"Kapan Kak Giral akan cerita padaku?" tanya Arra saat melihat pria itu mendiamkannya dan tidak mengatakan apapun.
Giral sudah berjanji dan mengatakan jika pria itu akan menjelaskannya padaku, hanya saja dia tidak melakukannnya.
Giral tidak melakukannya, perjalanan sepuluh menit hanya diam saja dan Arra gerah mendapatkannya.
"Cerita apa?" tanya balik Giral membjat Ara menyatukan alisnya bingung, dia melirik ke samping dan kembali fokus mengemudi.
"Soal tadi pagi, Kak Raenal dan Kak Giral." Giral terkekeh kecil, dia mengelus puncak kepala Arra dan tidak mengatakan apapun.
"Kami biasa saja," jawab Giral sekenanya saat dia bisa tahu dan mendengar dengan jelas apa yang Giral dan Raenal lakukan namun pria itu memilih untuk menutupinya.
"Ternyata Kak Raenal dan Kak Giral sama saja," ucap Arra membuat Giral menyatukan alisnya pelan. "Maksudmu?" tanya Giral penasaran kenapa Arra memberinya kalimat sebelumnya, dan apa yang dilakukan Raenal sampai disamakan dengannya.
"Saat Kak Raenal dan Kak Giral kemarin marah karena aku di kafe weekend kemarin Kak Raenal yang mengantarkanku berangkat ke sekolah, dan Kak Raenal juga mengatakan hal yang sama."
"Kak Raenal mengatakan jika kalian tidak bertengkar, aku bukan anak kecil lagi Kak. Aku bisa melihat menggunakan mataku, lalu telingaku juga berfungsi. Aku ingin tahu, tapi kenapa kalian memperlakukanku seperti anak kecil?" Arra mengerucutkan bibirnya kesal, dia melirik Giral saat pria itu hanya bisa terdiam tidak mengatakan apapun.
Lalu lintas semakin padat, terjadi macat yang cukup panjang karena adanya lampu merah, kali ini Giral melepaskan setirnya.
"Kami berusaha menjagamu," jawab Giral membuat Arra semakin malam membahasnya, karena perempuan itu butuh dan dia tidak bisa banyak menyuarakan pendapat, kali ini Arra mulai memberanikan diri.
"Tidak, jika kalian memperlakukan ku seperti ini namanya kalian menyiksaku. Sadarkan kalian jika baik Kak Giral atau Kak Raenal yang merusak pribadiku?"
"Bukan hanya Kak Raenal saja yang berusaha merusakku, pola pikir Kak Giral yang berusaha melawan dan memperebutkanku juga sama. Kalian sama Kak, hanya saja Kak Giral kurang paham." Lampu merat berganti, Giral menjadi sibuk mengendara dan memikirkan apa yang Arra katakan padanya.
"Apa yang Kak Raenal lakukan padamu sampai kau merasa jika Kak Raenal berusaha merusakmu?" tanya Giral saat dia juga gemas dengan kesimpulan yang Arra ambil dari setiap kasih sayang yang Raenal berikan padanya.
"Memberi peluang banyak pada kakak tingkatku untuk berteman denganku, itu juga karena Kak Giral."
"Karena Kak Giral selalu membagi apa yang Kak Giral tahu tentangku du Sekolah membuat Kak Raenal bergerak semakin keras mengetahui jika Kal Giral memberi peluang untukku untuk bertemu dengan Kak Tyo."
"Kak Raenal memperlihatkan dengn baik bagaimana Kak Kevin benar-benar baik padaku, aku tidak tahu awalnya karena apa. Saat aku tanya pada Kak Kevin langsung, itu karena Kak Kevin tidak menyukaiku. Sebenarnya apa yang Kak Raenal ingin lakukan padaku Kak?" Giral terkekeh mendengar penjelasan kecil padanya mengenail apa saja yang Raenal lakukan pada asik perempuannya.
"Aku kurang tahu, Arra." Giral menghela nafasnya berat, dia menurunkan kecepatannya agar dia sampai dengan keadaan selamat karena dengan bebricara dengan Arra. "Aku juga mendapatkan hal yang lebih dari itu, jika aku mengatakannya padamu kau akan terkejut. Ayah juga baru tahu akhir-akhir ini, aku ragu pada diriku sendiri bahkan karena Kak Raenal." Arra mengerutkan bibirnya kesal.
