Pagi ini perempuan dengan nama lengkap Arra Maharani memilih bangun pagi-pagi sekali untuk datang ke beberapa caffe miliknya. Tidak semuanya, hanya saja beberapa dari kepemilikan milik Arra yang akan didatangi saat minggu kemarin belum Arra datangi.
Ada lebih dari limabelas caffe kalau tidak salah yang belum Arra datangi, kemarin hanya dua, niatnya sekarang bisa lebih dari itu. Tapi orang kepercayaannya mengatakan jika caffe di dekat taman kota selalu ramai setiap weekend, dan Arra sengaja datang ke sana pagi-pagi sekali untuk mengeceknya.
Bangun pagi pukul tiga tidak membuat Arra menjadi sangat malas, perempuan itu justru masih sempat-sempatnya membuat sarapan untuknya saat weekend adalah satu hari yang menyenangkan untuk siswa dan perempuan seusiannya untuk bangun pagi.
Sayangnya Arra sudah mendapat pekerjaanya sendiri untuk datang ke setiap caffe dimana ada masalah dibeberapa caffe yang Arra dirikan orang-orang yang membutuhkan pekerjaan.
Semua karyawan yang bekerja di caffe Arra selalu Arra yang mewawancarainya, sebenarnya caffe Arra sama sekali tidak menekan untuk karyawan yang tinggi pendidikan, perempuan itu hanya ingin membantu orang-orang yang membutuhkan pekerjan.
Untuk pendidikan minimal pelayan Arra bisa menerima untuk lulusan Sekolah Menegah Atas yang bisa dipercaya, untuk kasir setidaknya harus lulusan yang ada pada bidangnya, yang bisa membuat laporan dengan baik sebelum disetorkan pada kepala bagian ekonomi yang selalu Arra ambil untuk lulusan kuliah S1.
Syarat pertamanya hanya, mereka harus jujur, tidak curang, bisa dipercaya, tidak mencuri, bisa dipercaya, dan baik dalam bekerja.
Pukul empat pagi Arra sudah membuat lebih dari limabelas sarapan yang sengaja perempuan itu buatkan untuk karyawannya, perempuan itu juga mengagetkan ibunya yang baru saja bangun pagi hari ini.
"Kau sudah siap?" tanya ibunya membuat perempuan yang sudah menyiapkan dua tas besar berisi sarapan yang sengaja dia masakan walaupun dalam porsi kecil untuk sarapan limabelas orang. "Aku akan datang ke caffe di dekat taman kota, memang jauh ibu. Kak Clara mengatakan padaku jika dia butuh bantuan untuk mengisi persediaan caffe, aku akan membantu-membantu di sana. Jika aku belum pulang sampai sore, ibu boleh menjemputku," ucap Arra berpamitan dengan membawa satu piring besar berisi roti isi dan satu gelas besar berisi susu hangat untuk diperjalanan.
"Ibu akan mengingatnya," jawab ibunya mencium puncak kepala putrinya sebelum Arra pergi meninggalkan rumah dalam keadaan rumah yang masih sepi. "Permisi, nyonya." Ibu Arra menganggukkan kepalanya begitu supirnya kali ini akan mengantar putrinya sudah siap sejak tadi.
"Bangun pukul berapa kau?" tanya wanita itu membuat pria yang mendapat perintah dari Arra untuk mengambil barangnya yang tertinggal di dapur mulai mengingatnya.
"Pukul tiga lebih duapuluh menit nyonya, nona Arra yang membangunkanku tadi pagi. Aku juga mendapat sarapan darinya," jawab supir tersebut membuat wanita tadi hanya bisa tersenyum melihat seberapa rapinya pekerjaan Arra untuk pergi ke caffe miliknya.
"Setelah kau mengantar Arra kembalilah ke rumah, kau harus mengantar Raenal ke kampusnya," minta wanita tadi agar tidak menunggu selama Arra akan di caffe untuk hari ini.
"Ada masalah dengan nak Raenal, nyonya?" Wanita tadi menggelengkan kepalanya pelan. "Raenal masih belum baik-baik saja," jawab wanita itu memilih membalikkan tubuhnya untuk memasak, supri tadi berjalan ke luar dengan membawa sarapan yang sudah Arra siapkan untuk sebagain karyawannya.
"Astaga anak itu," keluh wanita yang sama saat Arra benar-benar mencuci semua peralatan dapur yang dia gunakan dan tertata rapi di tempat sebelumnya.
