/Ku katakan padamu, Vio. Arra marah padaku karena kau menasihatinya di sekolah. Aku tidak mau tahu kau harus membujuknya untuk memaafkanmu. Kesalahan pertamanya ada pada dirimu. Aku hanya ingin kau tidak gegabah dengan terus berbicara soal salah paham antara aku dengan Arra. Kau yang salah Vio, tolong bujuk dia Vio. Ini salahmu sejak awal./
Fian benar-benar kesal setengah mati setelah mengirim pesannya pada Arra namun perempuan itu tidak ingin membalas pesan darinya.
Semua ini berawal dari Vio sebenarnya, perempuan egois, menyebalkan, dan merespotkan itu benar-benar membuat Fian kesal dan tidsk bisa menahan kemarahannya. Setelah sekian lama mereka bertiga berteman, pada akhirnya Fian baru pertama kali melihat Arra marah padanya. Sejujurnya pada Vio, hanya saja Arra juga membawa kemarahannya padanya, entah karena apa. Karena itu juga Fian memilih menghubungi Vio setelah pesannya sejak tadi tidak mendapat balas apapun dari Arra.
Fian mengakui jika Arra memang bukan perempuan yang hanya memiliki sisi lembut setelah sekian lama perempuan itu hanya mengeluarkan sisi lain dari dirinya. Karena sejujurnya dan sepantasnya Fian melihat kemarahan Arra bukan tipe kemarahan yang akan membuat semua orang terlihat takut karena auranya malinkan bagaimana efek sampai besok yang mampu membuat orang-orang disekitarnya atau mungkin orang yang membuat masalah dengannya.
Fian kembali mengirim pesan pada Arra, kali ini lebih lembut dan berusaha menenangkan Arra.
/Maaf jika kau marah padaku karena aku datang padamu saat bersama Kevin, hanya saja aku dan Vio mengkhawatirkanku. Sebenarnya aku akan datang sendiri ke sana saat itu, namun mengingat jika apa yang kau lakukan dengan Kevin memang privasi aku hanya akan menunggu kau dengan Kevin lebih dulu. Vio yang membuat masalah dengamu, Arra. Bukan aku, jadi jangan membenciku karena aku sama sekali tidak ikut dalam tuduhan Vio padamu. Tapi sebelum.itu, tolong maafkan aku./
Terkirim.
Sejujurnya sejak tadi Fian juga tidak mengirim pesan sebanya tadi, laki-laki itu hanya mengirim pesan beberapa kali, sedikit dan spam chat. Hanya saja semua itu sama sekali tidak direspon, bahkan dibaca juga.
Fian juga sekarang merasa jika apa yang Vio katakan pada Arra benar-benar fatal, memilih langsung menghubungi Vio lagi Fian memilih mengetik pertanyaan yang sama.
Setelah limabelas menit pesan yang Fian kirimkan untuk Arra, karena Fian tidak akan selancang itu.
/Vio, minta maaf lah pada Arra agar aku dimaafkan juga!!/
Fian kembali memberi sedikit jeda sebelum Vio membalasnya lagi. Sejujurnya sejak tadi Vio terlihat sangat mengulur wakti dan membuat Fian merasa dia sedikit tidak sabar dengan apa yang Vio jawab padanya.
Seperti sebuah permainan.
/Kau siapa memintaku untuk meminta maaf? Itu bukan aku sama sekali!/
Mendapat pesan balasan tidak menyenangkan Fian hanya bisa memutar bola matanya malas. "Dimana otaknya sebenarnya," kesal Fian saat dia tidak bisa melihat rasa bersalah Vio sama sekali setelah melakukan kesalahan pada temannya bahkan degan kasar mengatakan secara tidak langsung jika temannya adalah jalang.
Ya. Teman atau sahabat busuknya.
/Maksudmu?/
Fian tidak seburuk itu, dia tidak sejahat yang apa pada kehidupan sebenarnya, laki-laki itu hanya tersenyum pelan dan terkekeh kecil.
/Aku ingin membunuhnya dengan yang aku bisa, apa diperbolehkan?/
"Bodoh, perempuan itu memang gila," gumamnya setelah melihat dengan jelas apa yang Vio balas untuknya membuat Fian sedikit tidak tahan dengan apa yang dia dapatkan.
/Kau benar-benar bodoh, cepat kirim pesan pada Arra dan minta maaf padanya, sialan!!/
Fian menghela nafasnya berat dan meletakkan ponselnya asal, laki-laki itu mulai gerah dan mulai menyandarkan punggungnya untuk mendapatkan sedikit sandaran.
