"Kau benar-benar laki-laki yang jujur, Kak." Arra benar-benar terkejut mendengar apa yang Kevin katakan padanya hari ini, bahkan hari ini bisa menjelaskan dengan jujur bagaimana Kevin benar-benar laki-laki yang baik dan menyenangkan.
"Soal kemarin."
"Bisakah kali ini aku meminta apa yang kau lakukan padaku kali ini?" Kevin menyatukan alisnya pelan cukup terkejut mendengar apa yang Arra katakan padanya. "Kau pamrih?"
"Bukan seperti itu." Arra terlihat ingin menjelaskan pada Kevin jika maksudnya kali ini bukan seperti itu. "Lalu?"
"Kau meminta apa yang ku lakukan padamu, dan sekarang kau memintanya kembali. Bukankah ini pamrih?" Arra mengerucutkan bibirnya kesal menyadari apa yang Kevin katakan benar-benar sangat jujur. Tapi maksud Arra berbicara seperti ini bukanlah sebuah balasan yang Arra inginkan.
"Aku belum makan siang, Kak." Arra melihat ke arah Kevin dengan mata memelas, wajahnya benar-benar menginginkan Kevin untuk ada di sampingnya setidaknya hanya untuk sampai di kelasnya dengan aman.
Sayangnya laki-laki tu sama sekali tidak memikirkannya, Kevin memilih berjalan meninggalkan Arra di taman belakang dengan makan siangnya yang belum selesai makan.
Arra yang melihat waktunya hanya tidak lama lagi memilih untuk menyimpan makannya, perempuan itu hanya sampai dimana Arra menegak minumannya sampai setengah habis, dan memilih meninggalkan makan siangnya dan langsung berdiri untuk masuk ke kelasnya. Arra siap tidak meninggalkan kelasnya dan membiarkan perutnya tidak kenyang sama sekali.
Langkahnya menuju koridor hanya sampai pada batas koridor kelas sembilan. Dimana di sana adalah tempat pertama kali Arra bersembunyi dan melompat melwati dinding kelas sembilan belas sampai dekat halte sekolahnya.
"Kau melupakan makan siangmu?"
"Iya, aku bukan orang yang kebal akan hukuman." Arra menjawabnya tegas dan pelan, laki-laki itu sama sekali tidak bertanya lagi dan memilih untuk menganggukkan kepalanya pelan membiarkan Arra berjalan berlalu melewati kelas sembilan.
Arra yang saat itu sedang bejalan santai dari taman belakang menuju kelasnya dibuat terkejut karena seseorang merampas bekal makan siangnya dan membuat Arra terkejut dan melindungi dirinya sampai pada dinding dan terhimpit.
"Makanlah makan siangmu," ucap laki-laki yang mengambil makan siangnya dan langsung memasukkan setengah roti isi milik Arra dengan mulutnya yang memakan sebagian.
Arra yang saat itu tidak siap hanya bisa diam dengan mulut terbuka, wajah terkejut dan maya melihat ke arah mata yang melihat ke arahnya dengan tatapan menuntut benar-benar tidak habis pikir juga.
Kevin menggigit kecil roti yang sudah ada di dalam mulutnya dan menguyahnya santai. Arra yang masih terkejut hanya bisa memasukkan suapan besar roti yang ada di kotak bekalnya untuk dia kunyah sebelum beberapa siswa yang sedang berlalu lalang mulai melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Haruskah aku memaksamu memakan makan siangmu dengan agar kau tidak terlambat dan menyusahkanmu lagi?" Kevin bertanya dengan nada suara yang tirak tinggi namun berhasil membuat Arra terintimidasi dengan wajah yang lucu, mulut yang membesar penuh dengan roti dan wajah yang memerah karena terkejut.
"Haruskah aku membuat alasan lain pada guru mata pelajaranmu agar kau bisa datang terlambat lagi? Aku sama saja denganmu, Arra. Aku juga bukan orang yang kebal dangan hukuman." Arra menelan rotinya begitu sulit karena potongan rotinya, keadaannya yang terhimpit tubuh Kevin tanpa tangan yang mengungkung namun ddngan kedua dada yang menyudutkannya dengan cepat.
