Chereads / CINTA 9 TAHUN / Chapter 39 - 39. Hubungan Alfi Dan Giral.

Chapter 39 - 39. Hubungan Alfi Dan Giral.

Disela-sela sedang bersenang-senang dengan Alfi yang saat ini sedang sibuk menonton film di samping kanannya di bioskop Giral memilih tetap diam di setelah melihat ada notifikasi pesan yang masuk dari Arra.

Giral mematikan ponselnya agar tidak mengganggu penonton yang lain, keduanya menikmati waktu bersenang-senang mereka karena cukup lama juga mereka tidak pergi berdua saja.

Selain Raenal selalu ingin tahu mengenai hubungannya, Alfi juga semakin tidak nyaman dengan Giral karena Raenal selalu memberinya pesan.

Sangat sering, bukan hanya dua tiga kali. Namun Raenal selalu meminta apa saja yang Giral lakukan, dan apa yang Alfi lakukan. Bersama satu sama lain atau tidak Raenal selalu memintanya.

Ini bukan karena perhatian dan posesif, tapi sudah positif gila. Bagaimana ada seorang kakak laki-laki melakukan hal seperti ini pada adik laki-lakinya dan pacar adiknya. Sejujurnya terlalu aneh untuk disadarkan, dan terlalu tabu untuk dilarang juga.

Dua jam selesai dengan bioskopnya, pada akhirnya sebagian besar dari penonton mulai pergi, ada beberapa dari mereka yang tertidur dan ada juga yang hanya mengantuk.

Giral dan Alfi pada akhirnya keluar, mereka beli makan sebelum akan pergi berbelanja untuk keperluan apartemen milik Alfi dan beberapa keperluan Alfi karena Giral selalu memberikam beberapa uang untuk kebutuhan Alfi.

Hanya sebuah kebiasaan.

"Itu saja cukup?" tanya Giral saat melihat jika Alfi hanya membeli dua makanan dan satu air minum biasa. Alfi menganggukkan kepalanya pelan, wanita itu tidak akan makan banyak lagi.

Walaupun dulunya wanita itu makan dalam porai besar, sekarang Alfi tidak bisa. Selain karena terbiasa karena Raenal selalu memberinya peringatan diet, Alfi mulai tahu porsi makannya yang tidak membuatnya begah dan mual juga.

Beberapa yang Raenal paksakan pada Alfi yang sebenarnya adalah hal yang lumrah untuk wanita-wanita diluaran sana.

"Aku terbiasa makan seperti ini, dan jika makan terlalu banyak aku akan mual. Kau tenang saja Kak, ini bukan karena Kak Raenal. Tapi aku makan lebih dari empat kali untuk sekedar cemilan." Giral menghela nafasnya berat begitu mendengar hal tersebut, Alfi yang melihat bagaimana Giral tidak suka dengan porsi makanannya karena kesal.

"Maaf, Kak. Jangan marah," ucap Alfi membuat Giral menghela nafasnya berat, dia melirik ponsel Aldi saat melihat Raenal mengiriminya pesan lagi. "Berikan ponselmu padaku," minta Giral pada Alfi membuat Alfi memberikan ponselnya dan Giral mulai membaca pesan dari Raenal dan mulai mengeblok nomor tersebut.

"Simpan."

"Jangan membuka blok nomor milik Kak Raenal atau aku akan marah," ucap Giral membuat Alfi terkekeh, pria itu mengambil ponselnya dan melihat pesan dari Arra saat dia sedang melihat film.

Alis Giral menyatu bingung karena pria itu membalas pesan dari Arra dengan sebuah penolakan yang Giral dapatkan daei Arra, pria itu mulai terdiam menarik perhatian Alfi sejak. "Ada apa? Apa Arra sudah pulang?" Pria itu mengelengkan kepalanya pelan, pria itu tidak membalas pesan sebelumnya dan memilih untuk membacanya.

Pergerakan Giral sebelumnya membuat Alfi semakin curiga dan memilih mengambil ponsel Giral dengan cepat, pria itu tidak keberatan. Giral menghela nafasnya berat, dia tidak suka pada respon Arra.

"Kau marah karena apa? Karena Arra memiliki teman?" tanya Alfi membuat Giral mengambil kembali ponselnya dan menyimpannya ke saku celananya. "Bukan."

"Lalu?" Alfi terkekeh begitu menyadari wajah Giral yang terlihat frustrasi dengan pertanyaan Alfi. "Kak, kau dan Kak Raenal sama saja."

