/Ku katakan padamu, Vio. Arra marah padaku karena kau menasihatinya di sekolah. Aku tidak mau tahu kau harus membujuknya untuk memaafkanmu. Kesalahan pertamanya ada pada dirimu, aku hanya ingin kau tidak gegabah dengan terus berbicara soal salah paham antara aku dengan Arra. Kau yang salah Vio, tolong bujuk dia Vio. Ini salahmu sejak awal./
Vip baru saja selesai mandi, dia baru juga selesai makan sore di rumahnya dan lihatlah pesna buruk apa yang dia dapatkan sejauh dia hanya meninggalkan ponselnya tergeletak dua jam lamanya.
"Astaga, haruskah aku mendapatkan kebencian ini? Tidak adil, tuhan." Vio mengeluh menyadari jika hari-harinya selalu merepotkan untuknya.
Cintanya, senangnya, buruknya, sakitnya menyiksanya, semuanya terasa begitu menyesakkan hanya padanya. Vio selalu melihat ke arah lain, saat teman-teman di sekolahnya terlihat sangat senang, ringan dan bahagia Vio benar-benar terlihat jika dia sangat tertekan.
Bagaimana tidak?
Vio mengatakan pada Arra jika dia menyukai Fian, terang-terangan juga, Arra tahu itu, sedikit-sedikit mulai menyadarinya. Namun melihat seburuk dan semengerikan apa pertemanan tiga orang itu akan membuatnya hancur membuat Arra mulai menyadari hubungan terlalu buruk itu merugikan semuanya.
Arra saat itu tidak tahu apa-apa hanya saja sejarang Arra hanya tahu jika Vio menyukai Fian, dan Vio mendesak Arra untuk berpacaran dengan Kevin kakak tingkatnya untuk mengalihkan perasaan Fian dan membantu Vio mendapatkan Arra.
Sejujurnya alurnya sangat bodoh.
Begitu melihat Fian benar-benar tidak tahu jika semua itu terjadi pria itu benar-benar menjadi laki-laki yang tidak tahu keberanian yang ada untuk mengatakannya.
Vio cerdas dan cerdik, perempuan itu bemar-benar berusaha bermain cantik disatu sisi yang berbeda.
Menjadi lemah di depan Fian dan kejam di depan wajah Arra.
/Vio, minta maaflah pada Arra agar aku dimaafkan juga!!/
Sepertinya Arra benar-benar lelah membahas hal semacam ini, hanya saja mengingat seberapa buruknya Vio dan baiknya Fian, Arra terjenak.
/Kau siapa memintaku untuk meminta maaf? Itu bukan aku sama sekali!/
"Oh ya?"
"Baiklah ayo perpanjang pembicaraan ini dengan serius."
/Maksudmu?/
/Aku ingin membunuhnya dengan yang aku bisa, apa diperbolehkan?/
Vio berniat bercanda, namun jawaban Fian berhasil membuat Vio menjadi membantu.
Seperti.
/Kau butuh penisku, ya aku bisa, tolong sewa aku./
Seperti semacamnya juga.
/Kau benar-benar bodoh, cepat kirim pesan pada Arra dan meminta maaf padanya, sialan!!/
Vio memutar bola matanya menyadari jika Fian menjadi sangat kasar akhir-akhir ini pria itu terlihat sangat mencurigainya karena dia sedikit kasar pada Arra akhir-akhir ini.
/Aku akan mengatakannya, berhenti kasar!/
Vio membalasnya dengan malas-malasan, perempuan itu benar-benar tidak senang jika Fian sedang perhatian Arra. Vio sangat cemburu, dan dia benci itu.
"Apakah hidupku harus semenyedihkan itu? Baiklah lupakan saja." Vio mengambil nomor kontak milik Arra untuk mengirim pesan kejutan pada perempuan itu karena sikap kasar Fian pada Arra.
