Chereads / CINTA 9 TAHUN / Chapter 37 - 37. Sudah Memiliki Teman.

Chapter 37 - 37. Sudah Memiliki Teman.

"Kak, jawab pertanyaanku," kejar Arra pada Kevin yang meninggalkan Kevin dengan kecepatan penuh dan menghentikan langkahnya. Kevin memutar bola matanya malas begitu melihat Arra ada di depan wajahnya karena memotong jalan.

"Apa?" tanya Kevin dengan memutar bola matanya malas. Dia bahkan membuang wajahnya agar tidak bertatapan mata dengan Arra. "Jadi kau berteman dengan Kak Raenal?" tanya Arra dengan wajah gemas dan polos dengan mata membesar meminta penjelasan.

"Aku sudah mengatakan padamu minggu-minggu kemarin. Aku bertemu dengannya saat kau sedang di kafe itu, dengan pria deqsa bernama Tyo. Kak Raenal meminta nomorku, dan akhir-akhir ini Kak Raenal mengirimiku pesan." Kevin kembali mengingatkan pada Arra jika dia mengenal salah satu kakak laki-lakinya, dan berkenalan cukup panjang.

"Apa kau masih marah padaku karena aku berbagi informasi padanya karena kau mengusirku saat maksudku baik untuk---" Belum selesai mengatakan beberapa hal yang perlu Kevin perjelas, Arra lebih dulu menutup mulut Kevin dengan tangan kecil Arra dimana laki-laki itu menjadi semakin terlihat jelas jika Arra cukup terkejut dengan apa yang Kevin katakan padanya.

"Maafkan aku," ucap Arra lirih, tangannya masih menempel di mulut Kevin karena perempuan itu belum selesai menjelaskannya. "Aku tidak bermaksud itu, walaupun sejujurnya aku marah karena kau membuat kesimpulan yang salah."

Arra melepaskan kedua tangannya di mulut Kevin, dia berjalan di samping Kevin untuk melanjutkan penjelasan yang sejak lama belum terselesaikam juga. "Jadi kau masih tidak suka padaku karena itu?" tanya Arra untuk memastikan seberaar apa batas yang Kevin buat untuknya karena Arra juga terlihat menjadi perempuannyang tidak baik. "Iya, aku benci orang yang tidak paham bagaimana orang itu dibodohi dan dimanfaatkan." Kevin mengangkat kedua bahuya malas.

Dia berniat menjauh agar tidak banyak berbicara dengan Arra namun berakhir Arra mengukuti langkahnya untuk turun dan berjalan sejajar dengan koridor seangkatan Kevin. "Kak," panggil Arra membhat sebagian kakak tingkatnya melihat ke arahnya, Kevin yang menjadi perhatian membuat laki-laki itu memutar bola matanya malas.

"Kembalilah ke kelasmu, dan jangan ikuti aku!" Kevin mengatakannya dengan tegas karena bermaksud agar Arra tidak mengikutinya dan membuat sebagian teman seangkatnya yang akan membuat gosip yang tidak-tidak untuknya. "Kenapa? Aku belum puas menceritakan masalah kita," balas Arra semakin membuat Kevin memutar bola matanya malas untuk menjawab berniat untuk diam saja.

"Aku senang," celetuk Arra lagi membuat Kevin menghela nafasnya berat, laki-laki itu pada akhirnya tersenyum tipis dan menghentika langkahnya.

"Jelaskan sekarang agar aku tidak mendapat masalah yang tidak ku inginkan karena kau mengikutiku. Musuhmu akan banyak, nanti." Arra memutar bola matanya malas. Keduanya berdiri di tepian koridor kelas tiga dan membuat beberapa teman permepuan Kevin melihat ke arah keduanya.

"Aku tidak perduli," jawab Arra santai membuat Kevin menganggukkan kepalanya senang karena mendengarnya. "Jadi, katakan." Kevin menyandakran tubuhnya di dinding kelas orang lain, membuat Arra yang terlihat sedang menghimpitnya karena Kevin bersandar santai di koridor kelas lain.

"Aku sejujurnya tidak tahu jika aku akan berakhir seperti ini denganmu. Tapi Kak Raenal sangat baik padamu," ucap Arra mendengarkan apa yang Arra katakan dengan wajah santai dan sibuk mendengarkan.