Kevin kembali memasukkan setengah roti milik Arra agar roti milik perempuan itu selesai dengan cepat dengan mulut Arra yang terpaksa harus mengunyah makanannya dengan cepat agar bisa menjawab pertanyaan darinya.
"Aku memaafkanmu jika kau menyadari apa yang kau lakukan dengan kosekuensi mana yang kau dapatkan, Arra." Sepertinya Kevin tahu apa yang Arra ingin katakan, laki-laki itu bahkan sampai bisa melihat apa yang akan Arra katakan hanya dengan melihat ekspresi wajahnya.
Selesai dengan makan siang yang dipaksa Kevin selesai dengan cepat kali ini Arra hanya bisa membuka minumannya dengan langkah yang sulit karena posisi Kevin saat ini benar-benar hanya memiliki jarak satu senti meter yang membuat Arra tidak bisa menggerakan tubuhnya dengan bebas takut-takut Arra menyentuh tubuh Kevin yang tidak bermaksud dengan itu.
"Kak, menyingkirlah sedikit. Aku ingin membuka--" Lagi, belum selesai dengan apa yang ingin Arra katakan pada Kevin laki-laki itu sudah lebih dulu mengambil botol minum arah ingin meminum airnya dan memberikannya pada Arra dnegan mulutnya, sayangnya sebelum semua itu terjadi Arra sudah lebih dulu berdorong tubuh Kevin agar menjauh darinya dan merampas botol minumnya sendiri agar tidak kembali dianggap bayi dengan perlakukan Kevin padanya kali ini.
"Kau berharap aku memberi minum dari mulutku?" tanya Kevin membuat perempuan itu menjadi sedikit canggung karena sikap berani Kevin dengan wajah datar dan mata tajam itu berhasil membuat Arra tidak bisa melakukan apapun.
"Aku tidak berharap, aku hanya berinisiatif saja. Karena Kak Kevin sangat berani, aku hanya takut jika hal yang tidak ingin terjadi berhasil merusak segalanya." Arra sanhat berani mengatakannya, perempuan itu mengambil tutup botol miliknya sendiri san berniat berjalan menuju kelasnya, namun baru beberapa langkah seseorang sedang berdiri dengan tatapan terpaku dan wajah terkejut membuat Arra menelan ludahnya sukar.
Kevin yang saat itu melihat perempuan yang sama ada di tempat ini kembali memasukkan kedua tangannya pada saku celana dan memilih untuk berjalan mendekat memberikan perlindungan walaupun tubuhnya ada di sisi kanan Arra.
"Kau berciuman dengan kakak tingkatmu sendiri, Arra?" tanya Vio tidak menyadari apa yang sebenarnya yerjadi namun matanya bisa melihat sedejat apa Kevin menyudutkan Arra pada dinding dengan memajukkan tubuhnya untuk mendesak wajahnya lebih dekat. Itu menurut Vio. Walaupun yang sebenarnya terjadi bukanlah hal demikian.
"Apa yang kau katakan, kami hanya--"
"Aku melihatnya sendiri jika kau berhadapan langsung dengan wajah Kak Kevin dan kau mencium wajahnya," potong Vio dengan argumennya sendiri yang merasa apa yang dikatakannya adalah sesuatu yang paling benar. "Kau berciuman di koridor sepi saat aku dan Fian berusaha untuk menyusulmu karena ku pikir kau membutuhkan kami?"
"Aku sangat terkejut, Arra." Vio benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang Arra katakan, bahkan saat sampai di sini Vio benar-benar tidak bisa mendengar apa yang Kevin dan Arra katakan namun Vio terus beranggapan jika mereka memang benar-benar berciuman.
Bagaimana tidak, Vio dan Fian datang dengan cepat dari sisi lain dan berusaha mencari Arra karena Vio dan Fian pikir perempuan itu marah karena kedatangan Kevin dan berniat makan siang sendiri.
Hanya saja saat maksud baik Fian dan Vio berakhir mengenaskan Vio dan juga Fian tidak bisa menutup mata dan mulutnya saat melihat sahabatnya benar-benar sedang melakukan hal yang tidak seharusnya terjadi.