/Hey Arra apa kau sangat tidak suka jika aku menyukai teman laki-laki kita? Apa Kak Kevin saja tidak cukup untukmu? Arra dengarkan aku, aku menyukai Fian karena aku suka ada di sampingnya. Aku sangat menyukai Fian bagaimana kau suka juga pada Kak Kevin./
/Arra kenapa kau jahat sekali, jika kau tidak menyukai Kak Kevin setidaknya sangat membuat Fian menjadi membenciku, Fian mengirim pesan padaku jika dia marah padaku katena kesalahanku saat mengatakan kebenarannya saat aku berciumanan dengan Kak Kevin, Fian marah besar, apa ini rencanamu agar Fian membenciku./
/Arra tolong baca pesan panjangku, aku sangat kesal dan marah sampai aku tidak bisa melampiaskan kemarahanku pada siapapun, kenala kau jahat sekali Arra./
Ketahuilah, sejujurnya Vio adalah satu perempuan yang memiliki banyak perasaan yang mempu membuatnya tergoyah dan mempermainkan keadaan yang cukup sulit.
Pesan datang pada ponsel Vio, kali ini dari Fian, laki-laki itu kembali menanyakan apakah Vio sudah mengirim pesan pada Arra saat itu.
/Bagaimana, apa kau sudah mengirim pesan pada Arra?/
Vio memutar bola matanya sedikit lucu, pria iti benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri karena sesuau yang sulit dikendalikan di dalam dirinya yang mulai keluar.
/Aku baru saja akan menulis pesan untuk Arra, tunggulah sebentar Fian. Aku bukan robot yang bisa mengirim pesan permintaan maaf secepat itu./
Terkirim!
Vio kembali ke room chat dengan Arra, kali ini perempuan itu kembali mengirim pesan pada sahabatnya.
/Maafkan aku jika aku terkeasan menuduhmu, maafkan aku jika kau tidak suka maksud baikku menegurmu di sekolah. Tapi bisakah kau tidak membuat masalah denganku dan membuat Fian terus mencurigaiku jika kau benar-benar membenci dan marah padaku?/
/Arra, aku memang menyukai Fian dan ingin membuat Fian menjadi milikku dan pacarku, tapi laki-laki itu tetap teman laki-lakimu. Kenapa kau menjadi sangat sensitif dan menjauh seperti ini?/
/Aku tahu Kak Kevin tampan, Arra. Tapi apa kau harus meninggalkan Fian yang tidak nyaman saat kau tidak bersama kami dan meninggalkan, kami berdua saja?/
/Arra kau jahat sekali!!/
Vio memutar bopa matanya saat dia berhasil mengirim pesan yang semsitif yang saat itu berhasil membuat keduanya menjadi sangat beeapi-api dan membenci seperti ini.
/Bagaimana, apa kau sudah mengirim pesan pada Arra?/
Kali ini pesan dari Fian, dan Vio menghela nafasnya berat dan benar-benar benci Arra hanya karena masalah sesepele ini juga.
/Tentu, aku mengirim permintaan maaf yang sangat panjang untuknya. Apa dia sudah membalas pesan darimu?/
Vio sangat bodoh saat harinya sudah remuk dan terbenci seperti ini, namun yang namanya cinta tetap cinta. Perempuan itu tetap bertanya dan menukar pesan dnegan Fian dan membahas Arra walaupun dia muak.
/Sudah, terimakasih kau sudah mengusahakan dan mengakui kesalahanmu, Vio./
Vio tersenyum miring, tidak ada yang tahu ini semua terjadi, dan tidak ada yang akan menyangka jika neraka yang sebenarnya sejauh ini ada di dunia adalah pengkhianatan dari persahabatan dan teman.
Hahaha.
/Apa sepenting itu pesan dari Arra sampai-sampai kau harus memarahiku seperti ini?/
Vio sengaja mengirim pesan pada Fian untuk bertanya.
/Memangnya kenapa? Aku menyukainya./
Jawabmya sebagai sebuah petaka yang menyulut emosi Vio semakin panjang.
/Aku menyukainya, kau tahu itu, dan kedekatan kita hanya sebatas teman bukan? Sejak awal aku sudah mengatakan itu, bagaimana bisa kau menjadi sensitif seperti ini Vio./
/Awalnya kita baik-baik saja./
Vio memutar bola matanya malas tangannya mengepal begitu melirik foto yang sengaja Vio pajang bersama dengan Fian dsn juga dirinya. Tiga foto, satu laki-laki dan dua perempuan, dengan satu perasaan mencintai dan dus perasaan kebencian.
"Arra, apa kau hidup benar-benar untuk mengacaukan hidup orang lain? Astaga, biadab sekali hidupnya," ucapnya mencibir pada Arra namun dengan foto saja yang tersimpan rapi di kamarnya.