"Apa baiknya? Aku biasa saja," jawab Kevin santai dan menaikan satu alisnya untik meminta penjelasan lain pada Arra. "Kak Raenal dan Kak Giral bertengkar karena kau. Aku tidak yakin puncaknya apa, tapi Kak Raenal sangat percaya padamu, dan bertengjar dengan Kak Giral karena Kak Tyo membawa pengaruh buruk untukknya." Kevin menganggukkan kepalanya pelan dan kembali berjalan dengan kedua tangan yang terlipat di kedua dadanya.

"Aku setuju dengan Kak Raenal." Kevin menjawabnya dengan hal yang sama. "Kak Tyo memang memiliki pengaruh buruk padamu. Aku mengatakan padamu jika kau tidak boleh langsung percaya pada siapapun. Aku bahkan tidak memintamu untuk percaya padaku, aku tidak akan mengatakan jika aku membela siapapun. Kau harus lebih percaya oada dirimu sendiri dan jangan menjadi bodoh Arra." Kevin berjalan menuju kelasnya, seakan-akan menarik Arra untuk semakin jauh dari koridor kelasnya.

"Kau mengatakan aku bodoh!"

"Iya." Kevin menganggukkan kepalanya pelan berusaha menjawab dengan jujur namun membuat Arra terkekeh. "Aku ingin berteman dengan Kak Kevin karena Kak Kevin jujur menjawab semua pertanyaanku walaupun itu sedikit menampar kenyataan padaku." Kevin terkekeh, dia baru pertama kali berbicara dengan orang yang justru senang dengan apa yang Kevin katakan sebagai sebuah perintah pergi namun orang itu juattu melangkah mendekat.

"Kau suka saat aku mengatakan hal yang menyakitimu?" Arra menganggukkan kepalanya pelan, dia kembali mengoreksi apa yang Kevin katakan. "Aku bukannya suka saat kau mengatakan itu, Kak."

"Aku senang bertemu dengan orang yang baik dan mau menegurku. Aku tidak pernah ditegur oleh kedua orang tuaku dan dua, kakakku." Kevin menganggukkan kepalanya pelan begitu dia melihat Arra terlihat mengatakannya dengan jujur.

"Ku pikir juga begitu, tapi aku tidak pernah merasa jika kau akan semenyedihkan ini." Arra terkekeh kecil, dia menarik tangan Kevin untuk berhenti berjalan lebih dulu. Kelas Kevin sudah akan sampai, dan Arra akan mengakhiri pembicaraannya dengan cepat.

"Aku tidak menyukai Kak Tyo." Kevin memutar bola matanya malas, dia smekain tidak banyak bicara degan hal yang santai. "Siapa yang perduli soal itu, Arra. Itu bukan urusanku," balas Kevin membuat Arra semakin mengerucutkan bibirnya kesal.

"Maaf jika aku sempat membencimu," sambungnya lagi, Kevin menganggukkan kepalanya pelan. "Ya."

"Terimakasih karena sudah menyadarkanku," sambungnya lagi, namun Kevin hanya bisa terkekeh kecil dan membuka ponselnya untuk menunjukkan pesan antara dirinya dengan Raenal. "Baca," minta Kevin membuat Arra menyatukan alisnya pelan dan sedikit bingung dengan apa yang dia dapatkan dengan responnya.

Arra menerima ponsel Kevin dan membacaya. Dia bisa melihat beberapa pesan antara Kevin dengan Raenal, mata tajam Arra menyatu dan meminta penjelasan pada Kevin untuk mengatakannya lebih detail padanya.

"Aku harus mengantarmu pulang," ucap Kevin membuat Arra menganggukkan kepalanya pelan karena dia juga bisa membacanya dengan jelas. "Lalu?"

"Kau yakin jika Kak Giral tidak menjemputmu?" tanya Kevin membuat Arra menaikan satu alisnya pelan dan terkejut dengan arah mana Kevin berbicara padanya. "Aku--- sepertinya Kak Giral akan menjemputku," jawab Arra dengan sedikit gelisah karena bingung.

"Kau membacanya."

"Aku akan mengantarmu pulang dan aku akan mendapat sedikit bantuan dari Kak Raenal untuk membantuku belajar. Aku tidak memaksamu, aku berbicara jujur karena aku tidak ingin ada masalah di belakang masalah."

"Terserah kau, Arra." Kevin berjalan masuk ke dalam kelasnya sendiri saat teman-temannya pada Arra saat Kevin sudah masuk ke dalam kelasnya membuat Arra menelan ludahnya sukar. "Ayo kembali ke kelas," ajak Fian dengan mengambil tangan Arra untuk digandeng dan kembali ke kelasnya berdua.

