Chereads / Shina the blackcat / Chapter 20 - Kisah Tiara

Chapter 20 - Kisah Tiara

Mereka berhasil kabur sejauh mungkin, mereka bersembunyi di daerah pepohonan yang rindang.

"Ini minumlah perjalanan keluar dari jurang tadi cukup jauh, kau pasti lelah" Shina memberikan botol minuman kepada Rafa.

Rafa kebingungan dengan apa yang terjadi, dia duduk dan melipat kakinya, membuat lututnya mengarah ke dadanya dan meletakan kepalanya di lututnya sambil menangis kecil.

Shina hanya diam melihat itu, dia tidak tahu harus melakukan apa.

Beberapa saat berlalu Shina mendengar jejak kaki, dia memberikan isyarat kepada Rafa untuk segera bersembunyi.

Dari jauh terdengar suara berbisik, suaranya agak berat jadi itu merupakan suara pria dewasa.

Orang orang itu terlihat dari sela sela semak tempat Rafa bersembunyi. Mereka mulai mendekat ke tempat Rafa bersembunyi.

Rafa mulai ketakutan dia mencoba bergerak perlahan namun tanpa sengaja dia menginjak ranting kering.

"Krek"

Orang orang itu dengan sigap melihat ke arah suara. Mereka melihat ada orang di sana dan mengarahkan senjatanya, tapi tanpa terduga dari atas Shina terjun dan menyerang mereka. Dia mengenai leher salah satu orang itu dan orang itu langsung sekarat, sementara satunya mengerahkan senjata dan menembaki Shina. Shina menggunakan tubuh orang yang di serangnya menjadi tameng dan melemparkannya ke arah orang yang menembak, itu membuat orang tadi terkejut dan Shina mengambil kesempatan untuk menyerang tangannya, karena itu orang itu tak bisa lagi menggunakan senjatanya, Shina melumpuhkan orang tadi.

Shina meletakan pisau yang dipakainya di leher orang itu dan mengancamnya.

"Kuberi satu kesempatan untuk selamat, setidaknya kali ini"

"Cih, coba saja kau hanya mengancam!"

"Apa kau yakin?" membuat orang itu melihat ke arah orang yang lehernya kena serangan Shina.

Orang itu menelan ludah.

"Bagaimana?, kalau tidak mau bernasib sama maka aku punya sebuah syarat"

Dengan terpaksa orang itu menyetujuinya,

"Apa persyaratannya"

"Mudah kok, katakan pada mereka pertukaran sandranya akan dilakukan di tempat tertinggi di sini"

Orang itu pergi untuk mengabarkannya kepada pemimpin mereka.

"Sebenarnya sebelumnya aku lupa mengatakan dimana kita akan melakukan pertukaran sandra, aku rasa aku cukup beruntungan"

Shina melihat Rafa, dia menutup mata dan telinganya serapat mungkin, Shina membawa Rafa pergi ke tempat yang aman.

Di tengah jalan dia merasakan ada yang mendekati dari belakang, dia mendorong Rafa lalu berlari ke semak sekitarnya. Dia menemukan ada seseorang disana lalu mendorongnya, dia menarik pistol tetapi pistol itu di tendang oleh teman dari orang itu. Orang yang di dorong Shina menarik pisaunya dan mencoba mengenai Shina, Shina berhasil menangkap tangan orang itu tepat waktu dan mengambil pisau itu dan menyerang teman orang itu, Orang itu berhasil menghindar dan Shina di tendang orang yang di dorongnya. Shina memanfaatkan tendangan itu untuk berguling mengambil pistol miliknya, dia di serang oleh temannya orang itu dengan pisau, dia berhasil menahannya dan mengarahkan pisaunya ke orang itu dan menodongkan pistolnya ke orang yang tadi di dorong oleh Shina.

Suasana mulai panas, Shina dan dua orang itu saling menodongkan senjata. Dan Rafa mencoba melihat apa yang sedang terjadi, pandangan mereka semua teralihkan oleh Rafa.

"Kak Shina, mereka menggunakan seragam yang sama denganmu"

Mereka saling melihat satu sama lain, akhirnya Shina menyadari kalau itu adalah Karin dan Riki, mereka akhirnya menurunkan senjata.

"Maaf aku tidak tahu aku mencoba melindungi anak itu" Shina menunjuk Rafa.

"Yah aku terkejut saat tiba tiba di dorong seperti itu"

mereka pun tertawa, beberapa saat kemudian Karin bertanya pada Shina.

"Ngomong ngomong kenapa kau penuh darah"

"Ehh, itu tidak penting"

"Ya terserahlah, tapi kenapa dengan anak itu?"

"Oh itu..., dia sepertinya ke cipratan saat aku bertarung"

Karin menanggapi dengan wajah datar.

"Riki, berikan jaketmu pada anak itu"

"oke"

Riki pun memberikan jaketnya, Shina pun teringat sesuatu.

"Oh ya aku ingat, ini bukan jaket milikku"

Karin melihat jaket yang dipakai Shina.

"Bukankah itu milik Yuki?, waw kau memberikan motif baru di jaket putih itu"

"Lalu dimana Yuki sekarang?"

Shina menceritakan semua yang terjadi kepada Karin dan Riki.

"Lalu apa rencanamu?"

Shina melipat tangannya memikirkan sebuah rencana.

"Sebenarnya aku hanya berencana menukarkan Rafa dengan mereka berdua"

Riki bicara dengan nada datar,

"Waw sebuah rencana yang sangat baik"

"Tentu apalagi ayahnya Rafa sangat menyayanginya pastinya dia akan melakukan segalanya"

Karin masuk ke pembicaraan dengan nada agak jengkel dengan sikap Shina.

