"Masih ada waktu dua jam lagi, jadi kau siap untuk menerima bimbinganku walaupun sebentar?"
"Aku sangat sibuk sampai empat bulan ke depan. Aku tidak bisa membalas bahkan membaca pesan darimu, jadi sekarang saja," ucap Giral mengatakan pada Tyo jika dia tidak bisa setiap saat membalas pesan dari pria tersebut.
"Maaf, Kak. Apa aku mengganggu waktumu beberapa hari terakhir?" tanya Tyo sebab dia juga terlampaui sering mengirim pesan pada kakak tingkatnya beberapa hari terakhir.
"Satu hari sekali sebenarnya tidak sering, tapi kau selalu mengirim pesan padaku setiap aku akan tidur, itu mengganggu," jawab Giral dengan jujur walaupun sebenarnya pria itu tidak sering memegang ponsel namun notifikasinya selalu muncul di beberapa kali dia akan mulai tertidur.
"Tapi aku mengirimi pesan pukul dua pagi," balas Tyo sedikit tidak tahu jika dia menggangu tidur kakak tingkatnya. "Pukul dua pagi atau dua siang itu tetap menggangguku. Usahakan setiap dua minggu satu kali saja," balas Giral membuat Tyo sedikit terkejut.
"Maafkan aku, Kak." Giral terkekeh melihat seberapa tidak nyamannya Tyo terhadap apa yang Giral katakan. Pria itu secara hardiah memang tidak nyaman dengan pesanannya, namun ditegur dengan halus seperti membuat Tyo merasa sangat bersalah. "Aku hanya bercanda," ucap Giral sedikit tertertawa melihat seberpaa lucu wajah adik tingkatnya saat berhasil Giral takut-takuti.
"Mulai dari mana?" tanya Giral saat dia membawa beberapa buku dan referensi yang beberapa kali dia baca. "Aku membeli limabelas buku referensi, dan aku juga meminjam hampir tiga buku perpustakaan."
"Jadi menurutmu, kau butuh berapa untuk referensi skripsimu nanti? Aku bertanya untuk gambaranmu saja," ucap Giral. "Menanyakan pembimbing pembantumu?" tanya lagi Tyo pada Giral, pria itu terkekeh dan memberikan hampir tiga jari kelingking sampai jari tengahnya.
"Ayahku, ibuku, dan kakakku. Masih sama. Aku tidak akan main-main dengan nilai, dan Kak Raenal selalu meminta padaku untuk bertanya sesuatu padanya. Jadi kau tidak akan mendapat orang hebat milikku, Tyo. Kau tidak bisa mendapatkan pembimbing paling hebat milikmu, kau tidak ingin meminta bantuan pada ayahmu, ibumu dan kakakmu juga?" tanya Giral tanpa mengatakan hal lebih menyakitkan pada Tyo membuat pria itu semakin tidak puas dengan miliknya.
"Kak, apa kau benar-benar dekat dengan ayah, ibu dan kakak laki-lakimu? Kenapa bisa," tanya Tyo sedikit tidak paham bagaimana anak laki-laki dikeluarga bisa smapai dekat bahkan pada masalah pendidikan dan membantu mengurus skripsi sebagai pembimbing juga.
"Tentu, mereka sudah menjadi bagian hidupku sejak aku belum dilahirkan. Kami saling mendukung, ayolah Tyo. Kau hanya perlu menurunkan egomu saja," saran Giral sbeab Tyo hanya terlalu banyak mengusiknya jika dia tidak mendapatkan jawaban dari semua pertanyaannya.
Memang setiap pukul dua pagi, tapi apakah kalian tahu jika pesan yang Tyo kirimkan pada Giral hanya satu?
Mungkin bisa hampir duapuluh sembilan setiap satu hari dan selalu tepat pukul dua pagi.
Siapapun pasti akan marah, sejujurnya Giral juga ingin menutup akses dimana Tyo bisa mengiriminya pesan, namun Tyo tidak seharusnya Giral blokir. Karena dia bisa saja mengirim pesan diluar kebutuhannya sendiri, terkadang Giral bimbang juga.
"Kak, aku hanya ingin satu pertanyaan lagi," ucap Tyo meminta satu jawaban tidak terlalu kejam untuk dijawab tapi Tyo sangat membutuhkannya. "Apa?"
