Seperti biasa, kesibukan Arra Maharani hanya bersekolah dan mengurus beberapa caffe setiap akhir pekan. Hari tepat satu hari sebelum weekend, perempuan itu memilih bangun pagi, menyelesaikan pekerjaan rumahnya sore hari kemarin dan wanita itu memilih untuk tetap tidur cepat dan bangun lebih cepat.
Arrra bangun pukul empat pagi, dia menghubungi beberapa pekerja disetiap caffe miliknya untuk meminta laporan keuangan dalam bentuk file untuk melohat seberapa keuntungan yang mereka butuhkan dan juga pengeluaranyang pas.
Penjualan yang sama atau meningkat, lalu berapa keuntungan yang didapatkan oleh mereka setiap dua hari sekali.
Pagi ini Arra tersenyum tipis, dia senang. Walaupun dia mendapat laporan jika kakak laki-lakinya datang dengan temannya yang pergi bersama ke caffe miliknya semua itu sudah menjadi rutinitas kecil dan tidak rugi.
Setidaknya Arra merasa sangat senang, dia berhasil mengganggu waktu kerja kelompok milik kakaknya, namun dia berhasil memberikan apa yang seharusnya dia berikan langsung.
Setidaknya Giral tahu bagaimana memposisikan adiknya baik-baik saja. "Sayang, kau bangun pagi?" tanya ibu Arra saat wanita itu sedang menyiapkan sarapan untuk kedua ketiga anak-anaknya dan juga suaminya hari ini.
"Aku bangun pagi setiap satu hari sebelum weekend, aku sedang senang ibu." Debagai wanita yang memiliki karir dan membimbing anak-anak mereka memiliki perusahaan di bawah perusahaan suaminya sebagai ibu dia hanya bisa bisa senang dan memberi banyak dukungan.
"Apa ada kabar baik?" tanya wanita itu meminta infomasi sedikit pada anak pertempuannya, Arra menganggukkan kepalanya pelan dan memeluk ibunya sedikit lembut dari belakang, mencium pipi kanan ibunya dan tersenyum lebar.
"Aku senang, ayo jalan-jalan weekend nanti, ibu," minta Arra pada ibunya unyuk sedikit menyisihkan waktu ibunya untuknya. Wanita itu menghela nafasnya berat, dia mematikan kompor sebab masakannya kali ini selesai lebih cepat karena dia tahu jika anak perempuannya akan selalu membantunya detiap satu hari sebelum weekend.
"Maaf, Arra. Untuk besok ibu harus membantu kakak keduamu menyusun skripsi, bersama ayahmu juga. Jika kau bosan ingin jalan-jalan ajak kakak pertamamu atau jika kau bosan ajaklah pacar kakak pertamamu saja. Dia pasti mau," ucap wanita tadi menolak permintaan anak perempuannya saat dia mendengar kabar baik dari Arra sebab keberhasialannya.
Arra menghela nafasnya berat, dia sama sekali tidak bisa mengatakan apapun. Perempuan itu terlihat sangat sedih namun dia tahu betul bagaimana skripsi yang penting dan harus diutamakan.
Arra semata-mata tahu sepenting apa skirpsi itu karena melihat bagaimana sulitnya ibu dan ayahnya membantu kakak prtamanya menyelesiakan skripsi pertamanya, lalu S2 dan S3 semester besok nanti. Giral dulu lalu setelahnya Raenal. Arra akan kehilangan fokus dan perhatiannya dari ibu dan ayahnya nanti, namun perempuan itu tidak mempermasalahkannya sama sekali. Justru Arra senang melihatnya, kedua orang tuanya sangat serius membantu kedua kakak-kakaknya, tentu jika waktunya Arra semua akan menjadi lebih serius dan baik.
Arra harus mendapat ceklis dari kedua kakaknya dan ayah ibunya. Itu akan menyenangkan sepertinya.
"Apa Kak Katya mau jalan-jalan denganku? Dua bulan lalu dia menolakku karena dia ada janji dengan teman satu kampusnya. Aku tidak yakin apakah pacar Kak Raenal mau menemaniku jalan-jalan besok." Arra murung, dia menghela nafasnya berat, wajahnya menurun sebab dia sedikt sedih dengan apa yang sudsh sejak semalam Arra siapkan untuk ibunya hari ini.
"Ibu akan meminta pada pacar kakakmu nanti, kau tenang saja." Arra tahu jika ini hanya kalimat menyenangkan yang sengaja ibunya berikan padnaya, namun sebagai anak yang baik Arra hanya tersenyum dengan mata berharap.