"Kami awalnya baik-baik saja Fian, namun nafsumu begitu besar sampai merusak segalanya." Vio menghela nafasnya berat, perempuan itu sedikit kesal dan mulai mengirim pesan balasan pada Fiam detik itu juga walaupun sedang kesal.
/Fian, apakah kau benar-benar serius mengirim pesan penyakit seperti ini padaku? Kau tidak berpikir dua kali untuk menyakitiku dengan ucapan, ketikan dan perilakumu. Fian, kau yang bodoh atau aku?/
Vio menunggu balasan dsri Fian cukup lama, hanya saja Vio tidak bisa bertahan lama dan memilih mengalihkan room chatnya kembali pada Arra.
/Kau sedang berbalas pesan dengan Fian? Arra kenapa kau datang disaat yang tidak tepat, aku sedang berbalas pesan dengan Fian, dan kau datang membantu. Apa kau begitu membenci perasaanku pada Fian? Apa salahku ku tanya? Aku hanya menyukainya, kenapa kau selalu menghalangiku./
/Berhentilah mengirim pesan pada Fian, Arra. Kau menggangguku, kau mengganggu usahaku, kau tidak suka aku menyukai Fian, tapi jangan membuat Fian membenciku aku benar-benar tidak memaksamu mendukung perasaanku, tapi kau mengusiknya Arra./
/Jangan membalas pesan dari Fian lagi atau aku benar-benar tidak akan mau menjadi temanmu lagi Arra! Ini bukan peringatan, melainkan aku menegurmu baik-baik./
/Balas pesan dariku, Arra./
Vio benar-benar mengirim pesan pada Arra seperti iru tidak menambah-nambahi atau bahkan menguranginya. Sekarang apa adanya, Vio benar-benar mengatakan itu dengan baik.
Mengirim pesan, bukan menelfon. Baiklah, sekarang lupakan itu. Fian membalas pesan dari Vio, dan kali ini perempuan itu mulai membahasnya.
/Aku lega, kau menyelesaikan masalah ini, Arra sangat pemaaf, dia mengatakan sudah memaafkanku dan memaafkanmu, dia benar-benar perempuan yang baik Vio. Jangan membencinya lagi./
/Aku tidak mengatakan apapun, sepertinya Arra menyadari kesalahannya, dia menyadari jika berciuman dengan Kak Kevin adalah kesalahan, dia menyadari jika kebaikanku selama ini tidak merugikannya dan dia baru sadar./
/Aku teman yang baik untuknya, Fian./
Lagi, Via benar-benar mengatakan yang sejujurnya. Dia jujur dengan sangat baik dan rapi, hanya saja kebodohannya yang membuat Vio terus terlihat sangat buruk di Arra dan cantik di Fian.
Sangat munafik.
/Vio, kau harus lebih lembut mengatakannya. Jika aku yang mendapat teguran dan nasihat darimu seperti itu, seperti Arra yang mendapatkan teguran darimu, aku benar-benar akan membencimu./
/Vio, mulai sekarang perbaiki caramu berbicara, agar aku nyaman didekatmu, dan kami nyaman bersama denganmu. Sudah dulu, aku harus mandi./
Vio memutar bola matanya malas, perempuan itu kembali melirik foto miliknya dimana ada Fian dan Arra.
"Ini bukan cinta segitiga, ini adalah tiga segi cinta."
Vio memutar bola matanya malas, tangannya kembali mengirim pesan pada seseorang dengan baik-baik, tidak seperti sebelumnya.
/Maaf aku berbicara kasar padamu, aku marah tadi Arra. Benar-benar marah dan tidak bisa mengondisikan tubuhku, maafkan aku yang selalu membuatmu dirugikan setiap saat. Terimakasih tetap menganggapku baik dan menilaiku cantik di depan Fian. Kau teman terbaik, Arra. Terimakasih banyak./
Vio benar-benar mengetik pesan itu dengan tersenyum manis, tidak ada kebencian dan tatapan tidak nyaman seperti sebelumnya.
Tidak ada amarah yang sama saat itu telihat sangat jelas jika Vio sangat membenci Arra sebelumnya.
/Arra, maafkan kesalahanku jika kau marah padaku hari ini./