"Selain dari dukungan keluarga, apa dari banyak-banyak referensi, meminta revisi setiap saat pada dosen pembimbing, lalu memperbaikinya sendiri bisa cepat selesai skripsinya juga?" tanya Tyo kembali pada satu topik awal yang kali ini membuat Giral sedikit gerah juga saat membaca.
"Sekarang coba ku tanya," ucap Giral balik. "Jika kau sedang mengerjakan skripsi bab satu, dan ada adik tingkatmu yang menghubungimu setiap waktu hanya untuk meminta bantuan dan pertanyaan tidak masuk akal setiap hari, apakah kau akan tetap sabar?"
"Aku bukan sedang mengatakan jika itu kau, tapi aku sedang mengatakan dengan tegas jika kau terus berbicara pada dosen pembimbingmu yang membuatnya risih dan kesal, bagaimana menurutmu?"
"Kau pintar, jangan berusaha menjadi bodoh hanya karena kau butuh sesuatu Tyo, aku tahu kau." Giral memutar bola matanya malas, Giral memberikan hampir tiga lembar kertas yang hanya tertulis judul buku referensi bagaimana orang-orang bisa selesai skripsi dengan cepat tanpa banyak bicara dan meminta bantuan.
"Skripsimu kemarin aku memberimu satu lembar, dan aku hanya ingin memberimu lebih karena aku tidak ingin kau menggangguku. Usahakan tolong jangan ganggu aku, aku sudah mulai sibuk mengurus skripsiku sendiri, dan aku juga mulai sibuk mengurus perusahaan ayahku. Jadi jangan hubungi aku, bertanya soal skripsi atau aku akan blokir semua media sosial milikmu secara permanen."
"Aku tidak berbohong," ucap Giral memberi sedikit kecaman pada Tyo sebab pria itu akan selalu mendekat padanya hanya saat dia membutuhkan sesuatu. Hey, kuliah itu kompetisi, tidak ada yang harus dijelaskan bagaimana rumitnya hidup.
Sejujurnya hidup juga penuh kompetisi, mau sepanas apapun kompetisi yang ada Giral hanya menganggap hasil itu penting, dan semua yang dia dapatkan memang perlu diusahakan.
"Bukankah ini sangat banyak, Kak?" terkejut bukan main saat ada sekitar seratus duapuluh lima buku yang Giral rekomendasikan, dan sebagian buku referensi yang tertulis baru saja Tyo lihat hari ini.
"Aku mendapat seratus limabelas buku referensi dari ayah dan kakakku, dan aku sama sekali tidak bertanya padanya seperti kau bertanya padaku," balas Giral lebih pedas yang membuat Tyo tertampar dengan apa yang baru saja dia katakan. "Terimakasih banyak, Kak." Giral menganggukkan kepalanya pelan, dia menatap Tyo dengan serius.
"Itu bahkan kertas yang terkena air akan hilang tulisannya, jadi jaga baik-baik sebelum kau menyesal. Aku tidak akan membantumu untuk yang kedua kalinya, kau mengerti?" tanya balik Giral saat Tyo mendengar apa yang sebenarnya terjadi membuat dirinya sedikit terbebani.
"Aku akan menjaganya dengan baik, Kak." Giral menganggukkan kepalanya pelan, dia menjukkan satu kalimat dan beberapa bagian penting yang harus Tyo pelajari dari dirinya.
"Kau harus memahami dari sini, lalu kau baca berulang kali, pikirkan dengan realistis, jangan asal memilih kata, judul, dan juga pembahasan. Kau harus lebih memikirkan dengan serius setiap kata, kalimat dan satu paragraf yang akan kau bahas. Usahakan jangan yang sering kau gunakan, buat sebaru mungkin. Usahakan kau jangan membawa refrensi skripsi orang lain, buat sedemikian rupa. Kau hanya perlu mengingat kesalahanmu saat kau mendapat revisi pertama pada dosen pembimbingku saat kau memperjuangkan skripsimu di S1 mu dan kau ingat apa saja yang pernah kau buat, pikirkan baik-baik apa saja kesalahanmu, dan jangan ulang lagi."
Tyo menelan ludanya sendiri, kali ini mungkin akan lebih sulit. Bukan untuk menantang diri sendiri, lebih apakah dia bisa melakukannya untuk kedepannya. Menantang bukan berarti bermaksud untuk bunuh diri, jadi lebih baik untuk tetap melakukan apa yang menurut dirinya benar dan baik juga. Mata tajam yang sejak tadi Tyo lihat pada Giral membuat pria lebih dewasa dari Tyo melakukan hal lebih dari itu.
