Chereads / CINTA 9 TAHUN / Chapter 3 - 3. Mencintai Harus Merugikan.

Chapter 3 - 3. Mencintai Harus Merugikan.

Arra benar-benar bodoh, dia sama sekali tidak menjadi bodoh untuk orang lain, melainkan untuk dirinya sendiri. Seharusnya memang masalah ini sepele, sayang sekali jika Arra benar-benar harus memikirkan masalah ini terlalu larut, setelah mengirim pesan pada kakak laki-lakinya Arra memilih berjalan menuju halaman depan sekolahnya dan berjalan menuju halte tempat dimana kakaknya akan menjemputnya.

Berjalan kaki sampai rumah memang belum pernah Arra lakukan, ada begitu banyak amarah yang akan datang pada Arra jika perempuan itu memilih untuk nekat pulang.

Kakak pertamanya akan memarahi Giral, dan ibu juga akan marah pada Raenal karena pertengkaran antara Raenal dengan Giral. Ayah akan memarahi ibu karena membuat kedua anak laki-lakinya bertengkar dan hanya Arra yang dilindungi di keluarganya.

Tidak ada yang bisa memarahi Arra, perempuan itu benar-benar menjadi yang paling dicintai dan paling dijaga. Untuk mengikuti apa yang kakaknya inginkan Arra hanya mengambil novel di dalam tas nya untuk sedikit menghilangkan bosannya menunggu.

Dia melihat ada seseorang yang mengirim pesan padanya kali ini.

/Kau sudah pulang?/

Tulis pesan dari Fian padanya, pada akhirnya Arra memilih berjalan kembali ke sekolahnya untuk kembali ke kelas paling dekat dari halaman depan sekolahnya.

Jika Fian adalah pria paling egois dan tahu bagaimana memperlakukan perempuan dengan baik, maka Arra harus membalasnya dengan bersembunyi kembali ke kelas orang lain untuk menutupi keberadaannya.

Kali ini Arra mengetik sesuatu untuk membalas pesan dsri Fian.

/Aku sedang menunggu Kak Giral, tapi baru saja Kak Giral menelfonku jika dia akan menjemputku. Pulang saja, sebentar lagi aku juga akan pulang./

Tidak ada cara lain selain jujur dan memaksa Fian untuk pulang agar jangan berputar balik kembali ke sekolahan.

/Dimana kau? Aku akan ke halte tempat biasa kau menunggu jemputan dari kakakmu. Kenapa kau tidak ada?/

Bukannya menurut, Fian justru kembali bertanya sebab laki-laki itu sudah ada di tempat yang dama dimana Arra duduk tidak lama.

/Aku sedang diperjalanan./

Pada akhirnya Arra memilih berbohong agar Fian mau pulang dengan cepat dan semua keadaan kembali aman seperti sebelumnya.

/Hati-hati, Arra./

Fian mulai pergi dari halte itu dan tidak membalas pesan lebih untuk cepat sampai ke rumahnya sendiri. Arra yang bisa melihat halte dari jendela kelas terdekat hanya bisa menghela nafasnya lega begitu melihat seberapa melegakannya dia kali ini berhasil.

"Hey!" tegur seseorang pada Arra saat dia ada di kelasnya bahkan saat perempuan itu bukanlah teman satu kelasnya. "Sedang apa kau di sini?" tanya orang yang sama membuat Arra menelan ludahnya sukar.

"Maafkan aku Kak, aku hanya bersembunyi dari seseorang," jawab Arra membuat laki-laki tadi hanya bisa memutar bola matanya malas. "Apa kau pikir ruang kelas kami tempat persembunyian?" tanya laki-laki tadi membuat Arra merasa sangat malu dan marah disaat bersamaan juga.

"Maafkan aku," ucap Arra berjalan menuju pintu keluar kelas tersebut membuat pria tadi hanya bisa terkekeh kecil namun membuat efek yang besar juga untuk seorang Arra. "Astaga, ceroboh sekali kau Arra." Perempuan itu terus memukul kepalanya sendiri meruntuki kesalahannya sendiri.

"Kenapa bisa kau masuk ke ruang kelas milik kakak tingkatmu, dan bagaimana wajahku jika bertemu dengannya lagi." Arra terus berceloteh menyalahkan dirinya sendiri sampai pada halte yang sama tempat dimana dia duduk dan membodohi Fian untuk pulang lebih dulu saja.

Sesampainya di halte, Arra kembali mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang lagi.

