Chereads / CINTA 9 TAHUN / Chapter 15 - 15. Tidak Semua Teman.

Chapter 15 - 15. Tidak Semua Teman.

"Aku akan menjemputnya, kau percaya saja padaku," ucap Raenal meminta Giral untuk tidak memberinya larangan sebab kali ini Raenal hanya ingin tahu apa saja yang adik perempuannya lakukan karena dia sudah terlalu sibuk dengan kuliahnya dan juga pekerjaan yang ayahnya berikan padanya sampai-sampai sangat jarang berbicara dengan adik perempuannya.

"Ibu bilang kau sakit, aku hanya tidak ingin mendapat marah darinya. Kau tahu jika apa yang dia katakan adalah mutlak, aku hanya tidak ingin mendapatkannya saja." Raenal memutar bola matanya malas, dia melirik arloji di tangan kanannya, pria itu kali ini meminta pengertian pada adik laki-lakinya.

"Dengarkan aku," minta Raenal dengan serius. "Apapun masalahnya, apapun yang sedang terjadi sekarang. Aku hanya ingin menjemput Arra, bukan mencari masalah."

"Ibu akan memahaminya jika aku menjelaskannya," sambung Raenal kali ini lebih tegas dan keras dari Giral, sebagai adik yang baik Giral memilih menghela nafasnya berat tanpa permisi, pria itu berjalan menjauh meninggalkan Raenal dengan mobilnya.

"Katakan padaku jika ada yang perlu kau katakan, aku menunggumu di kamarmu," minta Giral membuat Raenal menyetujui dan menganggukkan kepalanya berjalan menuju mobil adiknya dan segera menuju caffe yang ibunya katalan sebelumnya.

Makan malam sudah selesai satu jam yang lalu, dan sejak tadi juga Giral dam Raenal hanya bertengkar membicarakan Arra adik perempuan mereka.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan sebenarnya, hanya saja untuk Raenal yang penyayang dalamndiam dan Giral yang selalu memberikan banyak kasih sayang secara langsung membuat keduanya selalu bertengkar.

Salahkan mulut Raenal, pria itu tidak terbuka dan berbicara jujur. Dan salahkan juga Giral, karena pria itu terkadang selalu salah paham dan tidak mengerti dari maksud yang Raenal inginkan.

Raenal mengendari monil adik laki-lakinya dengan kecepatan sedang, dia masih sedikit sakit, dan Raenal memang tidak pernah mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.

Pria itu sangat patuh dengan lalu lintas, sama halnya Giral. Hanya saja Raenal bisa menjadi sangat liar jika dia dihadapkan dengan sesuatu yang terdesak.

Limapuluh menit berkendara pada akhirnya Raenal sampai di caffe milik adik perempuannya, pria itu sengaja tidak langsung masuk memilih mengamati apa yang sedang adik perempuannya lakukan.

Dari balik jendela mobil Raenal menatap tajam seseorang yang sedang berbicara dengan Arra, pria seusia Giral, dengan nada bicara sungkat namun tatapannya sedikit melecehkan.

"Siapa dia?" tanya Raenal terus menerus melihat Arra berbicara dengannya cukup akrab, tidak lama dari itu ada satu laki-laki mungkin lebih tua dari Arra beberapa tahun datang ke arah Arra dan juga pria yang sama.

Ada perdebatan kecil yang terlihat diantara mereka berdua, Arra terus berbicara pada laki-laki tadi untuk menjelaskan sesuatu, dan pria yang lebih dewasa itu juga tidak mengatakan apapun.

Dua laki-laki itu terlihat perang dingin dengan tatapannya, bahkan kali ini Arra mulai angkat bicara. Raenal memang tidak mendengarnya, tapi bisa dilihat jika diantara keduanya memang memiliki sikap dominan yang inti.

Mengambil suara dari dalam caffe.

"Dia masih belum pulang?" tanya laki-laki yang datang dua kali untuk hari ini karena dia penasaran dengan pria yang sama dimana pria itu sama sekali belum mengganti pakaiannya sama seperti tadi pagi. "Kak Kevin maafkan aku, aku hanya tidak bermaksud untuk ini. Tapi caffe ini bersifat umum, ini publik. Siapapun boleh berlama-lama di caffe ini," jawab Arra menjawab pertanyaan dari kakak tingkatnya sebab dia tidak bermaksud untuk membela salah satu diantara mereka melainkan keduanya sama.

"Tapi, bukankah semua itu aneh?" tanya Kevin lagi-lagi merasa perlu melindungi perempuan kecil itu dari tatapan mengerikan milik Tyo pada Arra.

