Chereads / CINTA 9 TAHUN / Chapter 26 - 26. Berbicara Dengan Ayah.

Chapter 26 - 26. Berbicara Dengan Ayah.

Setelah mendengar penjelasan Tyo, Giral dibuat pusing dengan yang dia dapatkan. Apa yang dikatakan kakak laki-lakinya sama sekali tidak bohong, Raenal tidak bersalah. Hanya saja Giral tidak terima dengan apa yang Tyo dapatkan dari Raenal.

Ujaran kebencian yang belum tentu jelas membuat Giral menjadi tidak nyaman dengan Tyo, bagaimana tatapan benci dan yang Tyo dapatkan dari Raenal. Kakaknya memang sangat mengerikan, terkadang ibunya juga sedikit canggung jika putra pertamanya sedang marah atau tidak dalam mood yang baik.

Melihat kampus yang semakin ramai karena kelas malam sudah akan dimulai dan Giral masih di kantin karena menunggu cukup lama kegelisahannya yang mengganggu pikirannyam

"Sepertinya aku harus pergi ke suatu tempat," gumamnya saat dia sadar jika dia memikirkannya sendiri dan berusaha mempermasalahkan apa yang dia pikirkan sendiri akan berakhir menjadi bodoh juga.

Giral tidak akan mendapatkan apapun, pria itu akan merasa semakin bersalah tanpa henti dan tidak mendapat jalan keluar juga.

Giral sudah meminta izin pada Raenal untuk tidak menjemput adik perempuannya, dan Giral berakhir terdiam di kantin dengan meminum jus jeruk yang sengaja dia beli beberapa menit yang lalu namun tidak diminum sama sekali.

Tangannya mencari ponsel dan kunci mobilnya, pria itu benar-benar akan meninggalkan kampus dan meninggalkan minumannya yang belum tersentuh sama sekali, berjalan menuju parkiran untuk pergi ke suatu tempat.

Saat sampai di parkiran dan masuk ke dalam mobil pada akhirnya Giral mengirim pesan pada seseorang jika dia akan datang. Dengan menghela nafasnya berat Girla menyalakan mobilnya, membiarkannya sebentar dan mengetik pesan dengan serius pada seseorang yang sangat enting untuk hidupnya.

/Ayah aku akan ke kantor, ingin bicara. Bisakah ayah menyisihkan waktu ayah sebentar untuk berbicara denganku?/

Giral mengirimkan pesannya dengan cepat, beruntungnya ayahnya juga menjawab dengan kecepatan yang sama membuat Giral memilih untuk membaca dan membalasnya lagi.

/Datanglah, ayah menunggumu./

Membaca balasan pesan dari ayahnya Giral tersenyum tipis,dia itu terlihat sangat nyaman dengan apa yang dia lihat. Hanya saja senyumannya langsung luntur begitu mendengar apa yang dia pikirkan semakin memeluknya dalam kabar buruk.

/Tunggu aku sebentar, ayah. Aku akan sampai ke kantor ayah./

Selesai membalas pesan milik ayahnya Girla mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, pria itu benar-benar dalam mood yang buruk.

Bertengkar hebat dengan kakak laki-lakinya, mengingatkan seberapa buruk Raenal memperlakukam pacarnya dan seberapa keras kepalanya Raenal ingin mengatur hidup Giral sampai ke depannya.

Maksud Giral sebenarnya ingin melindungi kepolosan dan kebaikan Arra, adiknya sebenarnya butuh dijaga, setidaknya juga Arra harus mendapatkan hidup dan kisah percintaannya yang menyenangkan.

Tidak sepeti Giral yang diatur oleh kakak laki-lakinya. Raenal yang selalu mengatakan jika dia sangat berpengalaman, dan kakak laki-laki yang mengumumkan jika dia tahu segalanya. Giral benci hal itu.

Membutuhkan satu jam perjalanan untuk sampai ke kantor ayahnya, Giral menghabiskan waktu tigapuluh sembilan menit untuk sampai, dia menggumakan kecepatan tinggi karena jalan raya tidak terlalu ramai malam ini.

Pria itu sampai si kantor ayahnya, Giral berjalan menuju lobi dan masuk ke lift untuk masuk ke lantai teratas.

Ruangan ayahnya.