/Aku melihat Kak Giral belum membaca pesanku, tolong baca sekarang. Antarkan aku pulang sekarang saja kak, aku memaksa. Tidak ada yang bisa mengantarkanku pulang, temanku mengantarkan pulang temanku yang lain. Aku tidak bisa pulang jalan kaki, setidaknya jika aku bisa menelfon Kak Raenal saja./

Arra mengerucurkan bibirnya kesal begitu pesan yang dia kirimkan pada kakak laki-laki keduanya berhasil dibaca.

/Beberapa menit menit lagi aku akan mengantarmu pulang, jadi tunggulah sebentar lagi./

Arra menghela nafasnya lega, untuk kali ini dia bisa bernafas dengan lega jika keegoisannya memang harus dikedepankan untuk hari ini saja.

Beralih pada kakak Arra, pria itu mulai menghela nafasnya berat begitu mengirim pesannya pada adik perempuannya.

"Aku harus menjemput adikku, haruskah kita tunda saja pertemuan kita, Tyo?" tanya Giral membuat pria yang sedang meminta bantuan pada kakak tingkatnya terlihat sangat kecewa.

"Aku sangat sulit mendapatkan waktumu, Kak. Bagaimana bisa kau membatalkannya begitu saja? Aku juga tidak tahu kapan lagi aku bisa bertemu denganmu. Tolong bantu aku, Kak." Tyo terlihat keberatan sebab untuk kali ini saja pria itu sangat amat membutuhkan bantuan dari kakak tingkatnya untuk tugas kuliahnya.

Giral yang diberatkan dua sisi yang sama-sama penting itu hanya bisa menghela nafasnya berat. Dia berpikir secepat mungkin agar adiknya tidak menunggunya terlalu lama dan Tyo juga bisa dia bantu bahkan saat sudah hampir genap empat bulan terakhir ini pria itu meminta bantuan padanya, walaupun baru sekarang mereka berdua bisa bertemu.

"Apa kau masih ada mata kuliah sampai nanti sore?" tanya Giral memilih mendahuluan Arra tapi tidak meninggalkan Tyo, adik tingkatnya. "Tidak, setidaknya sampai pukul delapan. Memangnya kenapa?" tanya balik Tyo saat dia lebih membutuhkan jawaban daripada tindakan.

Namun dengan cepat juga Giral membereskan semua barang-barang milik Tyo dan merapikannya dengan cepat. "Ikut denganku," minta Giral membuat Tyo ikut membereskan barang-barangnya dengan cepat.

"Apa ada masalah?" tanya Tyo karena Giral terlihat terburu-buru menarik tangannya setelah semua barang milik mereka sudah masuk secara acak ke tas mereka masing-masing. "Aku harus menjemput adikku."

"Aku ada mata kuliah pukul tujuh malam, jadi kau ikut saja denganku," lanjut Giral menjelaskan akan kemana mereka pergi cukup cepat.

Tyo yang memang membutuhkan peran Giral hanya mengikutinya sebab tangannya ditarik agar cepat sampai parkiran kampus.

"Kau duduk di belakang," minta Giral membuat Tyo menurut dan masuk ke kursi belakang membiarkan dirinya ikut terlalu dalam pada masalah pribadi milik kakak tingkatnya.

"Aku perlu menjemput adikku, mungkin hanya sampai pukul tiga lebih sedikit. Jika kau keberatan dan memakan waktu lama, kita bisa memulainya di rumahku atau di caffe terdekat rumahku." Tyo sedikit meringis sebab dia merasa tidak enak pada Giral karena merepotkan pria itu.

"Maafkan aku mengganggu waktumu, Kak." Giral terkekeh mendengarnya, pria itu menggelengkan kepalanya pelan tanpa keberatan. "Aku memang selalu mengantarnya pulang jika jam sekolahnya selesai," jawab Giral jika itu bukan masalah besar sama sekali.

"Jadi sampai mana kau membahasnya tadi?" tanya Giral dengan sesekali bertanya pada Tyo sebab dia juga tidak ingin kehilangan pembahasan diwaktu-waktu yang tidak banyak Giral miliki.

"Judul skripsi yang baik dan benar. Aku hanya ingin membahasnya sedikit-sedikit karena aku butuh sedikit bimbinganmu lagi setelah memberi sedikit arahan di skripsiku sebelumnya," jawab Tyo menjelaskan pada Giral jika yang dia butuhkan adalah satu pembahasan yang sama karena Tyo juga sebenarnya hampir selesai tugas S2 nya atau akan S3 nanti.