"Turunkan apa yang sedang kau lakukan," tegur Giral membuat Tyo menurunkan pandangannya memilih menundukkan kepalanya pelan. Giral tahu benar jika Tyo pria yang sangat dominan, dia keras kepala dan egois. Apa yang menurutnya sangat tegas dan bijaksana membuat Giral sedikit gerah.
"Jadi, apa lagi yang kau inginkan dariku?" tanya Giral melirik arlohi di tangan kanananya saat dia melihat seberapa populernya jam kuliah membuat Giral hanya bisa menghabiskan satu makanan berat dengan dua gelas es kopi hitam.
"Kau sangat keren Kak, aku belum melihat siapa kakakmu yang selalu kau sebut dengan nama Kak Raenal, tapi melihat sisi baik dan sangat cerdasnya kau, itu membuatku sedikit tidak bisa berpikir bagaimana kau berbicara dengan kakakmu, ibumu dan ayahmu. Mereka sepertinya sangat pintar," ucap Tyo terlihat sangat lancang mengatakan hal ini saat sebenarnya yang terjadi benar-benar satu hal yang perlu diperbaiki.
"Itu hal pribadi, kau tidak sepantasnya juga tahu mengenai hal ini," balas Giral kembali mengambil es kopinya dan membereskan beberapa buku yang sempat dia ajarkan pada Tyo.
"Ayo pulang, satu jam lagi aku ada jam kuliah, jadi ku pikir kita harus benar-benar sampai di kampus sebelum aku mendapat nilai minus karenamu," ucap Giral berjalan meninggalkan caffe tersebut membuat Tyo berinisiatif membayar makanan sekaligus minuman milik mereka.
"Tidak perlu dibayar, caffe ini milik adikku. Dalam keluargaku, kemanapun kita pergi, dan dengan siapapun kita melakukan pengurangan uang tidak dianjurkan untuk salah satu atau sebagian anggota keluarga membayarnya."
"Kami tidak pernah membayar makanan dibisnis salah satu kami, jadi kau jangan merusak semuanya dengan harga dirimu yang tinggi," koreksi Giral membuat Tyo mendapat setidaknya satu hal yang perlu dia perjelas lagi kali ini.
Keduanya mulai masuk ke mobil Giral, walaupun Tyo masuk pukul delapan malam, Giral harus masuk pukul tujuh malam. Sebagai rasa terimakasih, Tyo hanya bisa menuruti apa yang Giral berikan padanya walaupun terkesan sangat berlebihan dari hanya sekedar membantu.
"Ngomong-ngomong soal adikmu, bukankah kau hanya memiliki satu adik? Bukankah yang tadi?" tanya Tyo sedikit memikirkan sesuatu dengan berlebihan membuat Giral mengangkat bahunya malas.
"Ya, kami hanya tiga bersaudara." Giral menjawab seperlunya, dia bisa melihat seberapa penasarannya Tyo terhadap adik perempuannya.
Seperti munafik memang, tapi Arra bisa mengurus setidaknya enam caffe sederhanya yang dia rintis sejak dia umur duabelas tahun. Itu seperti tuntutan, tapi tuntukan dan paksaan ini berhasil membuat ketiga bersaudara itu semakin dekat.
"Tapi, kenapa sangat aneh. Bukan maksudku seperti itu, Kak. Arra terlihat sangat polos, dia tidak tahu apapun. Tapi bagaimana dia bisa mengurus caffe tadi saat dia masih SMA?" Giral terkekeh mendengar pertanyaan yang terlihat sangat logis dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Ya, umurnya sekarang sudah akan tujuhbelas tahun. Jadi, caffe itu memang miliknya," jawab Giral membalasnya sedikit bergurau walaupun tidak serius.
"Kak, maksudku--" Giral memotong ucapan Tyo kali ini. "Aku tahu."
"Kau tidak bisa menilai seseorang dari cara dia berbicara, bagaimana dia menjalani hidupnya, dan menilai dia buruk hanya karena dia terlihat begitu manja, polos, lugu dan bodoh. Kau hanya belum tahu sisi lain dari orang itu, kau belum bisa melihat bagaimana dia dewasa, bekerja dan bertanggung jawab penuh dengan apa yang dia lakukan."
"Kau belum tahu apapun mengenai adikku, Tyo."