"Paman makanlah sarapan paman," ucap Arra saat melihat supir ibunya masih belum memakan sarapan buatannya sejak duapuluh menut yang lalu Arra berikan pada pria itu. "Aku akan memakannya nanti, nona." Arra menganggukkan kepalanya pelan saat dia masih meminum susu nya hangat-hangat.
"Paman tidak perlu menungguku, aku akan pulang malam hari ini," ucap Arra memberi tahu pada supir ibunya untuk tidak menunggunya, walaupun itu entah di mobil atau di caffe, sama saja. Arra hanya bosan di rumah, dan sedikit tidak nyaman jika supir ibunya memperhatikannya.
"Aku mendapat tugas untuk mengantar tuan Raenal juga nona, jadi aku akan langsung pulang. Nona Arra tolong jaga diri anda dengan baik nanti," ucap pria tadi saat sebentar lagi keduanya akan sampai di caffe tempat sangat jauh dari rumahnya. "Aku bisa menjaga diriku sendiri, paman." Arra menjawabnya dengan senyum dan memasang penutup gelasnya agar pria itu tidak mendapati masalah saat Arra membawa piring dan gelas saat pria itu pulang.
"Tolong bawakan tas tadi masuk ke caffe paman," minta Arra saat dia membawa tas santainya dimana di sana ada dompet, ponsel dan laptop bekerjanya. "Baik, nona."
Arra mulai masuk ke caffe dimana di sana caffe sudah mulai buka bersiap-siap dan semua karyawan sudah datang sebelum pukul lima pagi.
"Nona, kau datang sangat pagi," sapa satu karyawannya yang baru saja datang menggunakan sepedanya membuat Arra terkekeh. "Kau terlambat, Kak?" tanya Arra saat memberi kode pada supir ibunya untuk menaruh makanannya di atas meja di dalam caffe.
"Maafkan aku, nona. Kemarin aku harus menunggu adikku pulang dari tambahan jam belajarnya," ucap perempuan tadi membuat Arra terkekeh, mereka mulai berjalan masuk bersama menuju caffe tempat kejrnaya nanti.
"Nona, haruskah aku pulang sekarang saja? Ada yang bisa ku bantu lagi, nona?" Arra menggelengkan kepalanya pelan. "Berhati-hatilah dalam berkendara paman!!" Pria tadi menganggukkan kepalanya dan berpamitan ke sebagian karyawan yang sedang bekerja pagi-pagi sekali hari ini.
"Kakak-kakak semua," panggil Arra meminta perhatian pada sebagian karyawan yang sudah datang dan membersihkan sudut caffe agar beeish dan nyaman untuk semua orang. Baik pelanggan, pelayan, dan pekerja juga.
"Aku membawakan sarapan, berhentilah sebentar dan makan sarapan kalian lebih dulu. Firasatku mengatakan hari ini akan sangat padat, ambilah sarapan kalian Kakak-kakak semua." Arra membuka tas bawaannya, sebagian besar langsung mulai mengambil barisan menerima sarapan dari Arra.
"Maaf jika hanya roti isi, aku segaja membuatnya sendiri tadi," ucap Arra saat hampir tujuh darinya mulai mengambil sarapan mereka dan memilih memakan sarapan dan juga masing-masing susu kemasan kotak untuk menerima sarapan kecil darinya. "Di kursi saja kak," tegur Arra saat ada yang memulai gerakan untuk duduk di lantai, Arra terkekeh saat perempuan tadi memilih untuk memakan di lantai.
Arra berjalan masuk ke ruangan wanita yang memimpin caffe ini enam bulan terakhir. "Katakan pada semua karyawan untuk mengambilnya, Kak." sebelum masuk Arra meninggalkan pesan dengan suara.
"Kak," sapa Arra saat dia memberikan satu kotak sarapam yang sengaja dia bawakan untuk Clara. Dia Clara Cyntia. Wanita baru saja lulus kuliah perekonomian, mengurus bisnis milik Arra bahkan saat perempuan lulusan Sekolah Menengah Pertama meminta bantuan padanya saat wanita itu mendaftar bekerja pada perusahaan ayahnya.
"Ah, kau datang cepat Arra?" Clara langsung saja bangun dan menyapa kedatangan Arra begitu dengan kotak bekal dan satu kotak susu untuknya. "Aku sengaja datang lebih cepat," jawab Arra saat dia melepas tasnya di sofa ruangan Clara membuat sebuah laporan keuangan, dan melakukan beberapa variasi promosi. Ada juga bagian untuk mengecek dan bagian gudang untuk pemenuhan, mengurus uang dan sebagian besarnya.
