Chereads / Shina the blackcat / Chapter 15 - Blackcat

Chapter 15 - Blackcat

Setelah pulang dari sekolahShina dan Yuki bersantai, mereka duduk di sofa dan menonton film. "Shina, menurutmu bagaimana dengan cerita Katherine tadi?, jangan pura pura tidak tahu, kau menguping dari balik pintu". "Eeh, baiklah aku mengaku kalau aku memang menguping percakapan kalian, aku hanya tidak ingin mengganggu, tapi kalau dari cerita tadi ada yang aneh" Shina berdiri ke ujung ruangan dan berdiri di dekat jendela. "Yuki kau tahu kan trauma itu apa, aku rasa itu penyebab dia tidak melukai Ellena saat kau tiba tiba di belakang mereka, tapi dari apa yang dia katakan sepertinya dia trauma bukan karena itu, masih ada yang di sembunyikan Katherine". "Maksudmu, dia sudah trauma sejak kecil, tapi kalau begitu seharusnya Ellena tahu" Yuki merasa kalau yang di katakan Shina salah dan membantahnya. "Kau sendiri yang bilang bagaimana Ellena itu, dia menyembunyikan sesuatu karena tidak ingin membuat orang lain terbebani, mungkin penyebabnya saat mereka masih kecil" tambah Shina. "Kalau mereka memang ingin menyembunyikan hal itu ya sudahlah" ucap Yuki.

setelah itu yuki mengganti film yang di putar, Shina kembali duduk ke sofa. Berselang beberapa menit film itu di putar, Shina berteriak. "Hahaha, serius kau takut pada hantu, padahal kau sepertinya suka berada dalam bahaya". Yuki tertawa melihat Shina ketakutan dengan hantu. "Terserah intinya ganti filmnya" Shina ingin mengganti filmnya, "Jangan!" Yuki menahan tangan Shina. Mereka bertengkar untuk mengganti film itu, saat mereka sedang bertengkar terdengar suara teriakan hantu dari film. Kaget dan ketakutan, secara spontan Shina memeluk Yuki. "Permisi" Riki dan Karin membuka pintu, "Sepertinya kita datang di saat yang tidak tepat" mereka hendak menutup pintu, "Tunggu kalianan salah paham" Yuki dan Shia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Mereka masuk dan Yuki membuatkan minuman, dan membawakan beberapa camilan. "Shina kau serius takut hantu?, tak bisa di percaya" Karin meledek Shina. "Diamlah!, bisakah kalian melupakan hal ini" Shina merasa kesal dengan mereka. "Ternyata Shina juga bisa ngambek, hey udahan dong, ngambek mirip bocah aja" Karin memencet mencet wajah Shina. "Yuki, bisa kita bicara sebentar" Yuki dan Riki menjauh dari Shina dan Karin. Riki menceritakan apa yang dia lihat saat mengintip Charles dan Shina. "Tapi aku tidak tahu apa itu, sebenarnya ada hubungan apa mereka, Charles juga tidak memberitakan tentang Shina lebih jauh, aku juga sudah bicarakan ini dengan Karin" ucap Riki. "Soal ini kita bicarakan nanti lagi, kita kembali sekarang atau nanti Shina bisa curiga" mereka kembali dan bergabung dengan Shina dan Karin.

Saat mereka lanjut berbicara"Lihat ini!" Karin menunjukkan kaset yang di belinya, "Taraaa..., Ini adalah film horor yang konon katanya paling seram musim ini" mendengar itu Shina pelan pelan menjauh, "Kau juga ikut menonton" Karin menarik kerah baju Shina, dengan terpaksa Shina ikut menonton, sepanjang film dia memegang tangan Karin karena ketakutan. "Wah tadi itu sangat menyenangkan iya kan Shina" Karin bertanya pada Shina, Shina membeku karena ketakutan. "Sepertinya dia benar benar katakutan" kata Yuki, setelah menghabiskan waktu bersama Karin dan Riki pulang.

Besoknya Yuki dan Shina pergi sekolah, sesuai jadwal setelah istirahat sekolah memasuki jam bebas. "Jadi kita akan melanjutkan memilih nama untuk Tim ini, apa kalian punya saran?" Ucap Ellena mereka memberikan saran tapi tak ada yang cocok. "Kalian seriuslah kita sudah di tanyai beberapa kali, oh iya Shina kau belum memberikan saran" ucap Ellena. "Buat saja sesimpel mungkin, terserah kalian saja mau membuatnya seperti apa" kata Shina dia mengambil minuman, saat meminumnya minuman itu tumpah ke jaketnya."Sudah kubilang hati hati, sekarang ini harus di cuci dulu" Yuki memarahi Shina dan melepaskan jaket yang di pakai Shina. "Oh iya, ngomong ngomong Shina kan tidak terlalu mengenal kota ini, dia baru di sini kurang lebih setengah bulan, kapan dia membelinya?" Tanay Ellena. "Oh waktu itu kami dalam perjalanan pulang, Shina membeli headphone dan ternyata tempat itu juga menjual beberapa pakaian, jadi dia membelinya tanpa sepengetahuanku, sebenarnya yang jadi masalah adalah dia menggunakan uangku" jawab Yuki dengan nada kesal. "Oh jadi kau yang membelikannya?, ternyata hubungan kalian lebih jauh dari pada yang kubayangkan, membelikan seorang wanita pakaian dan aksesoris terdengar romantis" Ellena menggoda Shina dan Yuki. "Bukan seperti itu, sebenarnya aku bahkan tidak menganggapnyal sebagai lawan jenis" ucap Yuki. "Keputusan yang bagus, karena kalau kau sampai bilang kalau kau suka padaku, aku akan kesusahan karena aku bahkan tidak mengerti" balas Shina kembali ke sofa dan melanjutkan tidur.