"Apa semua sarapannya sudah semua, ibu?" tanya Arra mengalihkan pembicaraan melihat beberapa lauk sudah rapi di samping meja kompor tempat makanan setengah jadi juga. "Sudah, ganti pakaianmu. Kak Raenal akan mengantarmu hari ini, kita akan sarapan pagi-pagi hari ini." Ibu Arra terlihat memerintah anak perempuannya untuk berganti pakaian karena satu keluarga kecilnya akan sarapan pagi-pagi sekali dan bersama.
Mereka hanya akan sarapan pagi bersama dua kali. Hanya saat weekend dan juga satu hari sebelum weekend. Selain mereka berlima memang memiliki kesibukan masing-masing yang membuat kelimanya tidak bisa disatukan satu sama lain karena kesibukan, mereka berdua selalu menyempatkan sarapan pagi bersama setidaknya dua kali dalam waktu sarapan.
"Aku akan cepat kembali, apa ayah sudah bangun?" tanya Arra membuat wanita itu menganggukkan kepalanya pelan, dia menaikan satu alisnya memberi sedikit kode pada Arra jika ada seseorang di belakangnya kali ini.
"Ah!" terkejut Arra begitu perempuan itu tidak sadar dengan apa yang dia lihat sebab pria yang dicarinya justru sudah berada di belakang tubuhnya kali ini. "Ayah membuatmu terkejut?" tanya pria itu membuat Arra terkekeh dan memeluk pria yang dia panggil dengan ayah erat.
"Iya, apa kabar ayah?" tanya Arra setelah perempuan itu selesai memeluk ayahnya dengan tenang. "Ayah baik, ada begitu banyak pekerjaan yang membhat ayah selalu terlambat pulang dan berangkat lebih awal. Apa anak perempuan ayah merindukan ayah?" tanya ayah Arra membuat perempuan itu tersenyum senang saat tangan besar, panjang dan kokoh itu mengekus puncak kepala Arra dengan lembut.
"Iya, ayah selalu pulang saat aku sedang tidur, dan ayah selalu sarapan lebih awal dan berangkat lebih awal sebelum aku bangun. Ayah pasti sudah bekerja sangat keras," ucap Arra sedikit mengecilkan suaranya membuat pria itu memeluk erat anak perempuan karena perempuan itu sedikit sedih sekarang.
"Ayah selalu bekerja keras, Arra. Begitupun semua orang, jadi jangan khawatirkan ayah. Jika ayah lelah ayah juga tidur siang di kantor, kau juga tahu kan?" Arra terkekeh, dia ingat saat Arra sengaja datang ke kantor ayahnya saat ayahnya justru sedang tidur siang cukup lama.
"Aku ingat, aku ke atas dulu. Mau ganti baju," ucap Arra meminta izin pada ayah dan ibunya sebelum pergi naik ke lantai atas untuk mengganti pakaiannya.
"Anak perempuan kita sudah besar sekarang, sayang. Dia sudah mulai dewasa," ucap pria tadi dengan berjalan mendekat ke arah istrinya untuk memberi sapaan pagi hati ini.
"Ya, Arra memang sudah besar, dan cantik juga." Wanita tadi hanya menimpalinya, dia mendapatkan ciuman kecil pagi hari dan membalasnya sedikit. "Bantu aku menata meja makan, suamiku yang sibuk." Pria itu terkekeh, dia mengambil beberapa lauk yang sengaja istrinya masalakn untuknya pagi ini.
"Aku sibuk karena kau juga sibuk, kami sibuk sayang." Sebagai istri dan juga ibu wanita selalu dituntut untuk bisa segalanya, bisa melakukan pekerjaan rumah, bekerja dan mengurus anak-anaknya tanpa mengurangi apa yang dia bisa.
Ya, ibu Arra sangat pintar melakukannya. Hanya saja tuntutan baik tanpa mengurangi satu hal juga selalu wanita itu lakukan dengan bahagia. "Pagi, ibu, ayah." Pria tinggi dengan pakaian santai baru selesai mandi pagi turun dengan wajah santai tanpa beberapa perlengkapan yang dia bawa.
Ponsel juga dia sengaja tinggalkan, anak sulung yang detik ini paling bisa diandalkan daripada adik-adiknya.
