Menyadari jika Kevin tidak menjawab pertanyaannya Arra menjadi semakin diam, keduanya bahkan tidak saling berbicara setelah Arra sampai di ruamhnya.
Kepergian Kevin bahkan membuat Arra hanya menghela nafasnya berat, dia berjalan masuk ke halaman ke rumah dengan lesu dan masuk ke dalam rumah sampai ke kamarnya.
Sepertinya ibunya sedang tidak ada, Arra pada akhirnya berjalan menuju kamarnya dan langsung mandi.
Perempuan itu melupakan ponselnya, bahkan sama sekali tidak bermaksud untuk memeriksa pesan dari siapapun. Ayahnya, ibunya, Raenal atau bahkan Giral. Arra hanya butuh mandi dan pergi ke suatu tempat.
Seingatnya tadi malam, Lunar membutuhkan bantuan darinya, dan Arra akan datang ke caffe dekat rumahnya yang memiliki jarak limabelas menit dengan sepedanya.
Selesai mandi dan bersiap, Arra mulai mengambil tas bekerjanya dan dan ponselnya. Tadi pagi-pagi sekali juga sempat meeting untuk menanyakan apakah ada masalah untuk setiap caffe yang Arra pegang.
Dan Lunar (kafe dekat rumah Arra) Akan memulai membeli stok persediaan gudang. Tentu saja butuh tand atangan dan persetujuan Arra.
Arra menghubungi Lunar setelah meeting tadi pagi jika Arra akan datang. Sejujurnya Arra akan datang dengan ibunya, tapi sepertinya ibunya sedang mengurus sesuatu.
Selesai dengan persiapan akan pergi, Arra duduk dulu di ranjang kamarnya. Perempuan itu mengambil ponselnya untuk membuka pesan dari orang-orang yang mengiriminya pesan sejak tadi pagi.
Ibu.
/Arra, ibu ikut ayahmu ke kota. Mungkin besok pagi ibu akan pulang, jika kau butuh apapun minta pada kedua kakak laki-lakimu. Ibu sudah menitipkanmu pada mereka./
Ayah.
/Arra, ayah membawa ibumu karena ayah butuh ibumu untuk membantu pekerjaan di sini. Jaga dirimu dengan baik, minta bantuan pada Raenal dan Giral. Ayah pulang besok pagi-pagi sekali./
Kak Raenal.
/Aku yang meminta Kevin untuk menjemputmu, katakan saja pada Giral jika kau akan pulang dengan Kevin./
/Ayah menghubungiku jika ibu dan ayah akan pergi ke kota dan pulang pagi, katakan padaku jika kau butuh sesuatu./
/Arra kau sudah sampai? Kevin menghubungiku tadi, kau ada agenda?/
Arra tersenyum tipis dan dan kembali mengalihkan pesan yang lainnya tanpa membalas.
Kak Giral.
/Kau memiliki teman bukan berarti aku tidak menjemputmu, Arra!/
/Adanya Alfi tidak membuaku melupakan prioritas yang lain, Arra. Kau tetap adik perempuanku./
/Baiklah./
/Ibu dan ayah menghubungiku, aku akan langsung pulang pukul tujuh pagi. Mintalah pada bibi jika kau membutuhkan yang lainnya./
/Kak Raenal akan pulang cepat, jika kau ada keperluan ke luar, usahakan pulang sebelum Kak Raenal sampai di rumah./
/Pukul enam malam./
Arra kembali membaca pesan lain untuk mencari keperluannya.
Ada Lunar, Arra membuka pesan tersebut lebih cepat karena dia butuh.
Kak Lunar.
/Datanglah kapan saja, nona. Kami sudah menyiapkan apa saja yang kau butuhkan di sini./
/Aku sudah mendata segalanya, hanya beri aku izin dan aku akan melakukannya. Tulis nama terang dan tanda tangan saja nona./
/Sudah pukul tiga, apa kau akan datang./
Pesan tertulis baru saja, Arra terkekeh dan kembali membalasnya untuk Lunar.
/Tentu saja, Kak. Aku akan datang duapuluh menit lagi dari sekarang./
Arra menulisnya singkat berniat langsung pergi ke kafe tersebut membawa tas dan menyimpan ponsel ke sakunya Arra mulai pergi ke bagasi untuk mengambil sepedanya.
"Paman, terimakasih sudah menyiapkannya untukku," ucap Arra saat melihat sepedanya sudah disiapkan oleh pria tersebut dengan helmnya.
