"Jadi bagaimana dengan penawarannya, berapa yang bisa kau berikan?" seorang dengan jubah hitam bicara di monitor.
"Ini dia 200 juta sebagai uang muka, sisanya akan ku kirim setelah tugasmu selesai" jawabnya, "Baiklah kirimkan kami data target" setelah datanya di kirim monitor langsung mati, setelah menyala riwayat panggilan itu hilang.
Di ruang 134, mereka masih kebingungan dengan nama tim mereka. "Bagaimana kalau kalian mencoba sebuah misi terlebih dulu" Charles memberi saran, "Bagaimana caranya kita membuat laporan jika kita melakukan tugas?" balas Yuki, "Serahkan saja itu padaku" jawab Charles. "Maaf tapi aku tidak bisa bergerak. lagipula kenapa kau disini. mengganggu saja" ucap Shina bertanya kepada Charles. "Aku disini tentu saja untuk mengawasi murid favoritku, dan membuatmu tidak memakan gajih buta, alasan macam apa itu, bilang saja kau sedang malas" Charles menunjuk Shina. "Alasan, kau hanya mencoba untuk meninggalkan tugasmu kan. sekarang siapa yang makan gajih buta" Shina mengejek Charles. "Yah seseorang sedang lari dari kewajibannya" asisten Charles datang dan menariknya keluar dari tempat itu. "Bu Merry, apa kau ada saran misi yang bisa kami ambil?" Ellena meminta saran. Bu Merry menunjuk ke papan informasi "Coba saja cari di sana" lalu menarik Charles ke kantornya.
Yuki dan Ellena melihat lihat misi apa saja yang diminta, "Menjaga toko kue hm.., bagaimana kalau kita ambil yang ini?" Yuki bertanya kepada Ellena, "Ya, kurasa tidak buruk, meskipun hadiahnya tidak banyak aku rasa lumayan untuk percobaan pertama" mereka mengajak Shina yang dari tadi hanya guling guling tidak jelas di ruang 134. dengan terpaksa akhirnya Yuki terpaksa menyeret Shina, "Ternyata kau tidak terlalu berat, aku rasa kau memang yang paling kecil di sekolah ini" ucap Yuki. "Kenapa aku harus ikut dengan kalian, lagi pula kenapa harus toko kue" Shina merasa agak kecewa. "jangan banyak bicara, kalau bisa setidaknya gunakan kakimu sendiri" "Tidak seperti ini lebih mudah" Shina membalas perkataan Yuki, "Meskipun hadiahnya tidak besar, katanya pemilik tokonya akan memberikan hadiah, mungkin saja kue" Yuki membujuk Shina. "Kau pikir aku anak kecil" Shina sudah berada di depan pintu keluar gedung, "Hey lelet!, ayo cepat kita aku ingin makan kue, eh maksudnya aku ingin segera tidur" mendengar itu Yuki dan Ellena hanya diam merasa heran, "Kata katanya tidak sesuai dengan tindakannya" ucap Yuki, "Yah, kau benar" Ellena merasa yang d katakan Yuki benar, mereka segera pergi. "Jadi mereka target kita, lakukan sesuai rencana, tunggu saja kakak" ucap seseorang yang menggunakan jubah hitam mengawasi mereka.
Di tempat toko kue, mereka melakukan tugas mereka. Toko itu adalah toko yang sangat populer di kota Eiderny, dalam sehari terhitung ada beberapa puluh orang yang datang, bahkan terkadang bisa mencapai 100 bahkan lebih. "Kalian semua ini waktunya istirahat" ucap pemilik toko itu, "Akhirnya aku bebas dari perbudakan ini" ucap Shina, "Kau bahkan tidak melakukan apapun" balas Yuki, "Lagi pula kenapa kita malah bantu bantu" protes Shina, "Ini toko kue bukan perhiasan, jadi kemungkinan adanya yang merampok tidak sebanyak toko perhiasan yang rawan di incar" ucap Yuki. "Kalau begitu kenapa memasang misi itu" Shina masih protes. "Kalau soal itu mohon maaf, aku pikir hanya akan ada satu orang, ini untuk kalian sebagai permintaan maaf karena membuat kalian membantuku" Pemilik toko itu datang dan membawakan beberapa kue. "Apa anda tidak mencoba menyewa beberapa karyawan?" Yuki bertanya kepada pemilik toko, "Oh salah satunya sedang sakit, sementara satunya sedang ijin keluar kota untuk berlibur" jawab pemilik toko itu. "Oh iya, aku lupa memperkenalkan diri karena saat kalian datang tempat ini sudah ramai, namaku Alice salam kenal" ucapnya, mereka lanjut mengobrol. "Kuenya sisa satu?" Ellena terkejut, "Coba tanyakan pada si pemalas yang ada disana" Yuki menunjuk ke meja paling belakang, "Sepertinya dia tertidur setelah makan banyak kue" ucap Alice.
