Setelah berkumpul mereka berlari ke arah barat menuju sebuah gua yang di temukan Shina. Mereka sampai di sana dan masuk ke dalamnya, saat sampai secara perlahan Rafa keluar melihat orang yang datang.
"Kakak, ayah apa itu kalian?, mana ibu? kalian berhasil membawa ibu dengan selamat kan?, sambil menyapu air matanya yang mulai berjatuhan. Melihat hal itu Tiara langsung memeluk Rafa.
Shina dan Yuki memutuskan agar mereka beristirahat di sana untuk sementara waktu.
Hari mulai gelap, matahari mulai tenggelam perlahan. Shina memutuskan untuk mencari keperluan, sedang Yuki akan berjaga di sekitar gua, Tiara ingin ikut dengan Shina.
"Tunggu, boleh aku ikut dengamu?"
"Sudahlah kau disini saja, kau hanya akan menyusahkan" jawab Shina.
"Tapi berbahaya pergi sendirian malam malam begini" Tiara masih ingin ikut dengan Shina.
"Sudah kubilang tidak perlu" Shina menolak.
"Baiklah kalau begitu, aku pasti hanya jadi pengganggu, karena selama ini aku memang hanya mengganggu" ucap Tiara dengan nada kecewa.
"Hah", Shina mengambil nafas panjang.
"Terserahlah kau boleh ikut, tapi kalau terjadi sesuatu jangan menyalahkan ku" Shina menyetujuinya dan mereka pun pergi.
Mereka pun mencari kebutuhan yang di perlukan, Sementara itu di tempat Yuki.
"Kenapa bukan kakak yang pergi?, kalau bersama dengan laki laki pasti kak Tiara lebih aman, aku tidak ingin kak Tiara seperti ibu" Rafa berbicara dengan Yuki.
"Aku tahu kau masih sedih tapi soal kakakmu kau tidak perlu khawatir" Yuki mencoba menghibur Rafa.
"Kau tenang saja, Shina itu kuat bahkan lebih kuat dariku" mendengar itu Rafa mengangguk.
"Kau harus bicara pada ayahmu, dia pasti sekarang sedih sekali" Rafa pun pergi ke tempat ayahnya.
Berselang Beberapa waktu, Shina dan Tiara kembali. Mereka membawa kayu bakar, air bersih, dan 2 ekor kelinci liar. Mereka menyalakan api untuk memanaskan badan dan lainnya. Shina berjaga di luar sedangkan yang lainnya sedang makan. Yuki menghampiri Shina dan memulai pembicaraan.
"Shina apa yang kau pikirkan?".
"Apa maksudmu? aku tidak sedang memikirkan apapun".
"Kau tidak pandai berbohong ya?"
Shina melihat ke Yuki, "Kau bilang tidak memikirkan apapun tapi dari wajahmu sepertinya agak gelisah".
Shina memalingkan muka dari Yuki.
"Jangan urusi aku, kerjakan saja tugasmu"
"Tapi tadi sebelum berangkat bukankah Charles mengatakannya"
Merasa bingung dan penasaran Shina bertanya, "Hah, apa maksudmu? apa yang di katakan Charles"
"Dia bilang agar aku juga mengawasi mu, katanya kau sering melakukan sesuatu sekehendak mu, hal itu bisa membahayakan orang lain, itu pesan Charles sebelum kita berangkat"
"Terserahlah"
"Kalau begitu gantian, kau sudah lama di luar pasti dingin"
Shina mengangguk dan berjalan masuk, dia berhenti sebentar "Yuki, mungkin ini perasaanku saja tapi sejak hari itu kau mengkhawatirkanku, terimakasih tapi kau tidak perlu berlebihan" Shina masuk ke gua untuk menghangatkan diri.
Shina memerhatikan Tiara, Rafa dan ayah mereka, mereka tertidur kecuali Rafa. Dia mendekat dan bertanya bagaimana cara agar mereka bisa pulang.
"Kak, apakah ada cara agar kita bisa pulang dengan selamat?"
"Tenang saja, aku sudah meminta agar mereka mengirimkan tim untuk menjemput kita".
"Benarkah?"
"Ya, kita hanya perlu pergi menuju titik penjemputan". Mendengar itu Rafa menjadi senang.
"Kau cepatlah tidur, tempat penjemputan lumayan jauh, dan kita harus berjalan dengan hati hati"
"Iya, kakak juga harus istirahat tanpa kalian kami pasti sudah kenapa kenapa, kalian berdua adalah satu satunya harapan kami, bagiku kalian adalah pahlawan".
"Kau ini bisa saja padahal kau yang bilang kami tidak bisa apa apa".
"Ehh..., soal itu aku minta maaf".
"Aku hanya bercanda, kau cepatlah pergi tidur sana" ucap Shina sambil tersenyum.
Shina keluar ke tempat Yuki dan duduk di sebelahnya, dia duduk tanpa berkata apa-apa. Melihat itu Yuki merasa heran dan bertanya
"Ada apa?"
Shina menggelengkan kepalanya.
"Bukankah sudah kubilang kau tidak pandai berbohong"
Shina hanya berdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. "Yasudah kalau kau tidak mau bilang, bagaimana dengan mereka? apa mereka tertidur?" Shina mengangguk
Shina memegang lengan baju Yuki, Yuki merasa kebingungan Shina tidak pernah begitu.