/Aku akan mengatakannya, berhenti kasar!/
/Bagaimana, apa kau sudah mengirim pesan pada Arra?/
/Aku baru saja akan menulis pesan untuk Arra, tunggulah sebentar Fian. Aku bukan robot yang bisa mengirim pesan permintaan maaf secepat itu./
"Aku tidak menyangka jika berteman dengan dua perempuan akan berakhir seperti ini," gumamnya setelah beberapa lama dia mendapatkan pesan dari seseorang, senyumnya tiba-tiba kembali ada karena pengirimnya adalah Arra.
Perempuan yang dia sukai sejak hari pertama masuk ke sekolah saat itu, bersama.
Masuk bersama.
"Buruk," komentarnya sebelum membuka pesan dari Arra setealh beberapa spam pesan darinya terjadi karena permasalahan Arra sebelumnya.
"Ya?" terkejut Fian saat menyadari jika pesan dari Arra benar-benar cukup panjang membuat Fian tidak menyangka karena ini adalah pesan terpanjang yang pernah Arra kirimkan padanya.
/Maaf Fian aku baru saja sampai di rumah, aku membaca semua pesan darimu dan dari Vio, ku rasa memang aku sendiri yang memiliki masalah dengan diriku sendiri tadi di sekolah. Aku sama sekali tidak marah padamu, aku hanya merasa tidak nyaman jika harus berhadapan dengan tuduhan tidak berdasar dari Vio, hanya saja aku sedikit marah dan tidak suka. Aku mendapat pesan beberapa darimu dan dari Vio, aku sudah baik-baik saja, dan aki tidak marah padamu ataupun pada Vio. Aku sudah berusaha menganggap hal yang baru saja terjadi hanya unsur tidak sengaja antara aku dengan Kak Kevin, aku dengan Vio dan kau dengan Vio. Jadi jangan anggap serius masalah tadi, terimakasih kau masih memikirkan perasaanku Fian. Terimakasih banyak!/
Ketahuilah, yang Arra dapat bukanlah pesan rapi, bagus ataupun lucu yang akan membuat Arra semakin luluh dan memaafkannya. Kalian membaca semuanya, ya. Sebuah ancaman, makian, kecaman dan masih banyak lagi.
Benar-benar berbanding terbalik dengan pesan yang Vio kirimkan pada Arra memang, hanya saja perempuan itu tidak memiliki pilihan lain, dia hanya harus bersikap baik pada siapapun.
Tanpa sadae tangannya mengetik hal yang dama pada Vio bahkan saat dia baru saja membaca pesan dari Arra.
/Bagaimana, apa kau sudah mengirim pesan pada Arra?/
Balasan datang cepat waktu, Fian belum mengalihkan room chat milik Vio dan langsung membacanya dengan cepat.
/Tentu, aku mengirim permintaan maaf yang sangat panjang untuknya. Apa dia sudah membalas pesan darimu?/
Fian mulai meninggalkan pesan dari Vio dan memilih membalas pesan dari Arra.
/Aku kira kau marah, aku benar-benar sudah berpikir yang tidak-tidak mengenai pertemanan kita, namun melihat balasan pesan darimu membuatku lega./
/Kau baik-baik saja? Sungguh? Kau tidak berbohong kan?/
Fian menulis pesannya dengan perasaan sedikit khawatir mengingat yang dia dapatkan dan berikan bukanlah hal yang sepele, melainkan sensitif dan serius.
/Sudah, terimakasih kau sudah mengusahakan dan mengakui kesalahanmu, Vio./
Fian menunggu pesan dari Arra, namun dia masih sempat membalas pesan dari Vio karena tidak dari semua itu adalah kebaikan Vio meminta pada Arra.
/Aku baik-baik saja, aku sampai di rumah dalam keadaan sehat dan selamat./
/Ngomong-ngomong Kak Kevin baik, jadi kau dan Vio jangan lagi-lagi menilai buruk tentangnya. Aku dengannya hanya kenal kemarin, dan tidak lebih. Jangan berlebihan, kalian membuat Kak Kevin tidak nyaman./
/Kau sudah sampai rumahmu?/
Kevin menganggukkan kepalanya dan memilih menganggap ringan masalah sebelumnya agar tidak terjadi hal aneh dan yang lainnya. Pemikiran buruk tentang Ara dan Kevin kian menipis.
Hanya saja ada pesan lain saat Fian berusaha membalasnya. Dari Vio, dia maish mengirim pesan pada Fian.
/Apa sepenting itu pesan dari Arra sampai-sampai kau harus memarahiku seperti ini?/
Fian memutar bola matanya malas begitu melihat pesan dari Vio.
