Mendengar seberapa sensitif pembahasan Giral dengan adiknya membuat Tyo yang duduk di kursi belakang merasa sedikit tidak nyaman mendengarnya. "Apa kau menyukai teman laki-lakimu di sekolahmu, Arra?" tanya Giral frontal saja sebab ada sedikit salah paham antara jawaban Ara dengan apa yang dia dapatkan kali ini.
"Bukan aku, itu temanku." Arra tetap menjawbanya dengan santai tanpa merasa curiga, Tyo yang mendengar hampir semua pembicaraan antara kakak dan adik itu hanya bisa berdeham kecil. "Jadi kau bertanya padaku hanya karena kau penasaran karena temanmu menyukai temanmu yang lain?" tanya balik Giral tidak menyangka dengan hasil yang dapat dia simpulkan.
Arra tersenyum kecil, dia menganggukkan kepalanya pelan tanpa bicara. Matanya melihat ke arah Tyo yang sebelumnya berdeham. Namun hanya memeriksa keadaan teman kakaknya dan setelahnya Arra kembali berbicara dengan Giral.
"Aku sudah mengatakan pada Kak Giral jika aku penasaran. Jadi, apa Kak Giral pernah berpacaran selama Kak Giral lahir sebelumku sampai detik ini?" Giral memutar bola matanya malas, dia menghentikan mobilnya sebab ada lalu lintas yang menghentikannya.
"Pacar? Aku punya," jawan jujur eekali pada Arra sebab Giral juga tahu jika adik perempuannya hanya sedang penasaran saja. "Jadi, apa Kak Giral juga memanfaatkan temanmu untuk mendapatkan pacar sekarang sebelum kalian berdua berpacaran?" Perempuan itu sebgaja bertanya sebab dia memang benar-benar sangat penasaran dengan apa yang sedang terjadi dengannya apakah terjadi juga pada orang lain.
Tidak perlu jauh-jauh, setidaknya jika orang lain, apakah kakak laki-lakinya juga melakukan hal yang sama seperti Vio melakukannya padanya?
"Tentu saja tidak, kami berpacaran karena kami saling mencintai. Aku menyukai wanita yang sama menyukaiku juga, kami perpacaran dan hanya seperti itu. Apa yang kau harapkan dari memanfaatkan orang lain?" Giral melanjutkan perjalanannya setelah lampu merah mulai berganti menjadi lampu hijau, Arra terlihat berpikir cukup keras sendiri tadi.
"Jadi Kak Giral tidak memanfaatkan teman Kak Giral untuk menjauh dari pacar Kak Giral agar kalian berdua berpacaran?" Giral memutar bola matanya malas, pria itu memilih diam saja tanpa mengatakan apapun.
Lagi pula lebih menyenangkan juga jika Arra dibiarkan berpikir sendiri dengan pola pikirnya sendiri, Arra memang unik, tapi jika terlalu memperpanjang pembahasan yang tidak penting dan tidak seharusnya Arta tahu melalui Giral, semua itu akan terlihat semakin tidak nyata.
"Kau sedang apa?" tanya Giral saat Arra memilih mengambil ponsel mulai mengetik sesuatu mengirimnya pada seseorang kali ini.
"Aku sedang menghubungi temanku," jawab Arra tanpa ingin menyebutkan namanya sama sekali. "Tadi kau bilang jika itu bukan kau, kenapa sekarang kau menghubungi temanmu?" tanya sedikit bingung dari Giral yang tifak paham maksud dan tujuan Arra bertanya.
"Kami berteman, tiga orang denganku. Ada Fian dan juga Vio, Vio mengatakan padaku jika dia menyukai Fian. Awalnya aku tidak yakin, tapi melihat bagaimana Vio melakukan segala cara untuk dekat dengan Fian dan menjauhkan Fian dariku, semua sudah jelas."
"Fian sebenarnya sudah mengatakan padaku jika dia akan mengantarku pulang, aku setuju diawal. Tapi saat Vio tahu Fian akan mengantarkanku pulang hari ini. Vio memilih untuk merebutnya dan meminta pada supirnya agar tidak datang menjemputnya." Arra menjelaskan kronologi yang teejadi antara Arra, Vio dan Fian secara langsung.
Lagipula percuma berbohong, Arra sekarang sedikit kesal sebab perempuan itu harus masuk ke kelas kakak tingkatnya hanya unyuk bersembunyi agar Fiam tidak tahu jika dia masih menunggu.
