Di kantornya Charles, Charles sedang bicara dengan Ellena. "Apa anda serius?" ucap Ellena, "Yah, karena itu lakukan seperti apa yang kukatakan" setelah mendengar perkataan Charles, Ellena hanya mengangguk.
Ellena pergi dari tempat itu dan menunggu di ruang tim.
Tidak lama ada orang yang mengetuk pintu, "Permisi" orang itu masuk dan ternyata dia adalah Yuki. "Ada apa, sepertinya kau terkejut?" Yuki bertanya karena heran dengan reaksi Ellena, "Ti-Tidak ada apa apa" jawab Ellena, "Bagaimana kondisi Shina, tadi aku mendengar dia masuk ke ruang kesehatan karena tidak enak badan" Ellena balas bertanya, "Kondisinya sudah lebih baik, tapi aku bingung apa penyebabnya, badannya memang sedikit panas, tapi aku tidak tahu apa penyebab dia seperti itu" jawab Yuki,
"Seperti itu?" Ellena bertanya lagi, "Dia seperti ketakutan akan sesuatu" jawab Yuki. Di tengah pembicaraan mereka ada yang membuka pintu, "Aku rasa dia punya trauma dengan sihir rantai jiwa, ingatan tentang dirinya hilang, tapi traumanya tidak" ucap Charles yang tiba tiba datang. "aku rasa seharusnya kau lebih sopan, orang macam apa yang masuk tanpa permisi" ucap Yuki dengan nada kecewa, "Ya sudah kalau itu sudah pasti, orang seperti aku" balas Charles, "Sepertinya kalian semua sangat akrab" ucap Ellena, "Sebenarnya setelah dia menjadi wali kelas beberapa bulan yang lalu karena kekurangan guru, dia memperlihatkan sifat aslinya dan itu membuat kami merasa tidak perlu terlalu menghormatinya" Yuki menjelaskan kepada Ellena, "Tapi jangan lakukan itu di tempat formal, kalian mengerti" Charles mengancam. "Eh, tidak akan" Yuki dan Ellena mengucapkannya bersamaan, "Oh ya jangan lupa beri nama Tim kalian, kalau begitu sampai jumpa" setelah itu Charles pergi dari sana.
Yuki dan Shina memikirkan nama Tim mereka, mereka saling memberikan saran tapi tak ada yang cocok. Tidak lama kemudian ada yang mengetuk pintu, "masuk saja tidak di kunci", karena tidak ada jawaban Yuki melihat keluar. Di depan pintu ada surat yang bertuliskan, "Aku ingin Ellena masuk di tim kami, jika tidak maka kami akan melakukan hal mengerikan pada kalian batas waktunya jam 4 sore ini, jika kau berani melaporkan ini pada para guru maka masalah kalian akan berlipat", "Yuki aku rasa lebih baik jika kita melakukan yang dia mau, jika tidak Kalian bisa terkena imbas karena ku, aku tidak ingin kalian terkena masalah". "Tenang saja, mereka tidak akan bisa melakukan apa pun pada kami" ucap Yuki, "Ternyata yang di katakan pak Charles tadi benar, mereka memang mengincar kami" Ellena bicara dalam hati.
Tidak lama Shina datang, "Apa yang terjadi, kenapa kalian heboh?" setelah masuk Shina bertanya apa yang terjadi. Mereka menjelaskan apa yang terjadi kepada Shina, "Karena itu aku ingin melakukan apa yang mereka inginkan, aku tidak ingin kalian terluka" ucap Ellena, "Kalau hanya itu anggap saja angin lewat" balas Shina dengan enteng menganggap ini bukan apa apa. Shina segera menuju sofa dan memulai kegiatan favoritnya yaitu bermalas-malasan.
Sementara itu di tempat Tim Baron, Tim ksatria putih. "Bagaimana, ini sudah jam 4, apakah ada permohonan bergabung atas nama Ellena?" tanya Baron pada anak buahnya, "Tidak ada" jawab anak buahnya, "Baiklah kalau itu yang mereka minta", Baron melakukan rencana yang sudah dibuatnya.
Yuki, Shina, Ellena, Riki, dan Karin pulang bersama. "Ellena kemarin kau pulang naik apa?" Tanya Yuki, "Jangan bilang kalau kalian meninggalkan Ellena pulang sendirian" Rikki bertanya pada Yuki, "Ehh.., mengenai itu maaf saja kami tidak sengaja", Sudahlah lagi pula kemarin aku juga di jemput oleh sopir pribadi, nah itu dia" menunjuk ke sebuah mobil yang berhenti. "Albert aku sudah bilang hari ini tidak perlu menjemput" ucap Ellena, "Maaf nona tapi saya khawatir", "Kalau begitu aku duluan" Ellena masuk ke mobil itu lalu pergi.
"Nona, sebenarnya seberapa kaya dia itu?" Yuki penasaran, "Kau tidak tahu, keluarganya adalah salah satu pemberi donasi terbesar untuk pembangunan sekolah ini" Riki menjelaskan, "Oh benarkah?" Yuki bertanya lagi, "Serius kau tidak tahu, semua laki laki di sekolah tahu hal ini, sebenarnya kau ini orang macam apa?" ucap Riki, "Dia penyuka sesama" ucap Shina bercanda, "KUBILANG BUKAN" sambil marah Yuki memukul kepala Shina, Riki dan Karin tertawa. "Ternyata kalian memang pasangan yang cocok, pantas saja Yuki tidak tertarik dengan Ellena, ternyata dia sudah punya Shina" Karin menggoda mereka, "BUKAN!" Teriak Yuki dan Shina.
