Suasana semakin mencegam mengingat diantara pertemanan mereka bertiga membuat suasana menjadi semakin canggung, Arra, Fian dan Vio.
Walaupun diawal Vio terlihat sangat bersemangat dan beberapa teman satu kelas Arra melihat ke arah Kevin dengan tatapan yang bisa disimpulkan mengagumi, pada kenyataannya semua siswa hampit takut.
Kevin bukan laki-laki biasa, pengaruhnya terhadap sekolah, dan dunia pendidikan benar-benar membuat sebagian siswa mengetahu latar belakang dan akan sampai berakhir seperti apa jika mereka tidak menuruti apa yang Kevin inginkan.
Contohnya sekarang, hanya Vio yang gugup dan takut, hanya Fian yang melihat ke arah Kevin dengan tatapan benci dan kesal, dan hanya ada Arra yang melirik wajah Kevin dengan perasaan bersalah dan sedikit cemberut.
"Makan makanan kalian, apa kedatanganku membuat kalian tidak bisa memakan makan siang kalian?" Kevin langsung mencairkan suasana dengan pertanyaan sedikit mematikan membuat Vio dan Arra menelan ludahnya sukar.
"Arra, makan makan siangmu," perintah Kevin pada perempuan itu yang masih tidak mengangkat roti isinya dan melihat ke atau Kevin dengan tatapan serus. "Kak Kevin," panggilnya.
"Ada masalah? Haruskah aku--" Arra memutar bola matanya malas saat mencegah tangan Kevin untuk memasukkan makan siangnya. "Bisakah kau menutup mulutmu untuk privasi saja? Bukan maksudku untuk terlihat tidak sopan, tapi aku benci itu." Kevin mengangkan sebagai respon, laki-laki itu hanya memilih untuk memakan makan siangnya membuat Vio melirik ke arah Fian sejak tadi hanya menatap tajam ke arah Kevin kaka k tingkatnya.
"Fian," panggil Vio untuk membuyarkan lamunannya, Fian sedikit canggung. Dia menganggukkan kepalanya pelan menyadarinya. "Aku mendengarmu, Vio." Fian akhirnya memakan makan siangnya tanpa bicara begitupun Vio.
Keduanya seperti berada di satu tempat yang berbeda, bagaimana mata tajam Kevin menatap ke arah Arra secara terang-terangan dengan tangan dan mulut yang bekerja dengan maksud lain lalu yang lainnya.
"Bukan maksudku seperti itu," ucap Kevin mengatakan tindakannya pada Vio saat perempuan itu mencuri lihat dengan matanya menatap Kevin yang sedang mengintimidasi Arra. "Tapi aku harus menjaganya," ucapnya kembali mempertegas, kali ini Arra sama sekali tidak melawan, perempuan itu bahkan memilih untuk diam dan Arra hanya bisa mengikuti alurnya saja.
"Arra, apa kau benar-benar memiliki hubungan tersembunyi dengan Kak Kevin?" tanya Vio tanpa rasa malu tepat di depan wajah Kevin bertanya pada Arra membuat laki-laki itu memilih terkekeh. Dia meneguk minumannya sampai hampir habis.
"Kami tidak memiliki hubungan apapun," jawab Arra sekenanya karena pada kenyataannya keduanya tidak memiliki hubungan lain selain kakak tingkat dan adik tingkat saja. "Benar, kita memang tidak memiliki hubungan serius. Tapi Arra tanggung jawabku mulai sekarang." Seperti hanya refleks Kevin menambahi jawaban Arra membuat Vio sedikit merinding ingin bertanya lebih dari itu.
"Arra," panggil Fian sepertinya gerah dengan apa yang dia lihat sejak pertama kedatangan kakak tingkatnya selisih dua tahun itu. "Kenapa?"
"Kau berteman baik dengan kakak tingkat itu karena aku meninggalkanmu ke kantin bersamaan Vio marah, kan?" Menjadi objek sasaran Fian bertanya pada Arra yang merasa mengadu domba menggunakan manusia Vio sedikit kesal mendengarnya.
"Apa-apaan, kamu! Itu bukan sepenuhnya salahku, jika memang aku alasannya jangan buat aku menjadi kesalahannya." Vio kesal menanggapi pertanyaan Fian pada Arra karena pertanyaan Fian benar-benar menyudutkannya dengan bebricara buruk.
"Vio, aku hanya bertanya pada Arra." Fian terlihat masih menunggu jawaban dari Arra tanoa memperdulikan Vio, bahkan laki-laki itu memilih untuk melihat ke arah Arra dan memutus pembicaraannya dengan Vio detik itu juga. "Ish."