/Memangnya kenapa? Aku menyukainya./
/Aku menyukainya, kau tahu itu, dan kedekatan kita hanya sebatas teman bukan? Sejak awal aku sudah mengatakan itu, bagaimana bisa kau menjadi sensitif seperti ini Vio./
/Awalnya kita baik-baik saja./
Sedikit menguras emosi jika mengirim pesan pada dua orang dengan dua ekspresi, dan Fian memilih membalas pesan dari Arra dan mulai membalasnya.
/Aku sudah sampai di rumah, syukurlah kau sampai di rumah dengan selamat. Jadi tolong ceritakan kenapa kau bisa diantara oleh Kevin, bukankah ini kali pertamanyamu pulang dengan orang asing?/
Alis Fian menyatu begitu mendapat pesan daei Vio lagi, laki-laki itu langsung membacanya namun memutar bola matanya malas memilih menjawabnya.
/Fian, apakah kau benar-benar serius mengirim pesan penyakit seperti ini padaku? Kau tidak berpikir dua kali untuk menyakitiku dengan ucapan, ketikan dan perilakumu. Fian, kau yang bodoh atau aku?/
Pesan dari Arra masuk, perempuan itu mengatakan semua yang terjadi antara dirinya dengan Kevin dengan sangat jelas, hal itu yang membuat Arra semakin yakin jika kesalahannya meninggalkan seseorang adalah bagaimana Arra mulai semuanya dari awal.
Untuk percaya.
/Kami hanya pulang, Kak Kevin hanya mengantarku sampai depan rumahku, aku berbicara jika aku punya dua kakak laki-laki dan sudah, tidak ada yang spesial sebenarnya, aku hanya sepakat jika kita mulai berteman. Aku sudah tidak perduli sama sekali dengan oermasalahan ini, dan untungnya Kak Kevin tidak marah pads Vio soal tadi. Dia sangat baik./
/Oh, iya. Ngomong-ngomong kau juga mengantar Vio kan tadi siang?/
Fian kembali mengetik pesan untuk Arra sebagai balasan dari Arra yang menceritakan semua yang terjadi dengan baik dan jujur.
/Syukurlah./
/Vio mengatakan padaku jika supirnya tidak menjemput, aku mengantarnya dengan selamat. Sejujurnya jika aku tidak melihatmu pulang dengan Kevin aku akan putar balik untuk mengantarkanku pulang./
Hati Fian menghangat dia sudah dangat takut dengan apa yang terjadi sebelumnya. Fian hanya tipe orang yang selalu banyak takit bahkan saat semuanya belum terjadi apapun.
Terlalu takut, sampai semuanya menjadi semakin mengkhawatirkan untuk dirinya sendiri.
/Aku lega, kau menyelesaikan masalah ini, Arra sangat pemaaf, dia mengatakan sudah memaafkanku dan memaafkanmu, dia benar-benar perempuan yang baik Vio. Jangan membencinya lagi./
Fian langsung membalas pesan dari Vio agar perempuan itu tidak merusak pembalasan pesan antara dirinya dengan Arra. Hanya untuk berjaga-jaga saja sebenarnya, namun laki-laki itu menghela nafasnya lega.
/Aku tidak mengatakan apapun, sepertinya Arra menyadari kesalahannya, dia menyadari jika berciuman dengan Kak Kevin adalah kesalahan, dia menyadari jika kebaikanku selama ini tidak merugikannya dan dia baru sadar./
/Aku teman yang baik untuknya, Fian./
Fian menganggukkan kepalanya pelan, dia hanya menghela nafasnya lega setelah semuanya sudah baik-baik saja.
Arra membalas pesannya lagi, kali ini seperti biasa. Tidak membuat menjadi semakin buruk, pada akhirnya Arra menyudahi.
/Fian aku harus pergi, sudah dulu ya./
Tidak ada angin tidak ada apa Arra memang selalu mengakhiri pembicaraan di pesannya membuat Fian sedikit kesal.
/Vio, kau harus lebih lembut mengatakannya. Jika aku yang mendapat teguran dan nasihat darimu seperti itu, seperti Arra yang mendapatkan teguran darimu, aku benar-benar akan membencimu./
/Vio, mulai sekarang perbaiki caramu berbicara, agar aku nyaman didekatmu, dan kami nyaman bersama denganmu. Sudah dulu, aku harus mandi./
Laki-laki itu mulai mandi untuk membersihkan dirinya sendiri karena keringat, melupakan masalah buruk yang sudah menjadi baik
"Leganya."