membuat Arra menunjuk penjual minuman karena dia butuh minum.
Laki-laki itu pergi menjauh untuk membelikan minum untuk Arra, perempuan itu juga cukup bingung dengan apa yang Kevin lakukan untuknya. "Untukmu," ucapnya dengan membelikan air mineral untuknya dan Arra.
Fian yang melihat bagaimana Kevin memperlakukan Arra dengan baik mulai tidak nyaman, dia mengambil air mineral yang belum sempat Arra minum dan melemparnya asal.
Itu membuat Arra terkejut karena perlakuan buruk Fian baru saja. "Fian, apa yang kau lakukan!" marah Arra karena Fian membuatnya terkejut dengan apa yang dia lakukan pada minuman yang dibelikan Kevin untuknya.
"Aku akan membelikan yang baru untukmu," ucap Fian berjalan menjauh menuju tempat yang sama dimana Kevin membelikan minuman sebelumnya untuknya membuat Arra gerah.
Dia melirik Vio dengan tatapan sulit di artikan dan berjalan menuju minuman yang dilempar cukup jauh oleh Fian. Arra mengambil minuman yang hampir rusak, dan membawanya ke tempat duduk sebelumnya.
Kalau boleh jujur, Arra benar-benar malas berurusan dengan Fian karena Vio cukup membuatnya marah dan kesal tidak beraturan.
"Arra, aku membelikannya untukmu. Kenapa kau mengambil---" Belum selesai dengan apa yang ingin Fian katakan perempuan itu melihat ke arah Fian dengan tajam.
"Kak Kevin membelikanku minuman dengan uang, jika kau ingin membelikanku juga. Hanya berikan saja padaku, jangan jangan rusak pemberian orang lain, Fian." Arra merampas minuman yang sama dimana Fian selalu membelikannya untuknya setiap hari.
"Tidak perlu dengan membuangnya," koreksi Arra membuat Fian terdiam, tatapan mata Fian yang tajam berhasil membuat Arra kembali melindungi Kevin bahkan yang awalnya terlihat biasa saja menjadi sangat aneh jika tidak dianggap serius.
"Maafkan aku," ucap Fian pada Arra namun dengan mata tajam melihat pada Kevin. "Kau berbicara denganku, namun tatapan matamu melihat pada Kak Kevin." Arra kembali kesal.
"Minta maaflah pada Kak Kevin, kau membuat salah padanya." Vio memutar bola matanya malas, dia yang sedang memakan makan siangnya menjadi terganggu.
"Duduklah, kalian bertiga menjadi pusat perhatian," tegjr Vio membuat Arra, Kevin dan Fian kembali duduk di kursinya. "Masalah kecil dan dibesar-besarkah. Apa untungnya jika dibesar-besarkan," sambungnya lagi.
Dia meneguk minumannya karena dia sudah teebiasa membelinya sendiri. "Lagipula, Kak Kevin hanya ingin membelikanmu. Lalu Fian hanya ingin membelikanmu juga, kenapa harus diperpanjang," ucao Vio semakin menyudutkan Arra dimana perdebatan sebelumnya bukan soal kemarahan Fian dan rasa tidak suda Fian terhadap Kevin.
Namun berakhir Arra yang disalahkan. "Apa yang kau katakan," ucap Fian yang bingung pada arah mana Vio berbicara. "Jelas-jelas aku sedang berdebat dengan Kak Kevin, kenapa kau jadi marah pada Arra!" balas Fian membuat Vio memutar bola matanya malas.
"Aku terganggu," jawabnya malas memperpanjang dan terkekeh setelahnya. Dia melipat kedua tangannya dan kembali melihat pada Arra, beegantian pada Kevin lalu Fian yang terakhir.
"Ayo lanjutkan lagi, aku kurang jelas melihatnya tadi. Aku sudah selesai makan siang, silahkan lanjutkan dan aku akan menjadi wasit dan saksinya." Arra semakin malas melihat bagaumana Vio benar-benar menujukkan wajah tidak suka padanya namun dengan cara yang paling halus dan tidak terlihat dengan jelas.
"Aish, kau ini." Fian menyelesaikannya dengan cepat, dia meneguk minumannya dan memilih untuk mengambil ponsel di saku kanannya untuk mengecek sesuatu.
Dia melihat pada room chatnya dengan Arra, bahkan ucaoan selamat paginya saja mash belum dibaca. "Arra," panggil Fian lagi, perempuan yang sedang meneguk air minum lalu Kevin mulai menjawab dengan tatapan mata karena mulutnya penuh dengan air. "Mm?"
"Kau belum membuka pesan dariku sejak tadi pagi?" tanya Fian mempertanyakan kenapa perempuan itu sangat lambat merespon pesan darinya. "Aku belum membuka ponselku," jawab Arra jujur dan mengambil ponsel di sakunya dan melirik ada beberapa pesan dari orang-orang yang membutuhkannya.
"Kau tidak perlu menjemputku karena aku sudah ada di sekolah dan makan siang di depanmu," jawab Arra setelah membaca pesan dari Fian membuat laki-laki itu terkekeh gemas melihatnya. "Kau benar-benar sangat lucu," komentar Fian membuat Arra terkekeh kecil.
"Kak, boleh aku meminjam ponselmu?" tanya Arra pada Kevin terus terang sekali membuat Fian sedikit tidak suka dan Vio yang bertanya-tanya dengan apa yang akan Arra lakukan pada kakak tingkatnya. "Untuk apa?" tanya Kevin sama sskali tidak merubah gerakannya untuk mengambil ponselnya sama sekali.