"Arra," panggilnya lagi membuat Arra menghela nafasnya berat, dia membuka botol minum dimana Fian membelikannya untuknya hari ini. "Aku bertemu dengan Kak Kevin untuk pertama kalinya bukan saat kau menuyusul Vio, Fian." Arra membuka suaranya agar Vio tidak semakin mendesaknya untuk mendekatkan Fian pada Vio atau bahkan satu hal yang lebih tidak ingin Arra dengar.
Arra hanya takut jika Vio sampai meminta Arra untuk menjauhi Fian, sebab Arra sama sekali tidak bisa melakukannya sama sekali.
Alasan? Ada, hanya saja itu terlalu banyak
"Oh ya? Apa kau sengaja menjawab seperti ini agar aku tidak memberi pengertian pada Vio?" Fian memutar bola matanya malas menyadari jika maksud Arra menjawab pertanyaan ini hanya untuk mengalihkan kemarahan Fian pada Vio yang membuat Fian kesal karena hal ini.
"Fian, kau hanya tidak tahu," kesal Arra menyadari apa yang dia lakukan membuat dua pihak di sini benar-benar membuat Arra semakin tidak nyaman. "Apa yang tidak aku ketahui?"
"Aku tahu apa yang kau sukai dan apa yang kau tidak sukai, aku apa saja yang membuatku nyaman, aku tahu apa yang membuatmu senang, aku tahu banyak apa yang tidak kamu ketahui tentang dirimu sendiri," jelasnya seperti orang bodoh membuat Arra hanya bisa terkekeh mendengar hal kecil mengenai dirinya dari apa yang Fian ketahui. "Bahkan semua itu tidak semuanya kau tahu, Fian. Kau hanya tahu sedikit dari hidupku," kesal Arra menatap kesal Fian dengan mata kecilnya dimana perempuan itu hanya kesal bagaimana sikap Fian yang terlalu seakan-akan tahu segalanya mengenai dirinya, namun tidak tahu apa saja yang Arra lakukan selain hanya di sekolah saja.
"Kau marah hanya karena kakak tingkat ini?" Sepertinya Fian sedang sensitif, ada laki-laki lain ditengah-tengah pertemanan mereka, dan sebagai laki-laki yang ada di pertemanan itu sebelumnya Fian hanya kesal mengetahuinya. "Tidak."
"Aku hanya marah karena sikapmu yang menyebalkan menyimpulkan apa yang kau ketahui," tutup pembicaraan Arra dengan membawa kotak bekalnya sendiri dan meninggalkan mereka bertiga dengan makan siang mereka masing-masing tanpa suara.
Kevin yang saat itu masih sibuk mengunyah bahkan tidak perduli dengan apa yang baru saja terjadi. Termasuk Vio, ini adalah pertama kalinya perempuan itu kesal dengan apa ynag Fian lakukan padanya, dan Vio bisa melihat kemarahan asli dimana Arra tidak pernah menujukkannya.
"Kau terlihat keterlaluan, Fian." Vio mengatakannya dengan memakan makan siangnya yang hampir habis dan melirik Kevin yang kali ini sudah selesai dengan makan siangnya dan mengambil minum Arra dengan santai juga meminumnya sekaan-akan minuman itu miliknya.
"Tidak bisakah kau pergi dari hidupku?" tanya Fian dengan suara memerintah membuat Vio yang mendengar aura gelap milik Fian sedikit bingung. "Sejak awal aku sudah pergi dari hidupmu, Fian. Kau hanya tidak menyadarinya saja," jawab Kevin untuk Fian yang saat itu ingin pergi keluar dari meja tersebut.
"Tolong dengarkan aku untuk kali ini saja," minta Kevin membuat Fian memutar bola matanya malas, Vio yang melihat aura tidak menyenangkan antara kakak tingkatnya dengan Fian hanya bisa menelan ludahnya sukar.
"Jangan menyakiti Arra, dia tanggung jawabku mulai sekarang. Dan itu berlaku bukan hanya untuk semua laki-laki yang dekat dengannya, itu berlaku keras untukmu." Setelah menyelesaikan ucapannya Kevin meninggalkan Fian dengan Vio yang masih bingung dengan apa yang berusaha Kevin katakan pada mereka.
"Apakah menurutmu Kak Kevin dan Arra benar-benar memiliki hubungan?" tanya Vio tanpa sadar matanya masih melihat kearah punggung belakang Kevin yang berjalan meninggalkan area kantin saat itu juga.