"Sama-sama, nona. Apa kau butuh aku mengikutimu dari belakang?" tanya pria tadi untuk memastikan keselamatan putri dari bosnya. Arra menolaknya, perempuan itu memasang helm di kepalanya.
"Aku pergi dulu paman," pamit Arra uang membuat Arra langsung menggoes sepedanya untuk mengikuti jalan yang seharusnya dia tempuh.
Duapuluh menit adalah waktu yang singkat, nyatanya Arra sudah sampai dengan menyimpan sepedanya di parkiran depan kafe.
Ada begitu banyak banyak yang mulai singgah di kafe, dan itu membuat Arra tersenyum senang.
Kedatangannya langsung membuat sebagian besar pekerja memberi sedikit hormat, Arra membalasnya kecil. Perempuan itu berjalan menuju ruangan di dalam untuk bertemu dengan Lunar.
"Kak," sapa Arra membuat wanita dewasa itu menganggukkan kepalanya pelan dan melangkah mendekatinya. "Maaf membuatmu harus datang, Arra. Aku belum bisa datang ke rumahmu karena terlalu ramai," ucap Lunar merasa bersalah membuat Arra menggelengkan kepalanya tidak merasa keberatan sama sekali.
"Tidak, Kak. Aku tidak keberatan datang," jawab Arra dengan mengeluarkan laptop dan membukanya untuk mencocokan data keuangan satu bulan terakhir.
Lalu membuat Arra kembali melirik ada apa saja dan stok apa saja yang butuh diisi. "Banyak sekali," keluh Arra walaupun sejujurnya dia senang, Lunar terkekeh.
"Akhir-akhir ini ada yang mengenal kafe ini. Aku membuat beberapa iklan di sosial media dengan brosur yang baru. Jadi maaf jika aku meminta stok yang lebih banyak, nona." Arra menganggukkan kepalanya tidak keberatan. Wanita itu memberi nama terangnya dan tanda tangannya.
"Aku setuju," jawab Arra langsung memberikan salinannya. "Karena banyak, apakah ada cukup uang untuk mengisi stoknya?" tanya Arra pada Lunar yang saat itu langsung mengeluarkan cardnya membuat Lunar langsung menolaknya.
Bahkan dengan cepat juga Lunar memberikan salinan pendapatan dua minggu sebelumnya yang akan membuat Arra terkejut.
"Lihat ini." Lunar terkekeh setelah memberikannya, Arra yang melihatnya bahkan cukup terkejut. "Sebanyak itu?" tanya Arra karena biasanya penghasilan satu bulan sudah tercapai target dalam satu minggu.
Ini luar biasa.
"Aku menambahkan menu baru dan cemilan baru setiap hari senin dan jum'at. Apakah aku boleh meminta padamu untuk menambah satu barista lagi? Sepupuku membutuhkan pekerjaan, dan aku sudah memintanya ikut kelas barista selama dua tahun terakhir di akhir tahun sekolahnya. Apakah boleh?" tanya Lunar meminta izin pada Arra untuk memasukkan sepupunya untuk bekerja pada caffenya.
"Minta datang besok lusa, aku dan Kak Raenal akan melihatnya," jawab Arra tanpa kepastian namun menjelaskannjika Arra selalu profesional pada pekerjaannya. Tentu saja itu membuat Lunar sedikit tidak suka, Raenal benar-benar bukan pria yang mudah dilewati, bahkan sepupunya saat ujian akhir mendapat masalah dengan sakit dan nilainya tidak sempuna.
Buruk sekali.
Apakah nanti sepupunya bisa?
Arra tertawa, dia menggelengkan kepalanya pelan. "Jangan memikirkan hal yang belum tentu jelas adanya, Kak." Arra menegur Lunar membuat wanita itu terkekeh kecil. "Jangan ikut denganku saat berbelanja, nona."
"Aku tahu kau kelalahan, dan sejujurnya aku butuh kau untuk melihat semua pekerja saat bekerja di sini. Apakah menurutmu penambahan barista bisa dipikirkan kembali. Aku hanya memberimu saran," ucap Lunar dengan bersiap-siap dengan pakaian dan tasnya. "Kau memerintaku?"
Lunar menggelengkan kepalanya pelan, wanita itu tirak bermaksud untuk itu hanya saja dia tidak nyaman karena sesuatu yang kemarin.
"Aku tidak ingin kau kelalahan dan membantu kinerja kafe di sini, nona. Kau pemilik, bukan aku." Arra tertawa, dia menganggukkan kepalanya pelan dan berjalan keluar, namun sebelum itu.