"Jadi Kak Giral memiliki seorang pacar?" tanya Arra beetanya dengan semangat saat dia mengingat jika Giral mengatakannya pada kedua orang tuanya setelah Raenal pergi dari meja makan. Giral menganggukkan keplaanya. "Tentu."
"Saat semester pertama S2 ku, sangat sulit Arra. Beberapa kali juga Kak Raenal ikut campur, mengenalkanku dengan teman perempuannya, yang pintar, yang cantik, dan yang memiliki banyak uang."
"Sayangnya aku tidak menyukainya, hubunganku dengan Alfi sama sekali tidak baik, bahkan sampai atu tahun terakhir. Hampir hancur dan tidak baik-baik saja, Kak Raenal memberi banyak ujian untuk Alfi bahkan sampai dia hampir mati, aku tidak tahu kenapa Kak Raenal sampai seperti itu. Tapi sepertinya sekarang sudhs tidak lagi, semua beralih padamu." Arra menggelengkan kepalanya pelan karena mendengar hal tersebut.
"Kak Raenal hampir membunuh Kak Alfi?" tanya Arra sangat terkejut mendengar faktanya. "Bukan seperti itu, hanya tidak secara langsung." Arra menganggukkan kepalanya.
"Aku paham, tapi bagaimana Kak Raenal hampir membunuh seseorang?" Giral terkekeh mendengar bagaimana keterkejutan Arra pada apa yang cukup lama dia hadapi. "Alfi tidak sesuai kriteria Kak Raenal, itu diawal. Dan Kak Raenal juga berusaha menjauhkan Alfi dariku, sampai pada akhirnya aku sadar, dan Alfi mengatakannya padaku."
"Sampai sekarang Aldi juga selalu menahan diri untuk melakukan apapun untuk hubungan kita, Kak Raenal selalu mengawasi hubunganku dengan Alfi sampai sekarang." Giral terkekeh kecil begitu mengingatnya. "Separah itu?" Giral mengangguk. "Iya."
"Kami hanya bertemu satu kali dalam satu minggu, bertukar kabar dua kali dalam sehari, dan jarang pergi berdua atau Alfi akan celaka. Bahkan Alfi harus diet ketat hanya agar tidak jauh berbeda dengan Kak Katya, sejujurnya aku juga kurang paham untuk apa. Beberapa kali aku juga tidak paham dengan cara berpikir Kak Raenal, sampai pada akhirnya aku menyadari sesuatu." Arra menyatukan alisnya sempurna namun dengan menelan ludahnya sukar. "Jangan membuatku takut, Kak." Giral terkekeh kecil.
"Kak Raenal bermaksud untuk melindungiku dari wanita-wanita yang akan memafaatkanku. Hanya saja caranya terlalu kotor," jawab Giral membuat Arra semakin was-was dan ketakutan. "Aku tidak jadi suka pada Fian, Kak." Arra tiba-tiba sekali mengatakan hal seperti ini.
"Apa yang kau bicarakan, Arra." Giral tertawa begitu mendengar suara ketakutan Arra pada pembicaraan sebelumnya. Giral menggelengkan kepalanya pelan. "Aku akan melindungimu." Arra menjadi sedikit murung, perempuan itu menghela nafasnya berat.
"Aku takut," ucapnya lagi, Arra membuat Giral menjadi semakin terkekeh dan kembali mengotak atiknya lagi. "Kenapa kau tiba-tiba mengatakan tidak menyukai Fian?"
"Karena Fian tidak akan mampu menghadapi Kak Raenal bagaimana Kak Raenal memperlakukan Kak Alfi." Giral terdiam begitu mendengar apa yang Arra pikirkan sejauh itu, hanya saja Giral hanya terkekeh kecil. "Sekolah dan belajar saja, Arra. Nikmati masa sekolahmu, jangan memikirkan pacar atau yang lainnya. Aku saja memikirkannya saat S2, perjuanganmu masih jauh." Arra terkekeh kecil dan menganggukkan kepalanya pelan.
"Ngomong-gomong kemarin aku bertemu dengan Tyo, pria itu mengatakan jika dia tidak memperlakukanmu denfan kasar. Dia hanya bercanda, apa kemarin Tyo memang sedang bercanda denganmu?" Arra menelan ludahnya sukar.
Ingatakannya kembali saat malam dimana Tyo memegang tangannya, sedikit menarik dan mencengkarnnya erat. Dari tatapannya Arra memang bisa melihat jika Tyo hanya bermain, hanya saja respon tubuhnya juga refleks takut.
