Chereads / CINTA 9 TAHUN / Chapter 32 - 32. Yang Disukai Arra.

Chapter 32 - 32. Yang Disukai Arra.

"Bukan seperti itu."

"Maksudku bertanya karena aku ingin tahu pendapatnya mengenai Kevin, Fian dan Tyo. Kenapa aku menjadi salah satu alasan untuk pertengkaran jika kau dan Kak Raenal ternyata sama saja? Kau baru menyadarinya sekarang?" tanya Giral pada Arra saat dia menjadi sedikit sensitif jika membahas Tyo bahkan saat keduanya sedang tidak melakukan perdebatan. "Ah, benar."

"Aku sebenarnya baik-baik saja, kenapa jadi seperti ini?" ucap Arra tersadar buat Giral memutar bola matanya malas. "Turunlah." Giral memerintah pada Arra untuk turun dari mobil karena perempuan itu sudha sampai di area sekolahnya. "Lupakan bagaimana aku bertanya soal Tyo."

"Aku sebenarnya tidak bermaksud untuk mendekatkanmu dengan Tyo, aku sama sekali tidak bermaksud untuk ketiganya juga. Aku hanya ingin kau bisa membedakan, mendengar semua cerita dariku, dan sudah." Giral tersenyum tipis dan membukakan pintu untuk adik perempuannya. "Turunlah, kau harus sekolah." Lagi-lagi Arra menjadi semakin canggung dengan Giral mengingat dia dibantu oleh Raenal untuk berteman dengan Kevin agar bisa membuka isi pikiran Arra, lalu dihadapkan oleh Giral yang awalnya sangat mengayominya sekarang lebih keras dan sedikit menyinggung saat berbicara. "Kak." Arra memanggil.

"Kenapa?" tanya Giral menjawab walaupun matanya melihat ke arah Arra dengan sangat jelas namun tetap meresponnya dengan baik. "Apa aku masih belum dewasa?" tanya Arradengan wajah polos dan lugu, seperti saat Giral mengenalkan Tyo pada Arra. Perlakuan Giral pada Arra yang angat lembut,dan wajah lucu adik perempuannya.

"Tidak ada manusia yang langsung dewasa begitu cepat, Arra. Waktu yang akan memberi bukti nyata rasa sakit pada manusia," jawab Giral pada adiknya.

Arra terdiam tanpa suara mendengarnya. Dia turun dari mobil dan tersenyum tipis ke arah Giral dan melambaikan tangan untuk perpisahan pagi hari keduanya.

Entah karena baru pertama atau memang dia sudah mulai terbiasa dengan kedatabgan Kevin dua hari terakhir, Arra terlihat mencari kebradaan laki-laki itu.

Biasanya Kevin ada duduk di sisi kursi, atau bahkan berdiri menunggu kedatangannya. Namun dia sama sekali tidak melihat laki-laki itu.

Setelah Kevin mengantaraknnya pulang di hari pertama, lalu paginya (kemarin) Arra bertemu dan makan bersama di kantin, lalu pulangnya yang tidak bersama.

Hanya karena kemarin sore Arra tidak melihat Kevin membuat perempuan itu terlihat sangat mencari dan melihat sekeliling.

Bahkan Arra juga bisa sengaja berdiri di depan sekolahan lima menit untuk menunggu, bukan seseorang yang Arra tunggu kedatangannya perempuan itu justru melihat Vio datang dengan wajah sedikit musam dan tatapan marah untuknya.

Arra tersenyum tupis dan berjalan mensejajaru dengan Vio untuk mendapatkan teman masuk ke kelasnya. Arra memulai pembicaraan, dia juga setidkanya tidak mempermasalahkan pesan kemarin saat perdebatan antara Arra, Fian dan Vio yang mungkin saja terjadi.

Kemarahan dan pesan yang Vio kirim pada Fian, lalu Vio memaki-maki Arra tidak hanya berakhir sati hari. Itu bahkan sampai dua hari.

Kemarin masih baik-baik saja, dan Arra rasa juga dia tidak memiliki masalah apapun. Arra berusaha keras untuk tidak membalas pesan dari Fian agar Vio bisa berbalas pesan dengan Fian.

Tidak hanya sampai di situ, Arra juga mengikuti apa yang Vio inginkan. Saat Vio mengatakan dia akan membalas, dan dia haru membalas maka Arra akan melakukan apa saja yang Vio inginkan.