Sebenarnya Kevin tidak benar-benar memikirkan sampai dimana pria itu akan melecehkan Arra, hanya saja karena Kevin mengenal siapa Arra, laki-laki itu hanya merasa jika dia pelru menjaganya.

Terlebih, Arra adalah adik tingkat yang bersekolah di sekolah yang sama dengannya juga.

"Kak, jangan seperti itu. Aku tidak tahu harus menjawabnya seperti apa," respon Arra lagi-lagi merasa terus terdesak dan tidak nyaman dengan maksud baik Kevin sejak tadi. "Aku datang lagi," ucapnya memberitahu Arra atas kedatangannya. Mata dingin milik Kevin kali ini melirik kecil kepada Tyo yang sedang tadi mendengar pembicaraannya namun memilih diam dan menatap kosong ke arah lain.

"Karena pria itu, aku mengkhawatirkan keselamatanmu," sambungnya lagi lebih berani, bahkan Arra yang mendengarnya benar-benar dibuat terkejut dengan jawaban Kevin karena pada kenyataannya keduanya tidak memiliki kedekatan seserius itu yang membuat laki-laki itu harus mengatakan kekhawatiranya pada Arra di depan semua orang yang sedang sibuk dengan dunuanya sendiri.

"Kak," lirih Arra menyadari seberapa serius wajah Kevin mengatakannya membuat dirinya hanya menelan ludahnya sukar.

Hanya Arra dan Kevin yang berdiri diperdebatannya, Tyo yang mendengarnya juga masih duduk dengan posisi yang sama seperti sebelumnya. "Kenapa? Apa aku salah?"

"Kau adik tingkatmu, aku mengenalmu. Ini wajar, aku mengkhawatirkanmu karena pria itu terus mencuri lihat padamu dengan tatapan aneh. Aku tidak marah, aku hanya bermaksud menjagamu."

"Niatku hanya lewat saja dari caffe ini, tapi melihat pria itu masih ada di sini aku jadi datang lagi. Bukankah aneh, Arra?" tanya Kevin meminta jawaban dari Arra saat perempuan itu melihat ke arahnya dengan mata berbinar meminta penjelasan lebih karena apa yang Kevin ada benarnya juga.

"Tapi aku sudah mengatakan padamu diawal juga, Kak. Kak Tyo teman kakakku, jadi aku tidak perlu mengkhawatirkanku karena teman kakakku sama saja seperti kakakku sendiri," jelas ringan Arra membuat Kevin kali ini benar-benar tidak habis pikir dengan jawaban Arra.

"Astaga," keluh laki-laki itu berjalan meninggalkan Arra dan juga Tyo karena firasatnya tidak baik-baik saja. Melihat kepergian Kevin Arra semakin merasa bersalah, dia dusuk di samping Tyo untuk bertanya.

"Apa yang ku katakan menyakiti perasaannya Kak? Aku tidak tahu kenapa aku menjadi marah, Kak Kevin laki-laki yang memiliki banyak teman laki-laki di sekolah, dan juga teman perempuan yang menyukainya. Aku masih tidak bisa menerima sikapnya yang sangat baik padaku karena di sekolah dia sangat menyebalkan." Arra mengerucutkan bibirnya saat berbicara, kali ini membuat Tyo benar-benar menjadi sangat brengsek sama dengan apa yang Kevin katakan sebelum-sebelumnya.

Tyo melihat dengan serius bibir kecil, berwarna merah muda, dan tembamnya isi bibir kecil milik adik perempuan kakak tingkatnya itu dengan serius, bahkan Tyo sampai menelan ludahnya begitu kesar melihatnya.

"Aku tidak membenarkan apa yang kau katakan tadi," jawab Tyo membut Arra mulai tidak menyangka dengan apa yang dia lakukan justru berakhir lebih aneh karena Arra membela Tyo namun pria itu justru tidak menyukainya.

"Dibagian mana kesalahanku?" tanya Arra meminta penjelasan dari pria dewasa itu karena dia masih belum paham dengan kesalahannya, karena menurut Arra apa yang dia lakukan sudah besar adanya.

"Kau tidak perlu berbicara kasar dengan kakak tingkatmu seperti itu, maksudnya memang baik. Dia mengatakan itu karena ingin menjagamu, dia tidak percaya padaku karena bisa saja kau berbohong padanya karena aku berbuat jahatmu dengan mengancammu." Ini kalimat terpanjang yang Tyo bicarakan dengan orang lain, bahkan orang asing yang baru pertama kali mereka bertemu sebelumnya.