"Bawa tiga pria dan satu wanita, Kak." Lumar menanggaukkan kepalanya pelan dan siap membawa semua pekerja bagian gudang.
"Aku akan memantau kalian semua sampai pukul lima Kak, jadi pergi dengan selamat, pulang dengan aman Kak." Lunar menganggukkan kepalanya menurut, dia juga tahu apa yang harus dia lakukan.
Arra peegi ke barista untuk meminta minuman, lain lagi Lunar karena wanita itu pergi dengan beberapa pekerja yang lain.
"Ada berapa menu baru yang Kak Lunar buat minggu ini, Kak?" tanya Arra pada barista pertama yang Arra dapatkan saat Arra baru membuka caffe tersebut. Sejujurnya teman Raenal juga, namun pria itu tidak lulus kuliah.
"Sekitar duapuluh satu dalam bulan ini, aku belajar banyak dari itu. Dan ada cemilan baru yang harus ku pelajari, jadi aku merasa banyak belajar, nona." Arra tersenyum lega mendengar jawaban dari pria itu, dan lagi. Arra senang melihat semua karyawannya bekerja dengan senang walaupun mendapat tekanan yang cukup banyak.
"Buatkan aku susu rendah kalori, Kak." Pria itu mengangguk dan menyiapkannya, namun sebelum itu pria itu bertanya. "Minum di sini?" Arra menganggukkan kepalanya pelan. "Ya."
Pria itu melakukannya dengan tenang dan senang, tidak lama juga Arra mulai bertanya lagi. "Kak Lunar mengatakan padaku jika butuh barista lain, dan sepupunya akan masuk untuk bagian dari kalian. Bagaimana menurutmu, Kak?"
"Aku kurang tahu karena itu aku bertanya," ucapnya membuat pria tadi terkekeh, dia menggelengkan kepalanya pelan.
"Pekerja terlalu banyak jika ditambah lagi, nona. Dan ku rasa penambahan barista akan membuat pendapatan menjadi berkurang. Dan lagi, tiga pelayan sangat banyak. Aku bisa sesekali meminta bantuan pada mereka selain kasir." Arra meneguk minumannya dengan berdiri karena dia senang berbicara banyak hal dengan teman kakak laki-lakinya.
"Aku terlanjur berbicara pada Kak Lunar untuk setuju, namun lulus tes dari Kak Raenal. Apa kau bisa mengatakan ini pada Kak Raenal?" Pria tadi menganggukkan kepalanya pelan, pria itu juga akan mengatakannya. Dan itu pasti.
"Terlalu ramai ternyata. Aku ingin membuat satu lantai lagi di atas. Bagaimana menurutmu?" Pria tadi mengangkat bahunya tanpa jawaban, pesanan menumpuk dan Arra menjadi pergi menjauh saja.
"Semua pekerjaanmu menyenangkan, Kak." Arra duduk di kursi pelanggan, dan perempuan itu sesekali meminum susu pesanannya dan bermain ponsel. Hanya ingin melihat seramai apa kafenya, baru limabelas menit duduk memang benar adanya.
Ada begitu banyak pelanggan baru yang menetap, namun dia tidak melihat masalah jika barista butuh bantuan.
Arra justru bisa melihat seberapa lambatnya pelanyan bekerja untuk baristanya. "Astaga, apa yang sebenarnya Kak Lunar inginkan," keluh Arra saat dia merasa dibohongi dengan laporannya hanya karena ingin memasukkan sepupunya masuk ke kafe milik Arra.
Berpikir rumit beberapa menit membuat Arra tidak sadar jika perempuan seumurannya meminta izin duduk di depannya.
"Permisi, apa bisa aku duduk di sini?" ulangnya lagi membuat Arra tersadar dengan lamunannya. "Silahkan saja," jawabnya membuat perempuan itu duduk di depan Arra.
"Kau sudah lama menjadi pelanggan di sini?" tanya perempuan itu membuat Arra sedikit canggung. "Belum, baru beberapa hari terakhir," jawab Arra sebagai pengalihan.
"Ooo. Aku sudah lama, sebenarnya dua tahun terakhir. Bibiku mengarahkanku untuk menjadi barista, dan aku mengikuti kelas tambahan di sekolah." Arra menyatukan alisnya pelan, dia seperti sengingat sesuatu.
"Katanya menjadi barista memiliki gaji yang besar," sambungnya lagi.
"Siapa namamu?"
"Crystal." Arra tertawa kecil. "Oh."