"Maafkan aku jika kau merasa tidak nyaman, Kak. Itu benar, aku perempuan yang sama yang masuk ke kelasmu saat kau baru saja selesai kelas terakhir jam olahraga," ucap Arra menghilangkan semua perasaan takut, marah, dan khawatir begitu semua menjadi satu karena Arra tidak mengontrol.
Laki-laki itu bukannya pergi justru mengambil duduk di samping Arra. "Duduk dulu, temani aku makan siang. Aku terlambat istirahat," minta kakak tingkat Arra membuat perempuan itu merasa sedikit terkejut karena baru pertama kalinya ada orang asing yang menarik pergelangan tangannya untuk kembali duduk setelah perempuan itu bangkit melihat kaka tingkatnya datang ke mejanya.
"Lima menit lagi masuk, kak." Arra mulai tidak nyaman melihat beberapa kakak tingkatnya melihat kearahnya dengan tatapan tidak suka. "Lebih baik aku masuk saja ---Akh!" Arra hampir jatuh karena laki-laki tadi menarik tangannya cukup keras membuat perempuan itu terkejut. "Kak, kau--"
"Ku bilang apa? Temani aku," ucap laki-laki itu tidak keras namun dengan gerakan tangan dan tatapan tajam miliknya membuat Arra kicep memilih diam.
Perempuan itu tidka bisa bergerak sama sekali, sebagian penghuni sekolah mulai sibuk melihat seberapa takut dan senangnya ada di posisi Arra.
Bisik-bisik yang Arra dengar memiliki dua opsi lain. Antara mereka akan senang jika ada diposisi Arra karena diperlakukan secara berani atau mungkin karena sebagain besar dari mereka membenci posisi Arra sekarang karena para kakak tingkat perempuan menyukai laki-laki yang sedang meminta ditemaninya.
"Kak, bagaimana jika aku masuk ke kelas dalam keadaan terlambat. Apa kau bisa mempertanggungjawabkannya?" tanya Arra langsung saja karena dia mulai gelisah karena beberapa siswa mulai meninggalkan mereka di kantin walaupun ada beberapa kakak tinggat yang menunggu laki-laki yang terlambat istirahat menyelesaikan makan siangnya.
"Aku akan mengantarmu ke kelas, kau tenang saja," jawab Kevin membuat Arra terdiam dan memilih duduk dengan gelisah, melipat kedua tangannya karena dia merasa harinya akan menjadi semakin sulit jika Arra mendapat teguran dari wali kelasnya, atau mungkin guru mata pelajarannya dan melapor pada ayahnya masalah ini. "Kak, aku takut," ucap Arra mengatakan seberapa fatalnya membolos bahkan beberapa menit di jam mata pelejaran setelah isitrahat, Arra bahkan akan mendapat masalah walaupun masalah ini sangat selepe dan kecil.
"Aku yang akan berbicara dengan guru mata pelajaranmu, wali kelasmu, bahkan pria dewasa yang selalu menjemput saat kau pulang juga. Aku laki-laki bertanggung jawab, kau tenang saja." Arra menggigit bibirnya takut, dia mulai sedikit memilih rileks sekarang. Yang bisa Arra dapatkan kali ini hanya Kevin yang sibuk dengan mangkok bakso penuh, warna merah yang kental dengan bau pedas yang kental juga.
"Kak, perutmu baik-baik saja?" tanya Arra mulai perhatian dengan kakak tingkatnya sebab Arra bukan perempuan yang akan tahan dengan pedas dan asam, bukan karena alergi, ibu dan ayahnya melarang dirinya untuk makan sembarangan dan menyakiti dirinya juga. "Memangnya kenapa?" tanya Kevin mulai menusuk satu baksonya dan memperlihatkannya pada Arra. "Makananku baik-baik saja," jawab Kevin tidak mempermasalahkannya melihat Arra melihat makanannya dengan takut-takut membuat Kevin terkekeh kecil.
"Kau tidak membeli makanan di kantin?" tanya Kevin saat melihat Arra memegang bekal yang kosong dan bersih tanpa sida atau makanan basah juga. "Beli, nanti di jam istirahat kedua. Memangnya kenapa?" Arra melirik bekal di depan tangannya yang terlipat saat melihat kakak tingkatnya melihat ke arah bekalnya.