"Yuki apa aku bisa di sebut pahlawan?"
"Apa ini tentang yang di katakan Rafa?"
"Bagiamana kau tahu?"
"Maaf saja tapi aku tadi menguping kalian, memangnya kenapa kau bertanya begitu?"
"Sudah terlalu banyak nyawa yang melayang olehku, tanganku telah di lumuri banyak sekali darah, bahkan sekarang bertambah banyak"
"Aku tidak tahu apa yang kau rasakan tapi siang tadi aku juga melakukannya, dan aku sekarang sangat menyesal, aku tidak tahu sudah berapa kali kau melakukannya, tapi aku yakin aku tidak bisa membayangkan jika aku jadi kau, bagaimana aku bisa menanggung semua rasa bersalah itu"
Shina memegang Yuki lebih erat, "Tapi menurutku itu tidak ada hubungannya, pahlawan itu tidak harus orang yang suci baik atau apapun, menurutku pahlawan itu orang yang mau melakukan apapun bahkan mengotori tangannya agar orang lain bahagia, jadi jika dia menganggap mu pahlawan maka jadilah pahlawan baginya".
Tanpa berkata apa-apa Shina menyenderkan kepalanya ke pundak Yuki.
"Kau memang orang yang baik terimakasih Yuki" setelah mengatakan itu Shina perlahan mulai tertidur di pangkuan Yuki, Yuki menyelimuti Shina dengan jaket yang di pakainya.
Matahari mulai terbit, pagi sekali mereka berjalan menuju ke titik penjemputan, mereka pergi secepat mungkin setelah beristirahat.
"Sebenarnya kalau kita pergi malam tadi kemungkinan kita dilihat musuh menjadi lebih kecil, tapi karena kalian tidak sanggup kita beristirahat jadi kita tidak akan beristirahat sampai kita sampai ke tempat tujuan"
Mereka pun berjalan, beberapa jam.
Merasa ada yang aneh Shina memberikan sinyal untuk berhenti, dia mengecek sekitar dan ternyata ada beberapa orang yang menunggu mereka.
"Yuki kau punya rencana?"
"Bagiamana senjata yang kau pakai kemarin?"
"Sudah tidak ada pelurunya, aku lupa mengambil dari sniper yang kuburu, jadi aku tinggal di tempat persembunyian"
"Tapi bagaimana mereka tahu kita akan lewat sini, apakah mereka memata-matai kita?"
"Itu kita pikirkan nanti saja yang saat ini harus kita pikirkan adalah cara melewati mereka"
"Kita akan memutar kita akan melewati mereka".
Mereka memutar untuk melewati mereka, namun mereka lagi lagi di cegat. bahkan kali ini mereka harus melakukan kontak senjata, mereka berhasil menembak salah satu musuh dan membuat yang lainnya mundur.
"Kita harus pergi dari sini, aku akan memberitahukan lewat radio kalau kita akan mengganti titik pertemuan kita akan bertemu 3 km lebih jauh dari tempat sebelumnya"
"Yuki kau serius, kita sudah berjalan jauh mau dan kau menambah 3 KM lebih jauh?"
Yuki hanya tersenyum.
Mereka pun berjalan beberapa lama, di tengah perjalanan si ayah bilang ingin buang air kecil.
Saat menunggu Shina bertanya, "Ngomong ngomong siapa nama beliau?"
"Oh iya aku juga lupa bertanya"
"Nama ayah adalah Alfin, dia adalah pemilik perusahaan pembuat senjata yang di bayar pemerintah"
"Yuki jaga mereka!, aku akan pergi sebentar"
Berselang beberapa waktu suara tembakan terdengar, mereka segera mengecek ke arah suara itu.
"Shina apa yang terjadi?" Yuki datang dengan buru buru dan bertanya dari jauh. Saat sampai dia melihat Shina menembak tangan dari si ayah.
"Apa yang kau lakukan?".
Belum sempat Shina menjelaskan, datang segerombolan orang bersenjata lengkap, mereka adalah orang yang menyerang rombongan Yuki dan Shina.
Mereka kehabisan amunisi dan terpaksa harus menyerah.
Mereka semua menyerah dan di tangkap, saat mereka menyerah sesuatu yang mengejutkan terjadi.
"Kau datang telak sekali Kevin" sang ayah yang dari kemarin diam akhirnya membuka suara.
"Mohon maaf tuan, saya kesulitan mencari keberadaan anda, saat anda menghubungi saya tiba tiba saya mendengar suara tembakan dan saya berusaha kesini secepatnya"
"Sudahlah intinya habisi mereka semua kecuali Rafa!"
"Baik tuan"
David pun mengambil senjata apinya untuk mengeksekusi mereka.
"Sret" pisau mengenai tangan David.
Dengan sigap Shina membawa Rafa ke pinggir tebing.
"Kalau ingin anak ini selamat kita lakukan penukaran Sandra jam 3 nanti"
Setelah melakukan itu dia melompat dari tebing, Shina membuat rantai dari darah dan melilitkannya di batang pohon yang ada di pinggir tebing dan turun sampai ke bawah, dia menggendong Rafa dan segera pergi tanpa meninggalkan jejak.