Dengan menghela mafasnya berat dan wajah kelelahan dengan wajah mengantuk pada akhirnya Giral mulai menyegarkan wajahnya dengan menguap lebar. Setidaknya dia akan merasa sangat lega dan nyaman mendapatkannya.

Sampai di lantai atas Giral langsung berjalan menuju ruangan ayahnya, mengetuk pintu ruangan ayahnya untuk meminta izin. "Masuk!" Ayahnya berteriak untuk menerima tamu dengan sopan. Pria dewasa itu sama sekali tidak tahu jika yang datang adalah putranya, begitu Giral masuk ke dalam ruangan ayahnya pria dewasa itu menyatukan alisnya sedikit bingung.

"Kau ada masalah? Duduklah sebentar, ayah akan mengambilkan air minum untukmu." Ayah Giral berjalan menuju putranya, membimbing untuk duduk di sofa dan Giral menutut. Ayahnya mengambil air mineral untuknya dan memberikanmya pada Giral.

"Minum dulu," ucapnya, Giral menerima air dari aayhnya dan mulai meneguknya, dia merenggangkan tubuhnya dan mulai menumpukkan punggungnya pada punggung sofa.

"Ya?" tanya ayahnya saat tahu jika pitranya ingin berbicara dengannya namun memiliki keraguan yang sangat banyak dan besar terhadapnya. "Apa ayah akan mendengarkan semua ceritaku dan tidak menghakimi seseorang yang ku maksudkan saat ini?" Ayahnya menyatukan alisnya pelan bingung karena dia tidak begitu paham dengan apa yang dikatakan putranya.

"Apa yang berusaha kau bicarakan, Giral? Ayah tidak paham." Ayah Giral terlihat tidak bersahabat saat berbicara dengan Giral. Pria itu bahkan sangat terkejut dan bingung karena yang dikatakan Giral sedikit tidak masuk akal dan membingungkan.

"Aku memiliki masalah, masalah ini pribadi, dan ku rasa aku tidak bisa menyelesaiaknya sendiri." Ayahnya menganggukkan kepalanya pelan sebagai respon jika dia akan membantu putranya sebisa yang dia bisa.

"Ayah akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantumu, katakan pada ayah apa masalahmu, dan dengan siapa." Giral menghela nafasnya berat, dia sepenuhnya ragu untuk mengatakan kejadian ini.

Karena sepenuhnya Giral tahu jika dia mengatakannya dia juga harus menerima kosekuensi yang harus dia dapatkan dari kesalahannya.

"Aku akan mengatakannya pada ayah, tapi ayah harus mendengarnya sampai selesai dan jangan memotong apa yang ku katakan dan meninggalkan salah paham yang begitu banyak."

"Ayah harus mencerna baik-baik dan membantuku menyelesaikannya. Jangan asal mengambil tindakan yang membuat aku dan ayah dalam bahaya. Apa ayah mau menjaga rahasia berdua bersamaku saja?" Dan ketahuilah, pria dewasa itu bahkan menyatukan alisnya sempurna karena untuk pertama kalinya putranya sagat serius berbicara dengannya mengenai masadepannya.

Giral bukan tipe anak yang terbuka, pria itu akan melakukan apa yang menurutnya benar dan nyaman. Jika dia sudah kesulitan maka dia akan lari.

Lari mencari bantuan, seperti saat ini. "Bicaralah, ayah akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjadi pendengar yang baik untukmu."

Giral menghela nafasnya berat, dia membuka jas kampusnya dan menaikan kemejanya yang sedikit mengganggu kenyamanannya.

"Kak Raenal menggangguku, awalnya sebenarnya aku tidak mempermasalahkannya, hanya saja Kak Raenal akan mengusik Arra, aku sedikit terganggu walaupun Kak Raenal bermaksud baik pada Arra. Aku sebelumnya dirugikan." Alis ayahnya terlihat menyatu begitu mendengar Giral mengatakam dirugikan.

"Ya?"

"Apa yang kakakmu lakukan padamu sampai kau mengatakan jika kau dirugikan? Katakan pada ayah apa yang mengusikmu, ayah akan membantumu dan berusaha untuk adik padamu dan kakakmu." Giral mengambil minumannya, dia melihat ke arah ayahnya untuk berbicara sedikit-sedikit dan pelan-pelan.

"Aku memiliki pacar saat masuk S2, hampir tiga tahun yang kalau. Kak Raenal tahu jika aku memiliki pacar, dan Kak Raenal mengganggu pacarku dua tahun terakhir, dia mengancam, memberi sedikit peringatan, membuat pacarku tidak nyaman dan hampir menyelakainya."