"Apa kau juga akan mengataiku anak manja dan anak ibu? Aku tidak akan marah, katakan saja." Arra terlihat sangat menerima sekarang, melihat perdebatannya dengan Vio Arra menjadi lebih menerima segalanya karena untuk mengurungkan niat pertengkarannya dengan perempuan itu. "Tidak, itu bagus. Aku justru ingin membawa bekal seperti yang aku bawa, tapi aku tidak bisa," jawab Kevin membuat Arra sedikit ingin tahu lebih jauh mengenai kakak tingkatnya kali ini sayangnya Arra mengurungkannya.
"Kenapa tidak bisa?" tanya Arra pada akhirnya kalah dengan nalarnya kali ini. "Ada masalah yang tidak bisa diselesaikan baik-baik," jawab Kevin meninggalkan mangkok bakso miliknya membuat Arra menyatukan alisnya tidak terima.
Arra menarik tangan kakak tingkatnya dengan berani agar duduk di kurainya lagi. "Tidak baik meninggalkan makan di meja makan, tidak sopan juga Kak. Selesaikan saja makan siangmu lalu kau bisa mengantarku ke kelas setelahnya," ucap Arra memperhatikan jika Kevin hanya makan sebagian kecil dan berniat meninggalkan makan siangnya.
"Kau yang mengatakan padaku jika kau takut terlambat, aku mempercepatmu untuk masuk ke kelas. Kenapa kau jadi terlihat sengaja sekarang?" Arra mengerucutkan bibirnya mendapat tuduhan tidak baik dsri Kevin. "Aku hanya tidak ingin melihat makanan ditinggalkan," jawab Arra lagi-lagi memilih tetap mengikuti Kevin mengablntarkannya ke kelas.
"Hubunganmu dengan dua temanmu baik-baik saja?" tanya Kevin di samping Arra yang memegang erat kotak bekalnya yang sudsh kosong. "Baik-baik saja," jawab Arra sekenanya juga.
"Oh? Aku melihat kalian bertengkar tadi, sebenarnya tidak sengaja melihat saja." Arra memilih diam, dia sengaja tidak menjawab beberapa hal yang Kevin tanyakan padanya. "Kau tidak menjawabku karena apa? Kau ingin ku antara sampai di sini saja?" tanya Kevin berdiri sengaja diam di samping kelas Fian untuk menanyakannya.
"Siapa yang tadi mengatakan jika tadi akan menjadi laki-laki bertanggung jawab?" tanya Arra membuat Kevin terkekeh kecil, dia mengelus kepala Arra dan berjalan santai menuju kelas Arra dengan cepat membuat Arra yang awalnya terdiam memilih berlari menuju kelasnya mengikuti Kevin kakak tingkatnya.
Kevin benar-benar berjalan menuju kelas Arra dengan dantai dia bahkan dengan berani mengetuk pintu kelas Arra dengan santai untuk mengalihkan perhatian gutu yang sedang mengajarnya di jam itu. "Iya ada apa Kevin?" tanya guru tersebut yang mengenal kakak tingkatnya dengan baik sampai menghafal nama pria tersebut.
"Aku mengantar salah satu siswamu, maaf membuatnya terlambat. Aku memintanya untuk menungguku selesai makan siang, apa diizinkan masuk?" tanya Kevin mengatakan alasannya langsung membuat Arra yang kali ini sudah menjadi pusat perhatian di kelasnya menjadi sagat gugup.
"Kau mengajaknya makan siang bersama?" tanya guru tadi meminta sedikit penjelasan dari siswanya yang lain dari kelas ini. "Tidak." Kevin menjawabnya dengan tegas membuat Arra menelan ludahnya sukar merasa nyawanya dipermainkan.
"Lalu maksudmu 'bersama'?" Kevin mengangkat kedua bahunya malas, dia menarik Arra untuk masuk ke kelas saja sebelum memperjelas apa yang dia lakukan bersama dengan siswanya itu. "Aku memaksanya," jawab langsung Kevin membuat Arra menghela nafasnya lega.
Setelah berbicara dan membantu Arra masuk ke kelasnya Kevin memilih untuk pergi ke kelasnya juga. "Sejak kapan kau dekat dengan Kak Kevin, Arra?" tanya satu perempuan yang duduk di samping Arra selain Vio.
"Kemarin," jawab Arra sedikit berbisik karena takut ketahuan guru mata pelajarannya jam ini. "Kalian dekat?"
"Tidak, aku hanya lancang saat itu," jawab Arra membuat perempuan yang mendengar penjelasan Arra semakin salah paham, ada beberapa cabang yang membuat teman samping kursinya itu mulai berpikir semakin liar.