Walaupun pada akhirnya juga Vio akan mengatakan banyak hal pada Arra karena dia tidak suka dan tidak puas dengan apa yang Arra lakukan untuknya. "Bagaimana tadi malam? Apa kau berbalas pesan dengan Fian? Aku sudah mengikuti apa yang katakan," ucapnya pada Vio begitu Vio menaikan kecepatannya saat Arra berusaha berteman dan berjalan agar keduanya beriringan.

"Vio, aku bertanya padamu." Arra sedikit berlari kecil dan berusaha mengimbangi apa yang Vio lakukan. Namun, saat Arra berusaha melakukannya untuk Vio, perempuan itu justru semakin menjauhinya.

Arra semakin bingung, dan dia menyatukan alisnya pelan. Dia menarik tangan Vio erat untuk menahan kecepatannya, dan itu berhasil.

"Vio, aku berbicara denganmu!" Vio berhenti berjalan, Arra juga menyamainya. Keduanya mulai saling melihat membuat Arra dan Vio semakin melekat terdiam. "Sudah puas dengan semuanya?" tanya Vio pada Arra membuat perempuan itu menyatukan alisnya sempurna. "Apa yang puas?"

"Aku tidak melakukan apapun, dan aku juga selalu melakukan apapun yang kau minta. Aku puas karena apa?" tanya Arra begitu menunjuk dirinya sensiei karena bingung dengan pertanyaan Vio untuknya.

Vio memutar bola matanya malas, perempuan itu berjalan menjauh kembali meninggalkan Arra. Namun pria itu dengan cepat juga berlari menuju Vio kembali untuk mencari penjelasannya yang lain.

"Apa yang membuatmu puas sebenarnya?" tanya Arra kembali membuat Vio membuang wajahnya malas menjawab, perempuan itu hanya melirik Arra kecil dan kembali berjalan. "Apa yang kau maksud. Tunggu--- aku sungguh-sungguh melakukan apa yang kau minta. Biar ku tunjukkan," ucap Arra dengan berhenti berjalan untuk mebgambil pinselnya namun Vio tidak perduli dan memilih berjalan ke koridor untuk masuk ke kelasnya saja.

Selesai dengan ponsel dan room chat dirinya dengan Fian Arra kembali berlari untuk menujukannya pada Vio.

"Vio!!" Perempuan itu berteriak membuat Vio semakin malas berteman dengan si bodoh, Arra. Sebenaemya Arra tidak bodoh, perempuan itu sangat pintar. Tapi Arra sangat bodoh bergaul dan mencari teman yang benar-benar seorang teman. Saat Arra sampai di samping Vio, perempuan itu menujukkannya pada Vio.

Pria itu menunjukkannya dengan halus, dan Vio membacanya debgan cepat. Dari A sampai B. Vio membaca semua pesannya, dari mulai pertengkaran kematin, dari malam, dan hari ini.

Dimana Fian bertanya pada Arra apakah dia butuh jemputkan, namun Arra menjawabnya dengan sopan jika dia diantar oleh kakak laki-lakinya.

"Bukankah aku tidak melakukan apapun? Kau tidak ingin puas dan tidak merasa puas sama sekali." Arra kembali menjelaskannya pada Vio jika perempuan itu sama sekali tidak bermaksud untuk mengambil Fian dari Vio. "Aku tidak akan menyukai laki-laki yang sudah diincar olehmu, Vio." Arra kembali meyakinkan Vio jika dia tidak akan melakukannya sama sekali, walaupun dia sedikit ingin.

"Siapa yang disukai Vio?" tanya Fian yang berjalan mendekat ke arah keduanya dengan merangkul kedua bahu dua perempuan itu satu satu. Arra menggelengkan kepalanya pelan, perempuan itu tahu batas dan sedikit privasi yang harus dia rahasiakan dengan Vio. "Aku tidak tahu." Jawaban Arra.

"Kau sedang menyukai siapa, Vio?" tanya Fian saat dia menanyakan laki-laki beruntung mana yang disukai sahabatnya itu, namun perempuan itu hanya diam saja dan menjauhkan wajahnya ke lain arah.

Posisi wajahnya dengan Fian sangat dekat, itu membuat Arra terkekeh kecil da kembali melihat ke sisi lain dimana di bawah adalah kelas Sekolah Menengah Atas tahun ketiga.