Setelah istirahat selesai toko Alice kembali buka dan melayani para pengunjung, tidak ada yang aneh sampai datang tiga orang menggunakan jubah hitam. Dia masuk dan mendekat ke arah mereka, "Apa kalian ada waktu, ada hal yang harus kita bicarakan", orang itu mengambil pisau yang ada di pinggangnya lalu menyerang Yuki, Yuki berhasil menghindar sebelum pisau itu mengenainya. "Summon", teriak orang berjubah hitam yang ada di sebelahnya. Muncullah hewan aneh berbentuk serigala menyerang ke arah Ellena, Shina melompat dan menjauhkan Ellena dari tempat itu. Kemudian keluarlah asap dari salah satu irnag misterius itu, "Cih, aku tidak bisa melihat" Yuki mencoba melihat sekeliling, saat Yuki melihat dia merasakan ada serangan mendekat, orang yang memegang pisau tadi mencoba menikam Yuki tapi berhasil menghindarinya, hanya berselang kurang lebih satu detik, sebuah tendangan melayang dari belakang Yuki berhasil menahannya, tapi tendangan itu membuat Yuki terdorong ke dinding karena tendangan itu cukup kencang. "Kita harus mengevakuasi warga sipil dari sini" ucap Shina dalam hati, Shina mengeluarkan pistol dan mendengarkan secara seksama, dia menembak ke arah jam 10 darinya. Tembakan itu mengenai tangan seorang dari orang orang berjubah itu, "Aaahh" orang itu kesakitan, tidak lama kemudian Shina berlari ke orang itu dan mendorongnya keluar toko, hingga membuat kaca jendela pecah. karena adanya aliran pergantian udara asap itu berkurang sedikit demi sedikit, Yuki dan orang itu masih bertarung. Orang itu mempunyai gerakan yang sangat cepat, hal itu membuat Yuki kesulitan melawannya. saat keadaan hampir kalah Yuki mengeluarkan sihir api di sekitar tubuhnya, hal itu membuat orang tadi melompat kebelakang. "Hampir saja aku terbakar" ucap orang itu, tidak sempat berselang beberapa lama Yuki bergerak dengan cepat kedepan orang itu lalu memukulnya, orang itu sempat menangkisnya tapi pukulan Yuki kuat membuat orang itu terdorong kebelakang.
Shina memukul orang yang berhasil di dorongnya, dia memukul orang itu beberapa kali. saat mendapatkan celah orang itu menahan pukuluan Shina dan memukul balik, orang itu menyalakan sebuah alat yang menghasilkan cahaya yang menyilaukan. Orang itu menutup matanya tapi Shina tidak sempat menutup matanya, Karena hal itu Shina tidak dapat melihat, orang itu menarik Shina dan membantingnya. "Target telah di tangkap, kita segera pergi dari sini!" teriak salah seorang dari mereka, orang orang itu segera mundur. Orang yang melawan Yuki melemparkan granat kejut, lalu mundur.
Yuki langsung memeriksa keadaan, "Kalian tidak apa apa?" Yuki bertanya pada orag ornag yang ada di toko, "Kami tidak apa-apa!" teriak salah satu pelanggan. "Yuki!, Ellena menghilang" ucap Alice, "Sial, berarti target yang mereka incar adalah Ellena" ucap Yuki kesal, "Maaf aku lengah aku pikir dia akan baik baik saja" Shina mendekat ke arah Yuki, "Tidak ini bukan salahmu, Ellena kemampuan bertarung jarak dekatnya memang kurang" Yuki menghibur Shina yang merasa bersalah. "Tapi karena itu kita tahu siapa dalang di balik ini semua" lanjut Yuki, "Yah dia sepertinya tidak menyerah, sudah kubilang seharunya kita habisi saja mereka kemarin" ucap Shina. "Sebisa mungkin kita tidak boleh menghabisi orang lain, lagi pula sudah kubilang, karena sedang bosan kita ikuti permainan mereka" balas Yuki, "Karena mereka bermain kotor maka kita juga akan melakukan itu" Shina mempunyai sebuah rencana, "Tapi sebelumnya apa kita harus melaporkan hal ini?" Yuki bertanya kepada Shina, "Tidak, tapi sebelum itu aku rasa kita bisa membantu Alice membersihkan tempat ini dulu, lagi pula mereka tidak mungkin menyakiti Ellena jadi kita tenang saja, dan sudah kubilang aku punya rencana" ucap Shina.
"Entah kenapa mereka berdua terasa mengerikan, menjadikan nasib temannya sebagai permainan, mungkin ini sebabnya tim mereka hanya terdiri dari mereka" Alice merasa ketakutan dengan kelakuan Shina dan Yuki.
Merekapun membantu Alice membersihkan toko yang berantakan karena pertarungan tadi. "Alice!" Shina memanggil Alice, "I-iya ada apa?" Alice bertanya dengan nada ketakutan "Berapa yang harus kami ganti atas kerusakan ini?" tanya Shina, "Tidak perlu biar aku yang mengurusnya jadi kalian berdua tidak perlu khawatir" Alice berkata dengan nada ketakutan, "Shina kau tidak mengancamnya kan, Alice terlihat ketakutan" Yuki bertanya kepada Shina, "Tidak mungkin kau yang membuatnya ketakutan" balas Shina, mereka berdebat tentang hal itu.
"Sebenarnya kalian berdualah yang menakutkan, di saat teman kalian di culik kalian malah berdebat" Alice tidak berani mengatakannya langsung dia hanya mengatakannya dalam hatinya.