"Kau selancang itu?" Arra memutar bola matanya malas melihat seberapa menyebalkan perempuan itu menanggapinya, Arra lagi-lagi mendiamkannya tanpa mengatakan apapun.
Jam pelajaran terus berjalan, semuanya sudah melewati hampir akhir pelajaran. Sekarang akhir sekolah, selain sekarang juga sekolah akhir sebelum weekend Arra, Vio dan Fian memutuskan untuk berjalan menuju parkiran mengantarkan Fian me kendaraannya dan Vio dan Arra yang menunggu bersama dijemput oleh supir dan kakak laki-lakinya.
"Kau sangat baik denganku ternyata, Arra." Vio membuka pembicaraan membuat Arra menyatukan alisnya bingung dengan pembicaraan Vio yang membuat Arra tidak nyaman kali ini. "Maksudmu?" tanya Arra membutuhkan oenejlsan dari Vio.
"Kau tahu aku menyukai Fian kemarin walaupun pertengkaran kecil antara kau dan aku di jam istirahat pertama kau memberikan Fian padaku sebagai perhatian. Dia datang karena tidak ingin melihatku kesal terlalu lama denganmu, kan?" tanya Vio membuat Arra tifak bisa menjawabnya dsri segi apapun. "Apa kau merasa begitu?"
"Iya, aku tahu jika kau sangat baik padaku. Maafkan aku," ucap Vio menyadari kesalahannya jika hari ini pertengkaran sensitif dari Vio pada Arra hanya sebuah ketakutan.
"Aku tidak merasa kau membuat kesalahan," jawab Arra membuat Vio terkekeh dan mendorong kecil tubuh Arra karena merasa terharu. "Kenapa kau sangat baik sampai mengakui jika kau baik padaku saja keberatan, Arra." Arra menghela nafasnya berat, perempuan itu sekarang mulai mencari topik pembicaraan lain lagi.
"Soal Kak Kevin, jadi benar kau dengan kakak tingkat itu tidak ada apa-apa?" tanya Vio merasa ini adalah satu-satunya cara menjauhkan Arra dari Fian agar Vio lebih memiliki waktu bersama jauh lebih lama. "Memangnya kenapa?" tanya Arra mulai penasaran dengan jawaban Vio menanyakan permasalahan ini karena Arra bisa melihat jika Vio membutuhkan jawabannya karena apa.
"Aku hanya ingin menjadi pacar Fian, jika kau memiliki pacar juga bukankah kita bisa kencan dengan dua pasangan yang berbeda? Aku dengan Fian dan kau dengan Kak--"
"Vio, maaf aku sudah dijemput oleh kakakku, bisa kita akhiri pembicaraan ini? Aku pulang dulu, Vio." Arra memilih memotong pembicaraannya dengan Vio dengan berlari menuju mobil Giral dimana hari ini kakaknya menjemputnya lebih awal dari perkiaraannya.
"Hati-hati dijalan Arra!" Sungguh, Vio benar-benar berteriak ke arah Arra jika perempuan itu meminta Arra untuk berhati-hati dan melupakan apa yang sebenarnya dia lakukan baru saja.
Dengan langkah sedikit kemarahan perempuan itu menutup malas mobil milik kakak laki-lakinya, dia juga melirik di kok belakang apakah ada teman Giral lagi atau tidak. "Kenapa? Kau mencari Tyo?" tanya Giral melihat Arra mencari seseorang yang ada di jok belakangnya tidak seperti sebelumnya. "Untuk antisipasi," jawan Arra membuat Giral terkekeh mendengarnya.
"Ada masalah apa hari ini?" tanya Giral saat melihat adik perempuannya sedikit kesal karena setelah masalah kemarin. "Sepertinya Kak Tyo teman Kak Giral salah menilaiku," ucap Arra terkesan tiba-tiba membuat Giral menyatukan alisnya bingung.
"Memangnya kenapa?"
"Aku tidak menyukai Fian, aku yakin, dan percaya jika aku tidak menyukai Fian. Aku benar-benar tidak mencintai Fian, Kak." Giral semakin bingung dengan yang dikatakan adik perempuannya karena perempuan itu mengatakannya berulang kali.
"Apa yang mengganggu pikiranmu sekarang?" tanya Giral.
"Aku marah saat hidupku dicampuri oleh orang yang bukan keluargaku."