Kelasnya paling dekat dengan depan gerbang, setidaknya. Depan lapangan juga, dan sampai detik ini juga Arra tidak melihat diaman Kevin.

"Kau tidak perlu tahu," jawab Vio lirih membuat Arra kembali fokus pada Vio dan juga Fian. "Kau ingin ku beri bocoran sedikit mengenai laki-laki yang Vio sukai?" tanya Arra memberikan sedikit tawaran pada Fian agar laki-laki itu penasaran dan Vio juga sedikit gelisah.

Dan suksesnya Arra bisa melihat keduanya. "Apa kau tahu?" tanya Fian kembali pada Arra membuat Vio menundukkan kepalanya pelan, melirik ke arah Arra dengan tatapan yang tajam.

Seperti seolah-olah tatapan matanya mengisyaratkan jika dia benar-benar akan marah jika Arra membuka mulutnya. Arra terkekeh kecil begitu melihat Vio benar-benar ketakutan padanya.

"Laki-laki itu pasti sangat beruntung karena dicintai, Vio. Selain Vio cantik, tinggi, pintar dan pemberani. Siapapun akan menyesal jika menolak Vio, kriteria laki-laki yang Vio sukai benar-benar tidak jauh dari apa yang Vio miliki juga." Merasa sedikit lega karena tidak melihat Arra mengatakan dengan terus terang mengenai laki-laki yang sedah dicintai Vio, permpuan itu justru semakin takut jika Fian akan menjauhinya.

Mungkin saja hari ini, Fian masih bisa merangkul bahunya, berbicara dekat dengannya dan tidak membahas perasaan. Namun, jika besok atau lusa Fian justru menjauhinya, bukankah itu sebuah neraka bagi Vio?

"Apa dia bersekolah di sini?" tanya Fian semakin ingin tahu dengan melihat ke arah Vio sedikit menaikan satu alisnya pelan untuk menggoda perempuan itu.

Walaupun mereka memiliki konflik, mereka masih tetap sahabat.

"Tanyakan pada Vio!" Arra melempar jawabannya agar Vio yang menjawab, saat Fian kembali berbicara dengan Vio, Arra kembali melihat ke sisi lain kelas milik Kevin untuk mencari dimana keberadaan laki-laki baik itu. Masih sama, Arra kembali melirik ke arah Vio karena perempuan itu masih belum menjawabnya.

Arra tersenyum miring dan melihat ke arah Vio saat dia sendiri yang tertekan dengan pertanyaannya. Sejujurnya Arra tidak beemaksud membuat Vio terjebak, hanya saja akan lucu dan menyenangkan juga jika Vio perempuan yang selalu sedikit-sedikit menyalahkannya untuk untuk menghadapi sendiri laki-laki yang dia sukai.

"Iya, dia bersekolah di sini." Vio berhasil menjawabnya dengan membuang wajahnya ke lain sisi membuat Arra terkekeh kecil. "Kau juga tahu siapa orangnya, Arra?" tanya Fian pada Arra membuat perempuan itu menganggukkan kepalanya pelan. "Tentu saja!"

"Aku mengenalnya dengan sangat baik," jawabnya lagi, Fian semakin penasaran, perempuan itu juga semakin senang untuk melanjutkannya. "Bagaimana bisa kau sangat mengenalnya saat aku sama sekali tidak tahu apapun?"

"Kalian curang sekali!" ucap Fian tertawa palsu karena dia merasa canggung begitu mengingat jika Arra benar-benar tidak banyak berteman dengan laki-laki si enam tiga bulan pertamanya. Kedua perempuan itu tertawa kecil dimana Arra puas berhasil memposisikan Vio dikeadaan yang kurang nyaman, dan Vio yang merasa jika Fian tahu segalanya, laki-laki itu akan membencinya.

"Apa mungkin kakak senior yang dua hari berteman dengan Arra?" tanya Fian tiba-tiba bertanya dan membawa Kevin dipembicaraan keduanya membuat Arra sedikit terkejut juga.

"Bukan-bukan, bukan Kak Kevin. Aku tidak akan menyukai laki-laki yang disukai Arra!" teriak bantahan Vio membuat Fian mata Arra membesar.

"Tunggu! Siapa?"