Sayangnya fokus Fian bukan pada siapapun, laki-laki itu justru mengaduk-aduk makan siangnya asal. Dia hanya memikirkan masalahnya sendiri, melupakan seberapa banyak Vio bertanya padanya dan seberapa berisik kantin mendukung keadaannya.
Seseroang datang mengagetkan seseorang yang sedang sibuk dengan isi kepalanya sendiri, perempuan itu memilih datang ke taman belakang sekolahnya dan duduk di kursi taman untuk menyelesaikan makan siangnya. Sayangnya perepuan iyu bukannya memakan bekalnya Arra lebih sibuk dengan isi kepalanya. "Kau melamun? Apa karena aku?" tanya laki-laki tersebut saat memberikan minuman milik Arra dari kantin menyusul perempuan itu.
"Aku bingung," ucap Arra mengatakan pada Kevin saat dia juga entah kenapa bisa sampai yakin jika kakak tingkatnya akan datang untuk menemaninya. "Kenapa? Aku bukan guru konseling yang akan membantumu keluar dari masalah, selesaikan sendiri." Benar saja, Kevin bukan laki-laki yang bisa melakukan sesuatu yang manis untuk Arra, untuk dirinya sendiri, dan orang lain juga.
"Kak, apa kau benar-benar bertemu dengan Kak Raenal tadi malam?" tanya Arra pada akhirnya ingin mejelaskan dan akan percaya karena Arra tahu jika Kevin bukanlah seorang laki-laki yang akan repot-repot mengantarkan minuman untuk Arra. "Aku bertemu dengan pria dewasa itu."
"Pria itu mengatakan jika dia kakakmu, awalnya aku tidak percaya. Tapi Kak Raenal menujukkan fotomu dengan kedua kakakmu. Aku percaya karena itu, setelahnya kami berbicara sebentar sebelum aku pulang. Kenapa? Apa kau masih mencurigaiku?" Arra menganggukkan kepalanya kecil, dia mengambil makanannya karena itu belum semuanya selesai.
"Apa saja yang Kak Raenal minta padamu? Dan kenapa kau mau melakukannya?" tanya Arra ingin mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana Kevin mau melakukannya karena pada kenyataannya Kevin dengan Arra sama sekali tidak dekat.
"Kak Raenal hanya memintaku untuk menjagamu dari laki-laki," jawabnya. Arra menyatukan alisnya terkejut mendengar apa yang Kevin katakan mengenai dirinya. "Kenapa? Kau tidak percaya?" tanya Kevin menyadari perubahan wajah Arra padanya.
"Tentu saja!" jawab Arra cepat. "Tidak mungkin Kak Raenal meminta padamu seperti itu. Kakakku itu baik, aku bisa menjaminnya," sambung Arra lagi jika perempuan itu hanya ingin menjelaskan jika diantara dirinya dengan orang laintidak seharusnya ada batas sekejam itu.
"Terserah padamu saja, aku hanya menjawab pertanyaanmu." Kevin memberikan minuman Arra dan berusaha berjalan untuk meninggalkan perempuan itu karena beberapa menit lagi bell masuk kelas akan terdengar. "Kau akan kemana Kak?" tanya Arra menyadari jika laki-laki itu sama sekali tidak perduli padanya dan memilih pergi saja.
"Ke kelas, tiga menit lagi kelas akan masuk. Dan aku tidak ingin terlambat lagi." Kevin menghentikan langkahnya menyadari apa yang Arra tanyakan padanya adalah pertanyaan klasik yang memiliki jawaban biasa saja.
Arra melihat pada kotak bekalnya, masih ada setengah, dan perempuan itu belum kenyang sama sekali. Yang ada di dalam kepala perempuan itu hanya menghabiskan bekal makan siangnya dan mengetahui lebih banyak mengenai Kevin.
"Aku masih punya pertanyaan lain, Kak." Arra terlihat, mencegah kepergian Kevin membuat laki-laki itu menyatukan alisnya pelan. Tanpa langkah, Kevin memilih membalikkan tubuhnya memilih menjawab pertanyaan dengan berdiri saja. "Apa yang ingin kau ketahui mengenai diriku, Arra?"
Arra menelan ludahnya sukar, perempuan itu memilih melihat ke wajah Kevin yang sedang berdiri. "Kau bilang Kak Raenal memintamu untuk menjagaku dari semua laki-laki di sekolahku. Bukankah kau juga seorang laki-laki?" Kevin menganggukkan kepalanya menyetujui pertanyaan Arra padanya.
"Kau ingin tahu kenapa itu tidak berlaku padaku?"
"Hah? Maksudmu?"
"Kau bukan tipeku, Arra."