Bodohnya adalah Raenal datang disituasi yang tidak tepat.
"Aku hanya refleks terkejut, tapi dilihat dari matanya Kak Tyo sepertinya memang tidak kasar, dia bercanda, dan aku terkejut." Giral menganggukkan kepalanya. "Kau takut?"
"Tentu saja, Kak Tyo diam-diam mengerikan tahu!!" Giral terkekeh mendengar ucapan kesal milik Arra karena perempuan itu meninggikan suaranya.
"Aku tahu. Dia memang mengerikan, beberaoa mahasiswa memang tahut padanya. Dia tidak banyak bicara dan selalu merengek memintaku untuk membantu skripsinya, itu terlalu cepat untuk semesternya, hanya saja pekerjaannya terkadang lambat." Arra menaikam bahunya merasa dia tidak perlu tahu, matamya melihat ke arah jendela dimana ada beberapa orang pergi untuk pekerjaan mereka.
"Aku tidak ingin tahu," jawab Arra asal membuat Giral terkekeh. "Arra, kau sudah dewasa ternyata." Perempuan itu memutar bola matnya malas.
"Aku sebenarya sudah dewasa, aku bukan remaja labil lagi. Hanya saja aku malas." Giral menggelengkan kepalanya pelan tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Oh ya?" Arra menganggukkan kepalanya pelan. "Apa kau tidak percaya, Kak?" Giral menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak bermaksud untuk menyudutkan adik perempuannya sama sekali.
"Percaya."
"Aku bisa melihatnya," sambung Giral membuat Arra tersenyum dan menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil milik kakak laki-lakinya. "Kak," panggilnya.
"Ya?"
"Apa yang harus ku lakukan?" tanya Arra membuat Giral menyatukan alisnya pelan.
"Melakukan apa?"
"Menjauhkam teman-temanku dari Kak Raenal, aku sama sekali tidak menyukai siapapun. Fian, Kak Kevin ataupun Kak Tyo aku tidak menyukainya, tapi aku bisa melihat dengan jelas jika Kak Kevin didekatkan oleh Kak Raenal untukku."
"Kak Raenal juga sepertinya tahu jika Kak Kevin tidak menyukaiku makanya Kak Raenal meminta Kak Kevin untuk berteman denganku," jelas Arra mengatakannya apa yang dia pikirkan tidak lama imi membuat Giral terdiam tidak mengatakan apapun.
"Apa yang kau harapkan sebenarnya?" tanya Giral pada adik perempuannya karena perempuan itu berbicara padanya mengenai ketiga pria dan laki-laki yang baru dikenal dekat dengan Arra.
Sejujurnya Giral juga sedikit gemas pada Arra, dia tidak begitu mengikuti apa yang adik perempuannya lakukan dan rasakan.
"Aku juga ingin memiliki seorang pacar," jawab Arra meminta jawaban pada Giral jika dia juga ingin memilikinya.
"Bagaimana jika Fian, kenapa kau merasa jika laki-laki itu tidak bisa menghadapi Kak Raenal?" Arra menggelengkan kepalanya pelan, matanya melihat ke araha Giral untuk menjawabnya. "Dia bahkan tidak bisa menyadari jika seseorang menyukainya. Fian sangat bodoh pada sekitarnya, aku tidak yakin dia bisa melindungiku." Giral menggelengkan kepalanya pelan.
"Bagaimana dengan kakak tingkatmu?" Arra menghela nafasnya berat, dia tidak bisa memikirkan hal lain juga. Mungkin hanya laki-laki itu yang memiliki satu langkah baik untuk berdekatan. "Hanya saja laki-laki itu tidak menginginkannya. "
"Aku bukan tipenya."
Giral sempat tersedak mendengar fakta jika laki-laki itu benar-benar dengan terbuka berbicara padanya, dengan wajah sedikit tidak bahagia dan tidak senang.
"Kau suka padanya?" Arra menghela nafasnya berat, dia tidak begitu bebeicara juga. "Tidak tahu, aku nyaman ada di dekatnya." Giral menganggukkan kepalanya pelan begitu mendengarnya. Sekarang pria itu bertanya hal yang lain.
"Bagaimana dengan Tyo?" Arra menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak menjawab namun sedikit mengeklain pada pria itu.
"Apa Kak Giral suka pertengkaran?"
"Kak Giral saja tahu jika Kak Raenal sangat membenci Kak Tyo, kenapa pertanyaan Kak Giral terkesan ingin berperang?" Giral hanya terkekeh.