Bahkan sekarang, yang ada di dalam kepala Fian hanyalah Arra.

Arra saja. Perempuan itu saja.

Keduanya kembali ke koridor kelasnya untuk masuk, bel masuk kelas akan berbunyi, dan keduanya mulai pergi ke kelas masing-masing dengan Arra yang diam saja.

"Arra, siapa Raenal---" Belum selesai bertanya pada Arra Fian kembali terdiam bahkan dengan langkah yang semakin memelan membuat Fian kembali mengikuti langkah Arra.

"Tunggu sebentar," minta Arra membuat Fian mengikuti langkah Arra untuk berhenti, dengan tangan yang masih digenggam oleh Fian Arra mengambil ponsel di sakunya.

Dia melihat ada beberapa pesan dari ayah, ibu, Raenal, dan juga Giral.

Ada roomchat kedua dimana Arra melihat nomor yang tidak menggunakan nama. Arra menyimpam nomor ponsel Kevin lebih dulu sebelum membalas pesan dari Giral.

Entah kenapa, Arra mera harus membuka pesan dari Giral karena apa yang Kevin katakan berhasil merusak isi kepalanya.

Arra membuka pesan dari Giral, walaupun pria itu mengitim pesan lebih dulu dari yang lainnya.

/Aku pulang cepat hari ini, aku sedang pergi berdua dengan pacarku. Aku akan mengingat jam pulang sekolahmu, tunggu saja. Jangan pergi dengan orang asing lagi./

Selesai membacanya Arra menghela nafasnya berat, dia melirik kearah Fian membuat laki-laki baik itu menyatukan alisnya bingung.

"Kenapa? Siapa yang mengirimi pesan padamu? Apa Kak Kevin---" Arra menggelengkan kepalanya pelan, dia kembali berjalam dengan tangan yang masih menyatu satu sama lain dengan Fian.

"Kak Kevin tidak akan melakukan hal jahat padaku, Fian. Dia baik," jawab Arra berjalan sedikit cepat karena antara dirinya dengan Kevin tidak ada masalah lain bagaimana Vio menjadi masalah utamanya. "Jadi, aku tidak baik?" tanya Fian membuat Arra menggelengkan kepalanya pelan tanpa suara.

"Kau malaikat pelindungku, kau baik Fian. Bukankah aku sudah mengatakannya padamu sebelumnya." Fian terkekeh, dia merasa sedikit lega sekarang. Datangnya Kevin tidak membuatnya menjadi semakin buruk atau tersingkirkan.

Ternyata Arra hanya sedang nyaman dan berteman dengan Kevin sebagaimana hanya ingin memperbanyak teman, tidak bermaksud melupakam siapapun.

Ternyata selama ini Fian hanya merasa ketakutan sendiri. "Jika kau harus memilih, kau memilih antara aku dan Kak Kevin. Siapa yang paling baik?" tanya Fian membuat Arra terdiam cukup lama untuk memikirkan jawabannya, bahkan saat itu Fian juga bisa melihat bagaimana wajah Arra benar-benar berpikir keras untuk menjawabnya.

"Kenapa harus memilih? Semua orang baik dan tidak jahat, jangan membahas hal seperti ini, Fian. Aku merasa pembahasan ini tidak baik, aku hanya tidak ingin ada salah paham diantara kita." Fian menganggukkan kepalanya pelan, dia tersenyum dan lega.

"Kau ingin aku mengantarmu?" tanya Fian membuat Arra menggelengkan kepalanya pelan, perempuan itu tersenyum tipis dan bejalan menjauh. "Semoga harimu menyenangkan," ucap Arra berjalan kembali ke kelasnya.

Dia bisa melihat Vio di dalam kelas dengan tatapan kesal melihat ke arahnya. Arra yang tidak bisa menyeimbangkan wajahnya memilih langsung berjalan menuju kursinya dan mengambil ponselnya untuk membalas pesan dari Giral .

/Kak, jangan menjemputku hari ini. Kau bisa jalan-jalan dengan Kak Alfi. Aku bisa pulang sendiri, ah sejujurnya tidak./

/Aku sudah memiliki teman, aku akan menerima tawaran dari temanku untuk mengantarku. Nikmati hari liburku untuk sementara Kak, bertemu lagi di rumah Kak!!/

Iya. Arra menolak ajakan Giral dan memilih untuk pulang bersama Kevin. Entah apa alasannya.