"Bagaimana kalau itu perangkap?, bagaimana nasib Yuki dan anak yang bersamanya, jika menurut ceritamu Rafa adalah anak kandung dan anak yang bersama Yuki itu anak angkat yang tidak di anggap ayahnya maka berarti mereka bedua bisa saja terluka atau bahkan di bunuh" Karin meninggikan suaranya sehingga Rafa yang sedang bersandar di pohon bisa mendengarnya.

"Apa maksud kalian ?, apa yang kalian katakan!"

"Ya begitulah yang dia ceritakan padaku saat kami pergi"

"Apa itu semua benar?, itu tidak mungkin".

"Kau mungkin tidak percaya tapi apa kau

pernah penasaran kenapa akhir-akhir ini dia selalu menggunakan baju lengan panjang?, dia tidak ingin memperlihatkan tangannya penuh dengan memar karena selalu di pukul oleh ayahmu".

Rafa tidak sanggup mendengar itu, dia tidak bisa mempercayai itu. Itu wajar karena dia hanyalah seorang anak kecil, namun Shina terus melanjutkan ceritanya.

"Dia di adopsi dari sebuah panti asuhan bernama Panti asuhan Harapan, dia di adopsi karena permintaan dari kakekmu, kakekmu sering berkunjung ke panti asuhan itu, dia meminta agar orang tua kalian mengadopsi salah satu anak dari tempat itu, dan bilang umurnya sudah tidak panjang karena kakek mu bilang umurnya sudah tidak panjang ibumu setuju sedangkan ayahmu tidak, tapi dia tidak bisa menolak permintaan itu, Tiara di adopsi dan dirawat dengan baik. Tetapi saat kakekmu meninggal, setelah itu hal mengerikan terjadi..."

Saat Shina sedang bercerita Karin mencoba menghentikan Shina dia sepertinya terganggu dengan itu, "Sudah cukup hentikan". Tapi Shina tidak memperdulikannya, dia terus melanjutkan ceritanya.

"Karena saat itu ayahmu ketahuan selingkuh, dan keadaan ekonomi keluarga kalian bangkrut ayah dan ibumu jadi sering bertengkar, mereka sebenarnya hampir saja cerai, tapi usaha ibumu berjalan dengan baik dan dia akhirnya dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga kalian, ayahmu terpaksa mengikuti kemauan ibumu karena dia yang berkuasa. Suatu hari saat ibumu sedang pergi untuk urusan bisnis, karena selalu di suruh suruh ibumu ayahmu dia jadi stres, untuk melampiaskan amarahnya dia masuk ke kamar Tiara dan memukulnya, dia mengancam Tiara yang membuatnya tidak berani melapor, karena sibuk dengan urusan bisnis ibumu tidak bisa mengurus Tiara dan tidak tahu apa yang terjadi dengan Tiara. Bisnis ayahmu mulai berkembang dan ibumu akhirnya bisa santai, beberapa tahun kemudian kau lahir sejak saat itu ayahmu tidak pernah memukul Tiara lagi. Tapi coba tebak kenapa dia mulai memukuli Tiara lagi?"

Rafa tidak sanggup melihat wajah Shina.

"Karena ayahmu ketahuan selingkuh lagi, mereka bertengkar dan untuk melampiaskan amarahnya ayahmu mumukuli Tiara lagi, bahkan minggu lalu ayahmu memerkosa Tiara"

Karin mencoba menghentikan Shina lagi, "Shina aku bilang cukup"

Tetapi lagi lagi Shina tidak mendengarkan Karin"

"Ayahmu sepertinya cukup bodoh, dia melakukan kesalahan yang sama dua kali bahkan kali ini lebih parah" ucap Shina sambil tertawa dia menganggap hal itu lucu, tapi tidak bagi lainnya.

Karin sangat marah dan dia tidak bisa lagi menahan emosinya, dia memukul Shina sekuat kuatnya.

"Apa kau tidak punya perasaan?!, kau mengatakan hal itu pada anak kecil!. Karin berteriak kepada Shina, dia ingin memukul Shina lagi tapi Riki menahannya. Riki membawa Karin dan Rafa menjauh dari Shina, dia menenangkan mereka berdua.

Shina duduk dan bersandar ke pohon di dekatnya, sepertinya ucapan Karin membuatnya kepikiran, dia meringkuk di pohon itu dan bicara sendiri dalam hati.

"Apa aku memang sudah kelewatan?, sepertinya aku masih tidak bisa memahami dengan benar orang lain, aku rasa jika Yuki tidak ada aku hanya akan membuat orang lain sedih.

Dia mendengar suara dari dalam kepalanya, "Apa kau bodoh, sekarang kau bergantung pada anak itu, coba kau ingat berapa kali kau dilukai oleh orang lain dan kau merasa bersalah, kau ini naif sekali"

Shina berkomunikasi dengan suara itu,

"Kau lagi sebenernya siapa kau?"

"Aku adalah dirimu, mungkin lebih tepatnya dirimu yang kau coba sembunyikan, bukankah aku sudah bilang, aku adalah kau dan kau adalah aku, bagaimanapun juga kau menyembunyikanku aku akan muncul dan kau akan lihat bagaimana mereka yang saat ini bersamamu akan meninggalkanmu dan kau akan sendirian lagi seperti dulu"

lalu suara itu hilang, Shina memegang erat jaket Yuki yang dipakainya.