"Jika Kak Raenal tidak suka kau memiliki teman, kau bisa mengikutinya karena kau berteman hanya dengan teman-temanmu yang banyak mengenalmu. Kau mengikutinya, hanya denganku saja juga Kak Raenal harus ikut campur."

"Ini sangat wajar, Kak." Giral terkekeh, dia menggelengkan kepalanya pelan memilih diam saja. Makanan datang membuat Alfi menutup mulutnya dengan makanan yang dua pesan.

Bahkan makanan yang Giral pesan juga sangat lahap pria itu nikmati, satu sama lain mulai sibuk dengan makanannya. Berakhir selesai dengan es krim yang datang terakhir yang dinikmati keduanya dengan santai.

"Aku bisa melihat wajah marahmu, Kak." Alfi kembali membahas hal yang sama membuat Giral terkekeh dan tidak ingin membahas yang lain. "Aku sedang tidak ingin membahasnya, Alfi."

Alfi memutar bola matanya malas, wanita itu kembali menyelesaikan makanan manis dan keduanya mulai pergi ke suatu tempat untuk membeli beberapa barang yang Giral sengaja belikan untuknya.

"Kau butuh baju lagi?" tanya Giral pada Alfi membuat wanita itu menggelengkan kepalanya pelan. "Aku punya banyak, tapi jika Kak Giral ingin membelikan untukku lagi, aku tidak akan mempermasalahkannya." Mendengar jawaban Alfi yang sangat jujur membuat Giral tertawa mendengarnya.

Keduanya mulai membeli beberapa pakaian tambahan untuk Alfi, mereka memnghabiskan lebih dari dua jam membuat Giral terkekeh kecil. "Kau butuh banyak ternyata, Alfi." Keduanya terkekeh begitu melihat ada lima kantong besar baju satu sama lain.

"Maaf sangat banyak Kak," ucap Alfi tidak menyadari jika belanjaannya akan semakin membesar seperti ini. "Ayo langsung pulang saja, aku tidak ingin---"

"Kau tidak matre Alfi, hanya membutuhkan. Ayo beli keperluan makanmu, aku akan membayarkannya juga. Hitung-hitung aku sedang belajar menafkahimu," ajak Giral dengan menarik tangan Alfi pergi ke mall lain.

Alfi yang mendapatkan perlakuan sangat baik dari Giral tidak bisa menolaknya. Lagipun terkadang mereka pergi hanya satu dua kali dalam sati bulan.

Jika satu pertemuan bisa dihabiskan oleh Giral hampir enam jam untuk berbelanja, mereka berdua juga bisa menghabiskan lebih dari empat jam untuk berbicara random dengannya.

"Aish," kesal Alfi membuat Giral terkekeh melihatnya. Keduanya mulai menyimpan pakaian yang Giral belikan untuknya, dan mereka mulai berbelanja ke mall yang sama untuk bagian perlengkapan makanan.

Ponsel Giral yang sejak tadi ingin disentuh Giral mulai gatal. Baru saja Alfi memegang troli belanjaannya Giral sudah memegang ponselnya. "Pilihlah sesuatu dulu, aku akan menyusulmu nanti. Aku harus menelfon seseorang sekarang." Alfi yang diperintahkan oleh Giral untuk berbelanja bahan makanan Alfi semakin senang.

Pasalnya jika Giral belanja bersamanya pria itu akan membeli segalanya dan memberi Alfi begitu banyak bahan makanan yang tidak pasti akan dimasak olehnya.

Alfi diberi waktu luang untuk belanja sendiri, namun wanita itu bisa membeli bahan makanan secukupnya karena yang kemarin masih ada karena dihunakan hanya sedikit.

Giral menghubungi seseorang. Pria itu sejak lama menahan semuanya, Giral bingung kenapa Raenal mengirim pesan pada Alfi setiap jam makan malam hanya untuk mengatakan jika wanita itu butuh makan yang seimbang dan yang senang.

"Kenapa pria itu tidak membalas panggilan telefon dariku," gumam Giral saat menydari jika Raenal tidak menjawab telefon darinya.

"Aish." Mulai kesal karena panggilan keempat masih tidak ada jawaban Giral pada akhirnya mengirim pesan pada Raenal.