"Aku bahkan belum selesai dengan skipsiku yang seharusnya wisuda tahun ini, kenapa kau sudah memikirkan skripsimu bahkan kau bisa memulainya semester depan?" tanya Giral tidak menyangka jika pria itu memulainya terlalu cepat, Giral bhakn sampai terkekeh karena ambisi besar milik Tyo yang terlalu menggebu-gebu.

"Aku tahu jika skripsimu bahkan bisa selesai dalam dua atau tiga minggu namun langsung di ACC tanpa perlu revisi. Aku hanya butuh bantuanmu lagi walaupun aku butuh hampir tiga sampai empat bulan menyelesaikannya," jelas Tyo jika dia sangat membutuhkan bantuan dari Giral untuk kelulusan dengan nilai terbaiknya lagi.

"Nanti ku bimbing," jawab Giral sedikit saat dia menghentikan mobilnya karena sudah sampai. "Masuklah," minta Giral saat dia menurunkan kaca mobilnya membuat Arra memutar memilih duduk di samoing kakak laki-lakinya.

"Aku menunggu Kak Giral hampir satu jam," ucap Arra dengan sedikit marah dan kepanasan menunggu di halte cukup lama. "Aku sudah menyuruhmu untuk pulang dengan temanmu, tapi kau masih tetap keras kepala ingin dijemput olehku." Arra memutar bola matanya malas sedikit kesal.

Dia tidak menyadari bahkan saat ada satu pria dewasa ada di belakang kursi mobilnya yang sedang diam dan memperhatikannya dengan serius.

"Maafkan dia, Tyo. Dia memamg sedikit berisik," ucap Giral pada pria di belakang Arra membuat perempuan itu ikut membalikkan wajahnya ke belakang karena ingin melihat teman kakak laki-lakinya.

Namun---

"AAA!" teriak Arra karena terkejut dimana pria itu juga menatap ke arahnya sedikit datar dan tajam. Giral yang melihat keterkejutan adik perempuannya hanya bisa memutar bola matanya malas.

"Biarkan dia, Tyo." Giral memberi peringatan pada adik tingkatnya untuk tidak menanggapi Arra dan Tyo memilih untuk membuang wajahnya melihat ke arah jalan melalui jendela.

"Kak Giral tidak mengatakan padaku jika ada teman?" tanya Arra kesal karena wajah, ekspresi dan reaksi terkejutnya sangat tidak lucu di depan teman kakak laki-lakinya.

"Aku sudah mengatakan padamu jika aku ada kerja kelompok, tapi kau tetap menungguku. Kau saja yang lupa," jelas Giral pada titik awal dia tidak bisa menjemput Arra lebih cepat sebab dia juga sebenarnya sedang ada urusan lain, Arra menganggukkan kepalanya begitu mengingat sesuatu. "Ah, iya."

Wajahnya mulai kesal mengingat apa yang sebenarnya sedang terjadi. "Ngomong-ngomong soal aku yang tidak bisa pulang dengan temanku, aku memiliki teman," ucap Arra menegaskan jika dia tidak akan pernah bisa sendiri di sekolahnya.

"Tapi kau merepotkanku, lihatlah sekarang." Giral menujukkan situasi sekarang dimana Arra sebenarnya gagal pulang sendiri tanpa dirinya. Arra menghela nafasnya berat, dia mengambil ponselnya tanpa menjawab.

"Aku tidak perduli," jawab Arra mulai membiarkan keheningan di dalam mobil kakak laki-lakinya tanpa suara. "Ngomong-ngomong soal sekolah, Kak Giral pernah suka pada seseorang?" tanya Arra mendesak kakak laki-lakinya untuk menjelaskan seberapa sibuknya kakak laki-lakinya kuliah, apakah pria itu bisa memulai hubungan asmara juga?

Sebenarnya, Arra hanya ingin tahu saja. "Kenapa kau bertanya soal ini?" tanya bakik Giral membuat Ara mengangkat kedua bahunya tidak menjawab. "Aku hanya penasaran saja," jawbanya ringan, Giral yang mendengarnya hanya bisa memutar bola matanya malas tanpa jawaban serius.

"Kenapa kau penasaran?"

"Karena aku ingin tahu apakah mencintai harus merugikan orang lain hanya untuk terlihat 'membutuhkan' di mata orang itu."