"Ayah, nama pacarku Alfi. Dia bahkan sampai diet karena wanita itu bukan wanita yang tinggi dan kurus. Aku mencintai Alfi walaupun dia gemuk, ayah. Tapi dia menjadi semakin tinggi dan kurus karena Kak Raenal. Ayah, walaupun Kak Raenal kakakku aku harus menerima kebaikannya, hingga sampai aku kehilangan kesabaranku."

"Ayah, Kak Raenal meminta Alfi untuk tidak menemuiku selama dua bulan, jika Alfi tidak mengikuti apa yang Kak Raenal lakukan dia akan melakukan hal gila dengan membayar orang untuk menyelakainya."

"Diawal Alfi tidak percaya akan hal itu, namun saat hari pertama Alfi menemuiku pulangnya Alfi kecelakaan. Wanita itu mengatakan padaku jika dia mendapat ancaman dari Kam Raenal. Tapi Alfi mengatakan padaku setelah dua bulan Alfi menjauhiku dimanapun."

"Ayah, jika Alfi dan aku bisa menanganinya. Jangan buat Arra berada diposisiku dengan Alfi, Kak Raenal mengatakan padaku jika dia akan melakukannya juga pada Arra."

"Siapa laki-laki itu? Bukankah dia tidak menyukai Fian temannya?" Ayah Giral terlihat mempertanyakan siapa laki-laki ataupun pria yang akanendapat masalah dari Raenal.

"Tyo, adik tingkatku yang sedang mengurus sedikit skripsinya." Giral memutar bola matanya malas, dia mengambil ponselnya untuk menujukkan beberapa bukti asli jika Alfi pacarnya benar-benar mendapatkan kecelakaan dari kakaknya.

"Ini." Giral menujukan foto Alfi saat wanita itu mendapatkan beberapa luka, ada pada kening, lalu wajahnya lalu kakinya yang harus diperban karena kecelakaan..

Dan saat Giral bertanya pada Raenal pria itu benar-benar menjawab jika memang dia yang melakukannya. Hanya untuk mencaritahu kebenaran jika Alfi adalah satu wanita yang bisamenjaga dan setiap hanya pada Giral.

Sejujurnya ini konyol, dan Giral membantahnya. Namun pria posesif itu benar-benar melakukannya.

"Kakakmu benar-benar melakukan itu?" tanya ayahnya sedikit ragu karena Giral terlihat sangat serius saat berbicara padanya. "Aku berbicara dengan jujur."

"Ayah, aku tidak memaksa ayah untuk percaya padaku, tapi aku hanya akan mengatakan jika aku tidak berbohong." Giral memasukan ponselnya ke sakunya, dia menyimpan tas dan mulai duduk dengan sampai di sofa ayahnya.

"Ayah, aku hanya ingin mengatakan pada ayah. Jika aku dan Kak Raenal akan memiliki masalah pribadi masing-masing, dan mengharuskan ayah memiliki antara aku dengan Kak Raenal tolong jangan memilih salah satu dari kami. Aku hanya ingin ayah adil, aku tidak bisa menyadarkan Kak Raenal jika ayah berpihak diantara aku ataupun Kak Raenal." Giral meminta sedkit bantuan dan kerjasama antara dirinya dengan Raenal. Ayahnya hanya sebagai wasit dan penonton yang bijak.

"Ayah akan diam, tapi jika diantara kau dan kakakmu sampai main fisik ayah yang akan memisahkan masalah kalian satu sama lain," ucap ayahnya membuat Giral menganggukkan kepalanya menurut karena pria itu juga tidak akan bisa marah terlalu lama pada kakak laki-lakinya sendiri.

"Janji pada ayah jika kau tidak akan merusak keluarga kita," minta ayahnya membuat Giral terdiam dan tidak merespon apapun.

"Kau boleh melindungi adikmu dari kakakmu jika itu merugikan, tapi kau juga jangan melupakan jika Arra ataupun Raenal keduanya sama-sama keluargamu juga. Kau dengar apa yang ayah katakan padamu, Giral?"

Pria dewasa itu sedikit menasihati putranya, hanya saja memberi teguran dan peringatan agar tidak menghancurkan hubungan baik antara Giral dan Raenal.

"Kau mendengar ayah?"