/Berhenti mengurusi hubunganku dengan Alfi, Kak. Aku tahu kau perduli dan perhatian padaku agar tidak salah wanita, tapi apakah kau tahu jika selama ini bantuan yang kau berikan padaku adalah sebuah malapelaka./

/Kak, sadarlah. Kau ada bukannya untuk membantu justru membuatku dalam masalah. Aku benar-benar akan membencimu jika kau bermain terlalu jauh Kak./

/Cukup tahu batasanmu maka aku tidak akan melawanku, Kak. Jika kau tidak tahu batasanmu, maka aku akan semakin tidak tahu diri untuk membantahmu./

/Jangan mengirim pesan pada Alfi lagi, jika kau melakukannya dan aku melihatnya. Aku akan melakukan hal yang sama pada Kak Katya, apa kau akan baik-baik saja./

"Aish, dimana pria itu," keluh Giral saat dia menyadari jika Raenal tidak membaca pesan darinya.

Melirik Alfi yang masih sibuk memilih sayuran, Giral mulai mengetik pesan pada Katya dengan sesekali melangkah mendekat kearah Alfi.

/Kak, maaf. Apa kau sedang bersama dengan Kak Raenal?/

Benar saja, pesan masuk balasan dari Katya membuat Giral semakin bersemangat.

/Dia sedang menyetir, ada apa Giral? Kau butuh bantuan Kak Raenal?/

/Tidak, aku hanya butuh jawaban darinya./

/Ngomong-ngomong kau sedang dalam perjalanan kemana, Kak? Bukankah kau baru saja sampai?/

Giral kembali melihat pesan balasan dari Katya membuat Giral bersemangat, namun Alfi memanggil.

"Kau ingin mampir ke rumahku dulu dan memakan masakanku tidak, Kak? Kau butuh sayur yang mana?" Giral terkekeh, dia menyimpan ponselnya sebelum mengirim pesan balasan pada Katya.

Dan lagi, Giral mulai fokus pada belanjaamnya sampai menghabiskam satu jam lamanya dengan mengantri dan sampai di bagasi mobilnya untuk menatanya sangat rapi.

"Semua ini untukku tanpa ingin ku ganti?" tanya Alfi tidak menyayangkan semakin dewasanya Giral semakin menjadi lebih bamyak membuang uang untuk Alfi tanpa berpikir panjang. "Iya." Alfi terkekeh mendengarnya.

"Aku seperti memiliki sugar dady." Giral yang mendengarnya juga tertawa, keduanya mulai fokus berbicara sampai setiran mobil Giral berhenti di apartemen. Alfi yang sibuk membawa beberapa belanjaan dengan meninggalkan Giral yang sedang sibuk mengirim pesan untukknya.

Beberapa kali Alfi bolak-balik menyelesaikan semua barang miliknya sedangkan Giral sedang sibuk mengurus Raenal dan Katya.

/Kesuatu tempat, kenapa kau butuh sesuatu?/

/Tidak, aku hanya ingin berbicara dengan Kak Raenal. Jika Kak Raenal sudah selesai menyetir, tolong minta Kak Raenal membaca pesanku!/

/Iya, aku akan mengatakannya./

/Ada lagi, Giral?/

Kali ini pria itu menggelengkan kepalanya pelan.

Giral mengetik pesan dengan bersuara, suaranya lirih dan sedikit jelas. "Katakan padanya untuk jangan menabur garam diatas luka," ucapnya lalu diam.

/Atau luka akan sangat besar dan banyak./

Giral menyimpan ponselnya dan berjalan menuju apartemen Alfi untuk setidaknya minum.

Giral hanya ingin tahu hari ini Arra pulang dengan siapa.

Siapa teman Arra.

Dan ada alasan apa Raenal mengirim pesan setiap waktu pada Alfi.

Semuanya terasa menggangu Giral, walaupun pada akhirnya berakhir mati yang tidak nyata.

"Kau ada apa, Kak? Jika kau ada masalah kau bisa tidak perlu mampir ke apartemenku dulu. Aku sedikit takut semua waktumu kau berikan padaku," ucap Alfi yang takut karena tidak biasanya Giral sangat serius seperti ini berbicara dengannya.

Bahkan dengan kesibukan yang lebih banyak dari sebelumnya.

"Aku sedang cemburu padamu, Alfi. Dari Kak Raenal sampai kau yang tidak peka pada perasaanku." Percayalah, Alfi yang tidak tahu apa-apa menjadi salah tingkah dan bingung.

"Anu." Alfi tergugu.