"Pagi juga, nak." Raenal tersenyum tipis, dia menarik kursinya pelan langsung mengambil posisi duduk tanpa mempermasalahkan kejanggalannya. "Kau tidak berangkat hari ini, Raenal?" tanya ayahnya, pria tadi hanya menggelengkan keplaanya pelan.
"Aku mengambil liburku, ayah. Hari ini aku demam, tugasku sudah ku berikan pada teman satu kelasku agar diantar sama. Aku berhasil tidur pukul satu pagi, sekarang aku sedang sakit." Tanpa memperpanjang pembicaraan ibunya langsung berdiri untuk mengecek suhu tubuh anak sulungnya dengan punggung tangannya.
"Ada apa dengan Kak Raenal?" tanya Arra yang sudah siap dengan pakaian dan juga perlengkapan sekolahnya sedikit mempertanyakan apa yang ibunya lakukan pada anak pertamanya.
"Kakakmu sakit, jadi tidak masalah kan jika kau diantar oleh supir ibu untuk hari ini lebih dulu?" jawab ibunya yang kali ini membuat Arra menyatukan alisnya cepat karena melihat kakak pertamanya sedang tidak baik-baik saja.
"Apa Kak Katya juga akan datang menjenguk kakak juga hari ini?" tanya Arra membuat Raenal menggelengkan kepalanya pelan, dia meluhat ke arah adik perempuannya kali ini.
"Katya sedang di Solo hari ini, jadi dia tidak bisa datang menjengukku. Dia akan datang hari senin nanti." Arra menghela nafasnya berat begitu mendengar apa yang dia dapatkan begitu menamparnya hari ini.
"Ibu, apa aku harus tidur saja saat weekend seperti ini?" tanya Arra mengadu pada ibunya sebab acara kepergiannya weekend ini justru sangat buruk san diluar rencana juga.
"Ada apa memangnya?" tanya Giral yang datang dengan beberapa perlengkapan simple untuk hari ini, dia hanya akan menyelesaikan skripsi, revisi dan bimbingan pada ayah ibunya besok hari saja. Malamnya pria itu mungkin akan membantu ayahnya sebentar.
"Arra ingin pergi jalan-jalan weekend ini, dia mengajak ibu, tapi ayah dan ibu ada janji denganmu. Raenal sedang demam, dan pacarnya sedang tidak ada di Jakarta. Jadi dia sedih sekarang," jelas ayahnya karena dia mendapatkan infomasi sedikit dari istrinya, Arra memutar bola matanya malas.
"Katya sedang sibuk akhir-akhir ini, Arra." Bahkan Raenal menegaskan jika Arra tidak Katya sedang tidak bisa diganggu sama sekali. "Aku tahu," jawab Arra mengambil makanannya saat ibunya sudah mengambilkan nasi terakhir dari keluarganya.
"Kau bisa di rumah mengurus Kak Raenal jika kau mau," ucap Giral memberi saran kesibukan weekend adik perempuannya agar tidak bosan besok, namun Arra menjawabnya dengan gelengan kepala karena dia tidak ingin.
"Aku akan pergi ke caffe saja untuk ikut bekerja di sana," jawab Arra mendapat pekerjaan lain karena dia merasa akan mati bosan di sana. "Pekerjaan rumahmu sudah selesai untuk minggu besok?" tanya ayahnya karena Arra terlihat tidak memikirkannya sama sekali.
"Aku sudah menyelesaikannya kemarin malam, weekend waktuku bersenang-senang ayah," jawab Arra dengan senyum senangnya karena dia berhasil menyelesaikan pekerjaan rumahnya lebih cepat. "Kerja bagus anak ibu," puji ibunya pada Arra.
"Aku bisa mengantarmu hari ini, jadi ibu tidak perlu menunggu supir untuk mengurusku. Aku hanya kelelahan, aku akan mengantar Arra saja dan ibu berangkat saja. Aku akan baik-baik saja," ucap Raenal buka suara karena dia mampu melakukannya walaupun dia sedang tidak baik-baik saja.
"Kau yakin?" Raenal menganggukkan kepalanya pelan, pria itu melirik Giral mendengar apa yang kemarin dapatkan melakuli adik pertamanya. "Iya."
"Aku hanya ingin tahu siapa teman laki-laki Arra yang berhasil membuat adik perempuanku merasa menjadi orang jahat." Mendengar alasan Raenal, Arra mulai terhenti dalam gerakannya. Perempuan itu sedikit tertegun merasa melakukan kesalahan.
"Kenapa? Apa aku salah jujur pada kalian?"