"Jadi kau membiarkan temanmu Vio untuk pulang dengan Fian lalu kau menunggu di halte sampai satu jam lebih?" tanya balik Giral saat dia mendapatkan alur dari pembicaraan Arra terhadapnya. "Iya, Vio memaksa. Sebenarnya aku akan tetap pulang dengan Fian saja, tapi Vio mengatakan dia menyukai Fian. Aku dilema."
Tyo memutar bola matanya malas mendengar cerita terlalu polos dan lugu antara Arra dengan kedua temannya. Walaupun sejujurnya Tyo sengaja diam dan menulikan pendengarannya, Tyo tidak akan benar-benar tidakendengarnya.
"Apa kau menyukai Fian juga?" tanya Giral menyadari wajah Arra sedikit memerah entah karena salah tingkah atau marah juga. Arra menggelengkan kepalanya pelan. "Aku hanya tidak ingin dimanfaatkan."
"Mungkin kesannya terlalu kasar mengatakan ini Kak, aku benar-benar tidak bisa menolak permintaan temanku. Vio baik padaku, Fian juga. Walaupun Fian seakan-akan baik padaku dan juga pada Vio sama rata, aku tidak bisa menyukai Fian sebagaimana Vio menyukainya." Arra menjelaskan pertemanan mereka bertiga agar Giral sedikit memberi arahan padanya jika mencintai dan berteman memang harus dipisahkan dengan ranahnya yang benar.
"Kenapa?"
"Tidak tahu, aku hanya tidak ingin kehilangan teman-temanku." Arra menjawabnya dengan tulus, perempuan itu benar-benar mengharagai teman dan privasi teman. Namun ada sedikit masalah yang Tyo lihat.
"Arra, teman bisa dicari." Kali ini Tyo lebih memilih akan bicara karena dia sejak tadi gemas dengan pembicaraan antara Giral dan Arra. "Maksudnya?" tanya Arra membalikkan tubuhnya karena ingin melihat orang yang baru saja mengeluarkan suaranya.
"Aku setuju dengan Tyo, teman memang bisa dicari Arra." Bahkan untuk saran yang Tyo katakan, Giral juga menambahinya. Namun Arra menyatukan alisnya katena tidak memahaminya.
"Aku butuh teman, aku tidak bisa sendiri," ucap Arra tidak setuju dengan apa yang Tyo katakan padanya. "Teman tidak hanya teman sekolahmu saat ini saja. Temanmu tidak hanya akan Vio dan Fian saja. Masih ada teman satu kelas, teman satu sekolah, dan teman kuliah nanti saat kau melanjutkan pendidikanmu. Teman bisa dicari, Arra."
Perempuan itu masih diam memikirkan apanyang Tyo katakan padanya, walaupun pada kenyataannya pria itu mengatakan hal yang benar dan baik, tidak selamamya Arra akan menyetujuinya.
"Teman memang bisa dicari, tapi jika untuk sahabat? Teman terdekat? Aku sangat yakin jika Vio dan Fian akan menjadi yang paling terbaik dari yang sebelum-sebelumnya," jawab Arra menyakinkan teman kakaknya jika perempuan itu percaya dengan takdirnya. Tyo menggelengkan kepalanya pelan, dia melihat pada Giral untuk meminta izin berbicara lebih jauh.
"Ajari saja," jawab Giral saat pria itu sedang sibuk mengendari mobilnya dengan serius.
"Sekarang coba ku tanya, jika Vio dan Fian saling mencintai. Mereka akan sering berkencan berdua dan kau memilih percaya pada Vio dan Fian saja, bukankah kau akan sendirian lagi?" tanya Tyo langsung mengatakan buruknya pada Arra membuat Giral sedikit terkekeh mengatakannya.
"Kenapa kau mengatakan jika Vio dan Fian berpacaran? Bukankah sudah ku katakan jika baru Vio saja yang menyukai Fian? Suka belum tentu cinta juga, kan?" Giral total tertawa sata seriusnya terganggu hanya dengan bantahan kecil milik adik perempuannya yang membuat Tyo sedikit terkejut. "Aku berbicara jika Vio dan Fian benar-benar saling mencintai dan memiliki hubungan." Tyo terlihat membalas perkataan Arra membuat perempuan itu memilih memikirkan ucapan dari teman kakaknya kali ini.
"Tapi menurutku Fian menyukaiku," ucap Arra mengatakan dengan tidak yakin pada Tyo membuat kedua pria hampir dewasa itu sedikit tersentak dengan fakta yang lain juga.
"Oh, jadi kau menyukai Fian juga," ujar Tyo, namun melihat Arra menggelengkan kepalanya tegas hal itu membuat Giral terkekeh mendengar pembicaran mereka berdua. "Jadi, apa maumu sekarang?" tanya Giral mengalihkan oembicaraan antara Tyo dengan Arra kali ini.