"Aku ingin memberimu nomorku," ucapnya dengan tersenyum cerah membuat Fian menlan ludahnya sukar. Dulu, Fian bahkam harus menunggu satu minggu untuk mendapatkan nomornya dari Vio. Dan sekarang, Kevin mendapatkannya bahkan saat laki-laki itu diam saja?
"Untuk apa kau ingin memberikan nomormu untuknya, Arra?" tanya Fian pada Arra karena dia butuh jawaban dan alasan dengan cepat juga. "Aku butuh nomor ponselnya," jawab Arra jujur membuat Fian semakin terdiam.
Kevin memberikan ponselnya pada Arra seyelah membuka kunci layar ponselnya. "Hanya tulis nomormu dan jangan lihat apapun," ucap Kevin memberi peringatan pada Arra saat laki-laki itu memberikan ponselnya dengan santai.
Ini pertama kalinya juga Kevin melakukannya, dan laki-laki itu bersikap baik karena dia mendapat tugas dan satu keuntungan jika dia bersikap baik pada Arra.
Ya, bantuan dari Raenal yang akan memberinya sedikit waktu untuk mendapatkan nilai yang memuaskan untuk ujian kelulusan.
"Kenapa? Huwa---" Arra belum selesai dengan pertanyaannya dia dibuat terkejut dengan walpaper ponsel kakak tingkatnya. "Apa yang ku katakan baru saja?" tanya Kevin membuat Arra menelan ludahnya sukar. Dia langsung menulis nomornya dengan cepat, menyimpannya dan mengirim pesan pada nomornya sendiri dengan ponsel Kevin.
Namun setelah memberi sedikit pesan pada ponselnya dan membuat ponselnya berbunyi, sebelum keluar dari aplikasi pesan Arra sedikit melirik pesan dari seseorang membuatnya menyatukan alisnya bingung.
Merasa Arra melihat terlalu lama ponselnya, laki-laki itu mengambil paksa ponslenya dengan wajah Arra yang sedikit terdiam karena terkejut. "Kau memiliki nomor Kak Raenal? Bagaimana bisa?" Arra refleks bertanya memnuat Fian dan Vio menyatukan alisnya pelan.
"Siapa Raenal?" tanya Fian dengan cepat karena dia tidak mengenal bahkan mendengar nama laki-laki tersebut. "Bukan urusanmu juga, Fian." Kevin menjawab pertanyaan Fian dan melupakan pertanyaan milik Arra.
Laki-laki itu berjalan menjauh menuju kelasnya dan meninggalkan Arra dengan pertanyaannya. Fian yang melihat itu sedikit tidak senang, namun Arra berjalan cepat menyusul langkah Kevin karena dia butuh jawaban.
"Bukankah ini tidak adil, Vio?"
"Kevin mendapatkan apa yang seharusnya aku dapatkan, setelah Kevin mengantar Arra pulang ke rumahnya, dia juga memiliki nomor kakak laki-lakinya juga. Sepertinya apa yang kau katakan tadi pagi memang benar. Kak Kevin menyukai Arra." Vio mengangkat kedua bahunya malas, dia masih sibuk dengan minumannya dan membiarkan Kevin sibuk sendiri dengan pertanyaan dan firasat buruknya.
Namun saat melihat gerakan Fian yang berdiri cepat, Vip sontak terkejur dan meminta jawaban dari apa yang Fian lakukan. "Mau kemana?" tanya Vio refleks bertanya karena dia tidak cukup baik untuk berbohong.
"Menyusul Arra, sepertinya aku harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan Arra. Kau saja ternyata tidak cukup untuk mendekatkanmu dengan Arra. Setelah perbedaan yang tercipta terlalu jauh, aku harus berlari atas ketertinggalanku," jelas Fian dengan berpamitannpada Vio jika dia akan pergi meninggalkan Vio di kantin, dan Fian akan pergi membuntuti Arra dan juga Kevin. "Tunggu dulu! Tapi aku---" Sayangnya semua itu sama sekali tidak membuatnya semakin paham dengan apa yang sebenarnya sedang dia lakukan.
Vio belum selesai berbicara, dan Fian sudha menghilang dari kerumunan kantin. Dan lagi-lagi itu membuat Vio sangat kesal dengan apa yang Arra dapatkan setiap harinya.
Jika diawal Arra tidak menyukai Fian, kenapa harus bersikap baik pada laki-laki itu. Dan jika Arra tidak suka pada Kevin, kenapa merespon baik laki-laki itu juga. Mendengar bagaimana Kevin mengatakan jika laki-laki itu tidak menyukai Arra, bukankah bukti nyatanya saja sudah ada?
Sebagai teman yang selalu ada dan bersama saja Vio dan Fian tidak memiliki nomor kontak milik kakak laki-laki Arra, dan bagaimana Kevin mendapatkannya itu sudah menjadi sebuah misteri.
"Apa hebatnya Arra sebenarnya, kenapa Fian tergila-gila dengan wajah polos Arra saat perlakuan Arra saja sangat buruk," gumam benci Vio dengan mengeratkan gigi dan mengeraskan ragahnya.
"Setidaknya jika tidak menyukai Fian, Arra lebih tegas pada perasaannya. Dan jika Arra tidak menyukai Kak Kevin, katakan saja tidak suka." Vio memutar bola matanya malas.
"Kenapa juga dia menjadi jalang hanya karena tidak menyukai keduanya? Aneh sekali!"