"Maksud Kak Tyo?" tanya Arra ingin dipersingkat saja. "Dia tidak percaya denganmu karena dia menyukaimu," jelas Tyo dengan padat bahkan menyimpulkan laki-laki yang lain (karena sebelumnya pernah menuduh Arra menyukai Fian) menyukainya.

Arra yang mendengar ringkas cerita milik Tyo bahkan terkejut bukan main. Bahkan Arra sampai berpikir lelucon apa yang sedang pria itu bicarakan sekarang.

Tyo bahkan melihat ke arahnya dengan tatapan serius membuat Arra semakin tidka bisa tertawa karena Tyo benar-benar berusaha berbicara tajam.

"Aku tahu kau hanya bercanda, Kak," ucap Arra pada akhirnya membuka suaranya. "Setelah kau menebak jika aku menyukai Fian dan nyatanya itu salah, bagaimana aku bisa percaya padamu jika sekarang kau sedang membual lagi?" Arra memggelengkan kepalanya tidak setuju, dia sama sekali tidak menerima apa yang Tyo katakan padanya.

"Alasan nomor dua adalah, dia laki-laki." Tyo kembali melanjutkan penjelasan sebelumnya membuat Arra terdiam dengan wajah takut dan mulai tidak tertawa. Wajahnya mulai gugup dan sedikit tidak nyaman.

"Kau mulai takut sekarang?"

"Kau yang mengatakan padanya jika aku tidak berbahaya."

"Kau mengatakan padanya jika aku kakakmu juga."

Arra mulai berdiri dan berniat untuk pergi meninggalkan Tyo karena susananya mulai tidak baik. "Mau kemana kau?" tanya Tyo dengan memegang tangan Arra sebagaimana kecepatan Arra berdiri dan Tyo mencegah kepergian Arra yang terlihat sangat cepat.

Tangan Tyo menggenggam pergelangan Arra cukup erat membuat Arra terkejut dan menghempaskanya secara kasar. "Apa yang kau lakukan!!" kesal Arra begitu mendapatkan perlakuan mendadak membuat Arra menjadi siaga dengan Tyo.

"Kenapa? Aku hanya belum selesai dengan--"

"Lepaskan tangan adikku," ucap seseorang datang dari belakang Arra dengan mengintrupsi Tyo untuk tidak menyentuh Arra. Tyo yang mendengar pria itu mengatakan jika Arra adik perempuannya mulai melepaskannya dengan halus.

"Dimana sopanmu?" tanya Raenal yang datang dengan tatapan tidak bersahabat membuat Tyo benar-benar tidak bermaksud untuk melukai Arra justru menjadikan posisinya menjadi salah.

"Aku tidak bermaksud untuk itu. Tapi sebelumnya, maafkan aku Kak Raenal." Shit! Raenal yang mendengar namanya diucapkan oleh pria tersebut bahkan hanya bisa berdecit kesal, pria itu benar-benar dalam keadaan tidak baik-baik saja mendengar semua yang terjadi dari sumber infomasi yang baru saja dia dapatkan dari seseorang.

"Kau tahu namaku juga?" tanya Raenal lagi membuat Arra menelan ludahnya sukar, kali ini dia ingin angkat suara lagi.

"Kak Tyo teman Kak Giral, apa bukan teman Kak Raenal juga?" tanya Arra memisahkan perdebatan sebelum kakak pertamanya mulai marah.

"Tidak semua teman menjadi teman orang lain, Arra. Jika kau bertanya pada Giral apakah pria itu temannya kau juga tahu jika pria itu bukan temannya. Kau tidak harus berbohong pada kakak tingkatmu hanya karena pria itu teman kakak laki-lakimu."

"Yang dikatakan Kevin padamu memang benar. Tidak ada yang bisa dipercaya dari orang asing, sekalipun kau tahu namanya. Kita tidak tahu maksudnya datang baik atau tidak, bahkan saat tahu jika pria itu ada di caffe ini lebih dari delapan jam dalam sehari. Mulailah berpikir dewasa dari sekarang, ayo kita pulang." Selesai berbicara pada Arra sengaja di depan Tyo pada akhirnya kakak beradik itu pulang dengan Raenal membantu Arra bersiap-siap.

Terlihat jelas tanpa tindakan juga jika Raenal tidak menyukai keberadaan Tyo, baik dekat maupun jauh. Itupun bukan tanpa alasan.