Saat mereka sedang bercanda datang seorang guru, "Kalian segera selesaikan data Tim kalian, kalian masih harus mengisi nama Tim" ucap guru itu. Guru itu adalah pak Agus, dia adalah guru yang mengurus Tim dan sekaligus guru olahraga. "Cepat pikirkan aku tidak punya waktu untuk menunggu kalian, aku akan menunggu di sini, jika masih lama akan ku buat nama yang aneh untuk kalian" sambungnya. Mereka pun berpikir, mereka melihat ke arah Shina, hal itu membuat Shina bingung. "Pemalas, suka warna hitam, bagaimana kalau itu saja?" "Ya boleh juga" mereka berbisik-bisik. "Yap sudah pasti, kalau begitu nama Tim ini Blackcat, tulisannya seperti kucing hitam dalam bahasa Inggris tanpa Spasi agar terlihat lebih bagus" kata Ellena. "Baiklah" lalu guru itu pergi. "Kenapa tadi kalian menatapku?, apa hubungannya aku dengan nama Blackcat?" Shina merasa bingung. "Tidak ada anggap saja itu tadi tidak pernah terjadi" kata Katherine. "Terserahlah" Shina pun lanjut bermalas-malasan.

Setelah guru itu pergi Yuki berbicara"Apa menurut kalain kita harus menambahkan sesuatu?, mungkin menambah sofa atau seklain letakkan kasur di sini, agar orang itu tidak berisik karena kesulitan untuk bersantai" Yuki menunjuk Shina. "Yah kita punya lumayan banyak poin, setelah Baron membayar sebagai tutup mulut, kita mendapatkan 10% anggaran Guild nya bulan ini, kejadian ini benar benar memberikan kita keuntugan, dan lebih hebatnya pak Charles memperbolehkan kita mengambil uangnya" ucap Ellena. "Tapi tetap saja yang waktu itu berbahaya, jangan merasa senang dengan keberuntungan ini" sahut Shina, mendengar itu Ellena terdiam di pojokan. "Saat melihat sekilas Guild mereka sepertinya cukup besar, kalau tidak salah ksatria putih kan, 10% anggarannya berapa poin sih?" Katherine bertanya, Yuki memperlihatkan poin yang di dapat. "Ini baru 10%, sebanyak apa sebenarnya anggaran bulanan Guild, Yang lebih besar dari mereka, aku ingin Tim ini segera menjadi Guild" kata Ellena. "Oh iya ngomong ngomong bagaimana sistem poin itu?" tanya Katherine, "Ya, aku juga belum tahu" Shina ikut bertanya.

Yuki pun menjelaskan, "Poin adalah ganti mata uang yang bisa di gunakan di toko khusus, di kota ini ada 3 toko khusus yang telah di siapkan, poin bisa digunakan untuk memperlengkap fasilitas Tim atau Guild, kita juga bisa menggunakannya untuk membeli senjata atau peluru, meskipun jarang di gunakan tapi ini masih penting, kita hanya di berikan pistol dantiga magazin yang di kirimkan setiap minggu, karena itu untuk senjata yang lebih kuat kita harus membeli senjata dan pelurunya sendiri, selain itu poin ini juga bisa di pakai untuk membeli exp Tim, kita jug bisa mencari sendiri poin dari misi yang di ambil" setelah menjelaskan tentang ini Yuki menyarankan agar mereka membeli beberapa persenjataan, tapi Shina menentang dan menyarankan membeli perlengkapan seperti pengatur suhu dan lemari pendingin, Pertengkaran antara mereka pun terjadi lagi. Ellena setuju dengan Yuki sedangkan Katherine setuju dengan Shina, Charles pun datang dan mereka langsung meminta saran dari Charles. "Masalah perbedaan pendapat ya, aku punya ide bagaimana kalau kalian melakukan pertandingan" Charles memberi saran. "Kami setuju!" jawab Yuki, Ellena dan Katherine serentak. "Ah ini akan lebih merepotkan" Shina mengeluh, "Jangan banyak bicara ayo kita mulai" ucap Katherine. "Semangat yang bagus kalau begitu segera kita mulai setelah aku menyelesaikan tugasku, Merry sepertinya marah karena itu dia menodongkan senjatanya padaku, sampai jumpa" Charles berbalik dan pergi. "Maaf anak anak, tapi Charles ku bawa sebentar" ucap Bu Merry sambil menodongkan senjatanya, lalu pergi bersama Charles. "Aku harap aku tidak pernah membuat masalah dengannya" ucap Yuki, Ellena, Shina dan Katherine pun mengangguk.