Setelah Raenal dan Arra memilih berangkat lebih awal, Giral memilih berangkat agak siang. Arra berangkat pukul enam pagi lewat limabelas menit. Jika Giral, pria itu memilih untuk pergi pukul tujuh kurang limabelas menit.
Ada jeda wkaru yang membuat Giral sengaja berangkat tidak bersama seperti Giral dan juga Raenal saat mengantar Arra.
Sejujurnya Raenal juga membohongi orang tuanya, sebab pria itu benar-benar tidak mendapatkan izin jika Arra akan Raenal yang mengantarnya, sebab semua konflik terjadi tepat di pukul lima lebih limabelas menit.
Raenal dan Giral bertengkar mengenai pria bernama Tyo, dimana pertengkaran itu ada dan mengingatkan Giral pada posisinya sebelumnya.
Giral mengingat dengan jelas bagaimana Raenal meminta padanya untuk melakukan hal gila, mengatas namakan cinta yang sebenarnya dengan pacar Giral membuat Giral sangat muak saat itu.
Hal gila, bahkan pacar Giral hampir saja tidak bersama dan jatuh sakit saat itu. Ada beberapa hal yang sebenarnya tidak sehausnya Raenal lakukan untuk menguji sampai dimana seseorang mencintai dan bisa bertahan mendapatkan kebahagiaan mereka.
Raenal terlalu overprotektif, pria itu benar-benar menginginkan apa yang adik-adiknya dapatkan adalah sebuah hal yang murni, tulus dan tidak akan ada lagi.
Walaupun itu menurut Giral terlalu memaksakan, Raenal akan tetap melakukan hal yang sama.
Saat ini Raenal sedang duduk di kursinya, selesai mengantar Arra pria itu mendapat kesibukan di kantornya setelah beberapa hari pria itu sakit dan tetap fokus pada keadaannya dan juga mata kuliahnya saja.
Raenal memang memiliki waktu yang banyak saat dia mengambil libur, hanya saja biasanya pria itu hanya akan makan malam di rumah dalam satu hari atau mungkin hanya sarapan.
Giral tidak pernah memungkiri apa yang sebenarnya terjadi, pria itu hanya sedang fokus mengendari mobil miliknya menuju kampusnya, Giral masuk pukul delapan, perjalanan menghabiskan hampir empatpuluh menit dan Giral bisa berbicara dengan seseorang yang tadi malam mengirim pesan padanya untuk berbicara.
Sayangnya Giral masih belum membalasnya sampai sekarang, pria itu memilih mengabaikan dan membiarkan semuanya berjalan dengan santai saja.
Lalu dengan kuliahnya, ada beberapa masalah yang harus dia selesaikan. Skripsinya hampir selesai, dan Giral harus menyelesaikannya dengan baik sebelum dia harus menyelesiakan masalahnya dengan Raen dan juga salah paham antara dirinya dengan Tyo juga.
Giral sampai di kampusnya pukul tujuh pagi lebih tigapuluh sembilan menit. Pria itu memilih untuk turun dari mobilnya, menyimpan kunci mobilnya dengan satu tas dan beberapa buku yang sejak tadi dia bawa karena pria itu butuh mengembalikan buku tersebut.
Ada hampir lima miliki perpustakaan sekolah sebenarnya, dan Giral harus mengembalikan buku-buku yang satu hari sebelum weekend Giral pinjam. Pria itu membawa satu kotak berisi beberapa buku tebal, berjalan agar jauh dan tidak buru-buru namun cepat agar dia tidak terlambat.
Melupakan ponselnya yang terus bergetar, pria itu memilih untuk membawa semua bukunya ke perpustakaan. Butuh waktu enam menit ke tempat tujuannya, tidak lama dsri itu Giral sampai pada buku tempat pengembalian peminjaman.
"Aku meminjam dua tiga hari, aku mengembalikan langsung semuanya." Selesai membawa beberapa buku dengan selamat, Giral mengantongi kunci mobil dengan ponsel yang sejak tadi terus berbunyi. "Terimakasih telah mengembalikkannya tepat waktu, Giral." Pria itu menganggukkan kepalanya pelan, Giral memilih berjalan keluar menuju kelasnya karena sepuluh menit lagi kelas akan dimulai.
Dengan langkah cepat dan sesekali menekan ponselnya untuk mengentahui apa yang dia dapat saat pria itu sedang sibuk pergi ke perpustakaan.