"Apa kabarmu, Arra?" tanya Clara begitu mengambil duduk di samping Arra yang sedang menyambungkan laptopnya dengan Wi Fi di caffe miliknya. "Aku baik, baik-baik saja, hanya saja aku sedikit bosan masih mengulang mata pelajaran yang sama seperti saat di tahun terakhirku Sekolah Menengah Pertama." Clara menggelengkan kepalanya begitu melihat seberapa buruk kepintarannya sampai hari ini.
"Kenapa kau tidak ikut akselerasi saja?" tanya Clara membuat Arra terkekeh mendengarnya, dia menujukkan kenaikan pemasukan yang bisa Arra lihat dari laporan bulan kemarin yang Arra dpaatkan dari Clara. "Tempatnya strategis, Arra. Itu kemungkinan saja terjadi dan biaya pembangunan caffe di sini juga sangat mahal," jawab Clara sama sekali tidak puas dengan pencapaiannya karena sebgaian besar karyawan Arra yang memiloki gelar S2 dan dengan pendapatan lebih dari itu, inovatif dan kreatif membuat Clara merasa itu saja masih tidak ada apa-apanya.
"Kau ini," ucap Arra sedikit terkekeh melihat seberapa buruk respon Clara dengan pencapaiannya. "Hari ini niatku ingin belanja persediaan yang Kak Calra katakan padaku jika persediaan gudang sedang sekarat. Biar aku saja yang pergi membeli barang persediaan, kau belum selesai mendesain logo baru dan juga membuat laporan dua hari terakhir juga kan, Kak?"
"Biar aku saja," minta Arra membuat Clara merasa tidak nyaman, dia ada di posisi yang tidak bisa dibenarkan sama sekali. "Apa aku harus menghubungi nyonya untuk meminta izin--"
"Aku sudah izin pada ibu, aku akan dijemput paling cepat pukul delapan malam. Aku bosan di rumah, Kak Clara." Clara menganggukkan kepalanya pelan, dia mengambil kartu pendapatan yang sengaja Clara simpan jadi satu dari uang modal dan uang untuk menggaji karyawan.
"Aku membawa kartuku, atur saja dengan baik uang itu Kak," jawab Arra dengan sesekali melihat laptopnya sampai mana perkembangan di caffe-caffe miliknya.
Bahkan Arra siap meeting via video call untuk melihat seberapa siap semua caffe miliknya siap pukul lima pagi hari ini. Bahkan Clara juga mulai mengambil posisinya duduk di kursinya untuk meeting mingguan, biasanya Arra selalu memulai meetingnya setiap pukul lima dan semua atasan dan karyawan yang mendapat kepercayaan besar akan dihadapkan jadi satu di hari ini. Selalu weekend untuk memulai hari panjangnya karena weekend akan menjadi hari yang paling ramai.
"Apa kalian siap dengan hari ini?"
"Baiklah, mulailah beri laporan padaku setiap caffe, setelah itu lakukan pekerajaan mulai pukul lima lebih tigapuluh menit, kakak-kakak semua paham?"
Arra terus memimpin meetingnya tanpa bicara, dari caffe pertama dia bangun, sampai ketujuhbelas yang Arra dirikan dengan uang hasil modal yang ayah dan ibunya berikan padanya.
Meeting selesai tepat waktu, Arra keluar pukul enam pagi, membawa lima pria untuk menemaninya membeli persediaan barang dan membiarkan Clara mengodinir karyawannya selagi Arra membeli barang-barang persediaan di gudang.
Tiga jam lebih Arra pergi dengan truk mobil membawa beban persediaan caffe Arra turun dengan pakaian tebal dan juga maskernya.
"Apa ada yang lain yang aku tinggalkan?"
"Tidak, tapi kau tidak perlu sampai pergi ke tempat persediaan susu seperti ini nona, itu tugas kami sebenarnya,"
"Jangan seperti itu, aku juga tidak masalah soal ini. Memang pengeluaran minggu ini sedang kencang makanya sebagian persediaan mulai habis lebih cepat."
"Berikan padaku, nona."
"Aku tidak keberatan, Kak. Tolong biarkan saja, Kak Clara bisa bantu kami mengangkat beberapa perlengkapan juga,"
"Minum untukku, Kak."
Arra terus berbicara setelah keluarnya dirinya hampir tiga jam, perempuan itu sedikit melirik pada pria yang sedang duduk dan memakan pesanannya di caffe nya, ada satu titik yang tidak asing. Pada akhirnya Arra memilih berjalan memutar untuk datang ke meja tersebut diam-diam.
"Oh, bukankah itu Kak Tyo teman Kak Giral?"