"Apa aku harus mencari teman baru?" tanya polos Arra kali ini membuat Tyo memutar bola matanya terkesan malas dan memilih menghela nafasnya berat mengunci rapat-rapat mulutnya.
"Coba jawab pertanyaan Tyo dulu, apa kau menyukai Fian juga?" Kali ini Giral mengulang pertanyaan Tyo untuk dijawab ulang dari Arra. "Aku memang tidak menyukainya," jawab Arra kali ini tidak dengan gerakan melainkan dengan suaranya.
"Lalu kenapa jika kau tidak menyukai Fian, Vio dan Fian berpacaran kau akan mencari teman baru saja? Itu bukan pelampiasan yang baik, Arra," tegur Giral pada adik perempuannya saat melihat perempuan itu terlalu lugu untuk mengerti arti pertemananannya.
"Aku hanya tidak ingin mengganggu hubungan mereka, saat Vio hanya menyukai Fian saja aku harus terus mengalah dan membantu Vio untuk dekat dengan Fian, bagaimana jika aku masih ada dipertemanan mereka berdua saat mereka berpacaran?"
"Aku tidak ingin Fian menyukaiku," imbuh Arra kali ini menjelskan alasannya dengan rapi pada Giral karena dia tidak ingin pertemanannya rusak, Arra lebih baik mencari pertemanan yang lain saja.
"Itu artinya kau menyukai Fian juga," sahut Tyo yang sudah gemas sejak awal dengan bagaimana Arra berpikir dan sikap kekanak-kanakannya, Giral yang melihat Tyo berbicara hanya bisa mengelus puncak kepala adik perempuannya. "Turunlah," minta Giral agar Arra cepat turun dari mobilnya karena dia sudah sampai di rumah mereka.
"Kak Tyo, apa benar aku juga menyukai Fian?" tanya Arra pada pria di kursi belakang yang sama sekali tidak mendapat jawaban dari Tyo membuat Arra menatap kesal pada kakaknya.
"Turunlah, kami ada janji," ucap Giral meminta Arra untuk turun dan mereka mulai pergi menuju caffe menyelesaikan urusan mereka berdua saja. "Maafkan adikku," ucap Giral mengatakannya dengan tidak nyaman pada Tyo.
"Itu bukan masalah yang perlu dianggap serius, Kak." Tyo menjawabnya lebih tidak nyaman karena Tyo sudah iku berbicara pada adik perempuan kakak tingkatnya membuat Giral terkekeh. "Sebenarnya dia sangat pintar untuk sekolahnya, tapi dia sedikit lugu untuk urusan seintim ini. Kami mewajarkan hal itu," ucap Giral mengatakan pada Tyo jika mereka satu keluarga berhasil menjaga perempuan itu dengan baik.
"Ya, aku bisa melihat dia perempuan yang baik dan tulus." Tyo menambahi, kedua pria itu memilih pergi untuk menyelesaikan urusan masing-masing.
Kembali pada Arra dia masuk ke dalam rumahnya setelah pulang terlambat hampir satu jam duapuluh lima menit dari jadwal biasanya dia pulang.
"Ada masalah apa, Arra?" tanya seorang ibu pada anak perempuannya karena sudah sejak satu jam lalu wanita itu menunggu anak bungsunya pulang. "Kak Giral menjemputku sedikit terlambat karena ada kerja kelompok, jadi aku menunggunya." Wanita itu menganggukkan kepalanya jika dia juga mendapat pesan dari anak keduanya jika dia akan ada kerja kelompok hari ini.
"Lalu ada apa dengan wajahmu?" tanya ibunya lagi sebab wanita itu melihat Arra terlihat murung dengan wajah lesunya.
"Aku ingin bertanya sesuatu pada ibu sekarang," ucap Arra meminta jawaban dari ibunya dengan tiba-tiba sekali. "Kenapa?"
"Teman Kak Giral bertanya padaku setelah aku curhat padanya, dan pertanyaannya sedikit membuatku merasa tidak paham. Apa benar aku menyukai temanku?" tanya Arra dengan wajah polos menginginkan jawaban dari ibunya.
"Memangnya kenapa jika kau menyukai temanmu?" tanya ibu Arra tidak memlermasalahkannya. "Aku tidak bisa."
"Kenapa tidak bisa?" tanya nalik wanita tersebut. "Karena temanku menyukai temanku yang lain lebih dulu, bukankah aku jahat jika aku menyukai laki-laki itu juga, ibu?"