/Kau datang terlambat sayang?/
/Aku melihatmu membawa buku-buku pinjamanmu, sepertinya kau sudah menyicil pembuatan skripsi./
/Semangat, Kak Giral!!!/
Giral tersenyum mendapati pacarnya mengiriminya pesan karena melihat kedatangannya dan juga dengan beberpaa buku yang dia bawa. Sejujurnya Gir tidak mengharapkan dirinya terlambat, hanya saja pertengkarannya dengan kakaknya membuat pria itu menjadi kesal dan memilih berangkat sedikir agak siang.
Dan dia sendiri yang mendapat masalah juga.
/Kau melihatku?/
/Maafkan aku, aku akan mengatakan padamu alasan kerterlambatanku./
/Terimakasih telah menghubungiku, sayang./
Giral memilih menjawab pesan pacarnya dengan ibu jari yang menkan setiap huruf untuk membuatnya sebuah kalimat.
/Jangan khawatirkan aku, aku baik-baik saja./
Entah kenapa kemarahan Giral menjadi semakin memuncak membaca pesan dari pacarnya sebab apa pacarnya katakan benar-benar mengingatkan wanita itu bukan menkadi dirinya sendiri.
/Kenapa kau seperti itu?/
Giral menatap tajam dimana ponselnya sedang menunggu balasan pesan dari pacarnya.
/Aku hanya ingin menjadi wanita yang pintar dan mandiri./
/Aku kelas pagi sekarang, ada dosen di kelasku. Semiga harimu menyenangkan Kak Giral, ayo makan siang bersama jika bisa./
Pacar Giral benar-benar dituntut banyak oleh kakaknya, bahkan wanita itu terus belajar, melakukan apa yang tidak dia bisa sendiri, wanita itu ditekan dengan apa yang dia bisa dan tidak dia mampum
Giral kesal mengingat apa yang bisa wanita itu lakukan walaupun itu hanya sebuah paksaan.
/Lupakan bagaimana kakak laki-lakiku menggertakmu, sayang. Dia hanya bercanda./
Giral terkekeh membaca debgan suara pesan yang pacarnya kirimkan untuknya. "Kak Raenal benar, aku harus mengimbangi bagaimana keluarga kalian sangat pintar dan mandiri. Aku anak yang manja, karena itu aku belajar Kak." Giral mengeratkan ponselnya karena dia kesal. Mata tajamnya bahkan kali ini hanya melihat pada bangunan gedung berlantai dimana lantai atas adalah kelas pacarnya.
Jika Raenal adalah egois, makan pacar Giral adalah keras kepala. Dan itu membangkitkan senyum dan kekesalan Giral menyadarinya.
Pria itu berjalan ke lain sisi dan memilih untuk tetap pada pendiriannya dengan langkah angkuh dan cepat. Lima menit lagi seharusnya Giral masuk, hanya saja pria itu benar-benar memilih terlambat dari apapun.
Baru saja berjalan cepat melewati tanga kampus, Giral sudah mendapat dorongan dari depan dan hampir jatuh karena seseorang menabraknya dengan keras.
"Maafkan aku, maafkan kecerobohanku. Aku benar-benar tidak sengaja dengan semua yang ku---" Belum selesai pria itu meminta maaf Giral melirik ke arah pria yang sama untuk melihat bagaimana pris itu adalah Tyo.
"Untuk apa kau datang ke kampusku?" tanya Giral menyadari jika pria itu bukanlah mahasiswa dari kampusnya dan berjalan dengan mencari seseorang untuk berbicara. "Aku mencarimu, Kak Giral." Tangan Giral mengepal kelas mengingat apa yang Raenal katakan mengenai sikap Tyo pada Arra.
"Dua menit lagi aku ada kelas, bisakah kau tidak mengganggu hidupku?" Menyadari jika respon Giral tidak bersahabat padanya Tyo menjadi menyadari kesalahannya, oleh karena itu Tyo datang menemui Giral. "Aku datang untuk meminta maaf, Kak." Giral memutar bola matanya malas, bell masuk berbunyi dan beberapa dosen mulai masuk ke kelas yang seharusnya dia ajar kali ini.
"Aku ada kelas." Giral langsung berjalan masuk menuju kelasnya sendiri melupakan keberadaan Tyo yang mungkin saja pria itu datang sangat pagi menunggu Giral datang untuk berbicara sendiri.