"Ku kira kau sahabat yang suci, kenapa kau melakukan hal menjijikan di sekolah? Ini sekolah Arra, jangan kau pikir koridor ini sepi tidak ada ornag yang datang ke sini, Arra."
Vio terus memberi nasihat dengan kalimat yang benar-benar menyudutkan Arra, bahkan saat itu Arra hanya bisa terdiam dengan mata yang sama melihat ke arah Fian juga apakah akan sampai di sini semua yang sudah terjadi antara pertemanan drinya, Vio dengan Arra.
Rasanya akhir-akhir ini terrasa memuakan. Sebabnya hanya karena Vio selalu ingin terlihat baik-baik saja dan menyenangkan. Begitu juga dengan Fian yang tahu jika maksud Vio melakukan semua ini hanya ingin dinilai baik dan terlihat sangat baik dengan cara menjatuhkan Arra di mata Fian.
"Arra dengarkan aku, berciuman di sekolah itu melanggar peraturan. Walaupun hanya aku dan Fian saja yang melihat kami tidak akan melaporkannya, coba kau pikir jika yang melihat kau berciuman dengan Kak Kevin bukan kami bukankah kau akan mendapat masalah?" Arra menggigir bibirnya kesal dengan memegang kotak bekal begitu dengan botol minum yang sudah dia genggam dengan erat karena kesal.
Kenapa pertemanannya harus sampai dimana puncaknya adalah sebuah hal yang Arra saja tidak bisa menahan dan menerima jika Vio benar-benar terlihat sangat merugikannya kali ini.
"Arra," panggil Fian kali ini ingin menengahi apa yang Vio katakan pada Arra sampai tidak membuat perempuan itu angkat bicara. "Lupakan saja apa yang Vio katakan. Kami tidak akan--"
"Apa kau percaya jika aku berciuman dengan Kak Kevin juga, Fian?" Pada akhirnya perempuan itu sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya memilih untuk meluapkan kekesalannya pada Fian saja.
"Aku tidak bermaksud mengatakan itu, aku hanya ingin mengatakan jika aku tidak tahu apa yang aku lihat padamy. Dan aku---" Arra melihat ke wajah Fian dengan kesal, perasaannya mendominasi, kesalnya menjadi satu, dan percayalah. Yang Arra sasakan sekarang bukanlah satu hal yang membuatnya akan terus diam saja.
"Jika berteman denganku membuat kalian merasa hina, kalian bisa melupakan pertemanan kita."
Pada akhirnya Arra berbicara dengan keadaan yang setengah marah dan kesal saat menyadari jika Vio menuduhnya dan Fian berpihak pada Vio daripada percaya padanya.
"Arra, bukan maksudku seperti itu. Aku hanya ingin mengatakan padamu jika berciuman--" Arra mengeratkan tangannya lebih keras pada botol minum di tangannya dan membanting dengan keras minum tersebut.
"Kau benar-benar egois, Vio. Ku pikir pertemanan kita akan sampai pada kau prcaya padaku yang ingin mendengar apa yang sebenarnya terjadi tanpa menikamku seperti ini, Vio." Arra bahkan kali ini menatap melas dengan wajah memerah menahan amarahnya, bahkan kali ini ada dua laki-laki yang melihat bagaimana Arra berbicara dengan wajah putus asa dengan satu perempuan yang masih tidak menyadari apa kesalahannya.
"Pertemanan kita sangat jauh, Arra. Aku mengatakan ini karena aku perduli jika apa yang kau lakukan baru saja adalah sebuah kesalahan yang seharusnya kau lakukan diumurmu yang sudah menginjak enambelas tahun."
"Aku menganggapmu teman dekatku Arra, aku perduli padamu, aku sayang padamu, aku tidak ingin kau salah pergaulan, dan aku tidak ingin---"
Arra berjalan menjauh meninggalkan bagaimana Vio terus mengatakan omong kosong di koridor kelas sembilan dengan langkah malas.
"Semua orang memang bedebah," kesalnya. Kevin yang saat itu tidak tahu harus berpihak pada siapa memilih berjalan ke koridor yang berlawanan dengan Arra untuk menghilangkan sedikit salah paham yang terjadi.
Lihat Vio?