"Kak, tolong dengarkan penjelasan dari pihakku dulu." Tyo sedikit menghentikan langkah Giral yang akan masuk ke kelasnya sendiri, melihat dosen Giral hampir saja sampai dari sebrang koridor kelas Giral kali ini menjawabnya dengan lebih bersahabat.
"Tunggulah aku di kantin saat jam istirahat. Jika aku tidak ada di kantin, tunggulah aku pulang dari kampus. Kuliahku sampai pukul tujuh malam." Giral menghilang di kelasnya sendiri dengan mengambil tempat duduknya meninggalkan Tyo dengan isi kepalanya yang sibuk dengan permasalahannya sendiri.
Menyadari dia mendapatkan jawaban Tyo berjalan turun menuju kelasnya karena semua mahasiswa sudah mulai masuk ke kelas mereka masing-masing, Tyo harus kembali ke kampusnya dan memulai mata kuliahnya pukul sembilan.
Tyo tidak keberatan berangkat pukul enam pagi hanya untuk bisa berbicara dengan Giral kakak tingkatya nanti. Setidaknya Giral bisa menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi dari sudut pandangnya, bagaimana sikap dan respon Giral nanti sampai penjelasannya Tyo hanya ingin berbicara dengan Giral apapun yang terjadi.
Giral selesai dengan kelasnya, bahkan pria itu benar-benar mengirim pesan pada Tyo jika dia akan ke caffe dekat kampus untuk makan malam dan berbicara dengan Tyo saja.
Setelah beberpaa kali berbicara dna menjelaksan pada pacarnya untuk jangan memperlukan tubuhnya berlebihan dan membuat wanita itu terlihat harus sama rata dengannya Giral mendapatkan jawaban, dia memang mendapatkan tamparan dari pacarnya, hanya saja degan begitu Giral tahu apa yang sebenarnya pacarnya inginkan.
Semua ini memang berawal dari Raenal kakak laki-lakinya, karena hal tersebut juga dia mendapat masalah degan pavarnya. Hanya saja untuk sekarang Giral sudah menyelesaikannya dan memaksa pacarnya untuk tetap memakan makan siangnya tanpa melewatinya lagi.
Pria itu naru saja mengantarkan pacarnya ke rumahnya, wanita itu benar-benar puas menangis dengan tangan yang tidak sengaja menampar keras wajah Giral, hanya saja Giral sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut, bahkan pria iþu terlihat hanya tenang, tersenyum dan memeluknya.
"Aku akan berbicara dengan temanku sebelum aku pergi ke kantor," pamit Giral pada wanita yang sedang tersenyum tipis ke arahnya dan menganggukkan kepalanya pelan.
"Jaga dirinu, Kak Giral." Pria itu mengangguk dan menjawab dengan lebih serius. "Selain aku menjaga diriku untuk diriku sendiri dan untukmu, aku tahu aku harus menjaganya agar kau tidak mendapat kemarahan dari Kak Raenal, sayang." Ya, hubungannya akan kacau jika Raenal masih ikut campur. "Aku tidak apa-apa." Giral terkekeh.
Pria itu pergi menuju caffe dimana sebelumnya Giral dan Tyo pernah membahas skripsi Tyo sebelumnya.
"Kau ingin apa?" tanya Giral begitu dia sampai sampai dan mengambil duduk di samping Giral dengan makanan uang sudah Tyo siapkan untuknya juga.
"Aku ingin menjelaskan salah paham antara aku, Kak Raenal dan juga Arra." Giral menghela nafasnya berat, dia mengambil tisu basah di tasnya untuk mencuci tangannya sendiri. Langsung mengambil minum dan menyesapnya smaoai setengah.
"Aku tahu semuanya."
"Dari Kak Raenal." Giral mengatakannya langsung karena hanya itu yang dia miliki, namun Tyo menggelengkan kepalanya pelan. "Aku hanya sedang bercanda dengan Arra kemarin, Kak Giral."
"Kami saling berbicara mengenai sekolah Arra, kafe yang Arra miliki dan beberapa mengenai hubungannya dengan Fian seperti saat yang sebelumnya." Tyo terlihat sedang menjelaskan apa yang dia tahu sebagai pembelaan, namun Giral seperti tidak dalam satu oemahaman yang sama.
"Tapi, Kak Raenal mengatakan kau kasar pada Arra. Apa kau menarik tangan Arra dengan kasar itu benar?"