Mereka melanjutkan perjalanan dan berpisah di persimpangan, mereka sampai di tempat mereka berdua bertemu. "Tempat ini rawan sekali dengan kejahatan" ucap Shina sambil melihat gang tempat mereka bertemu, "Yah tapi sejak saat itu mereka sudah tidak ada disini lagi" balas Yuki, "Yah tentu saja karena mereka masuk penjara" ucap Shina, "Dan sepertinya disini kita harus berkelahi lagi" Yuki melihat kebelakang melihat tim Baron yang mengepung mereka. "Bukankah aku sudah bila untuk tidak macam macam dengan kami, sekarang rasakan apa yang kalian lakukan" setelah mengatakan itu Baron dan beberapa anak buahnya menyerang mereka. Tapi Yuki dan Shina berhasil menghindar, salah satu dari mereka menyerang Yuki, tapi dengan sigap Yuki menangkap tangannya dan melemparkannya ke dinding. Shina berhasil mengalahkan Ben Ben berapa orang, Yuki masih adu jotos dengan dengan Baron, "Jangan terus menghindar, apa kau takut dasar lemah, sekarang kau tidak bisa lagi menghindar" Baron melakukan serangan beruntun kepada Yuki, "Hanya mengingatkan, tapi bertarung bukan hanya tentang pukulan, dari tadi aku menunggu kesempatan" setelah mengatakan itu Yuki menggunakan dinding yang ada di belakangnya sebagai pijakan dan melompat ke atas Baron lalu melakukan tendangan dari udara dan mengenai bagian kepala Baron. "Kita anggap ini tidak pernah terjadi" ucap Yuki, Prok prok prok Shina bertepuk tangan, "Tadi itu lumayan keren untuk orang bodoh sepertimu" ucap Shina bercanda, "Berisik! ayo kita pulang" mereka pun pulang dan meninggalkan Baron dan anak buahnya.
Sementara itu di rumah Baron, Baron di marahi keluarganya kenapa dia bisa sampai kalah. "Untung saja mereka tidak melaporkan ini jika tidak kita bisa dalam masalah" Ayahnya Baron memarahi anaknya, "Kau memang tidak sehebat kakamu, aku merasa malu dengan yang kau lakukan" lanjutannya lalu pergi meninggalkan Baron, Baron pergi ke kamarnya lalu mengacak ngacak kamarnya, "Awas saja kalian aku akan membalas kalian, dan Ellena pasti akan menjadi milikku" Baron membuka komputernya dan menghubungi seseorang.
Sementara itu Yuki dan Shina sedang bermain game bersama, "Wah kita menang, lumayan juga kau padahal baru bermain sebentar" Yuki memuji Shina, "Yah tentu saja, tapi aneh sekali kau memujiku" ucap Shina, "Lalu tentang mereka bagaimana, apa kita biarkan saja seperti itu, mungkin saja dia akan membalas lagi" sambung Shina, "Tenang saja kita saat ini sedang mengikuti permainannya, kita lihat saja apa yang akan dia lakukan",
"Wah ternyata yang dikatakan Charles benar, terkadang kau memang suka melakukan hal anek" ucap Shina, Yuki memegang kepala Shina dan mengelus rambutnya, "Terserah apa yang ingin kau lakukan, tapi ini lebih menyenangkan", "Hentikan" Shina meminta Yuki berhenti, tapi dia tidak berhenti malah Yuki mengelusnya lebih cek, "Kenapa, wajahmh mengatakan kalau kau menyukainya" Shina mencoba menggigit tangan Yuki tapi Yuki menarik tangannya tepat pada saatnya, "Ternyata kucing yang satu ini pemarah" ucap Yuki dengan nada mengejek, "Namaku memang Shina, tapi aku bukan kucing!" Shina masuk ke kamarnya dan menutupnya dengan keras. Shina tidur tiduran di kasurnya "Apa apaan sih dia, bagaimana kalau dia tau kalau aku memang memiliki jiwa kucing" ucap Shina, "Kalau itu terjadi dia juga akan meninggalkanmu" Shina mendengar suara seperti yang di dengarnya siang tadi, karena mendengar suara itu Shina menutup telinganya, "Percuma saja, bagaimanapun aku adalah kau, kemanapun kau lari sekencang apapun, kau tidak bisa membuatku menghilang, sekeras apapun kau mencoba membohongi dirimu aku akan ada mengingatkanmu siapa dirimu, kau hanya alat membunuh, kau hanya monster haus darah" suara itu tetap terdengar bagaimanpun Shina berusaha untuk tidak mendengarkannya,
"TIDAK! DIAMLAH! KUMOHON AKU TIDAK INGIN MENDENGARNYA!" teriak Shina, karena mendengar itu Yuki mengetuk pintu kamar Shina "Shina kau tidak apa-apa, sial pintunya di kunci" Yuki berusaha masuk, tidak lama kemudian Shina membuka kuncinya, "Shina kau tidak apa apa?" tanya Yuki khawatir, "Maaf aku hanya mengigau, maaf membuatmu khawatir, yasudah aku mau lanjut tidur dulu" Shina menutup pintunya lalu kembali tidur, dia tertidur dan lupa mengunci pintu. Pada saat tengah malam Yuki masuk ke kamarnya secara diam diam, dia memeriksa seluruh laci dan lemari tapi tidak menemukan apapun, pada saat dia mau keluar matanya tertuju ke bingkisan yang ada di bawah tempat tidur, Yuki mencoba mengambilnya. Tapi saat dia ingin mengambilnya dia mendengar Shina seperti memohon Yuki melihat Shina dia sepertinya sedang bermimpi buruk. Keringat dingin keluar dari tubuhnya, Yuki mengusap kepala Shining untuk menenangkan, tidak lama kemudian Shina terbangun. "Apa yang kau lakukan di sini" Shina marah kepada Yuki, "Bukannya aku sudah bilang jangan masuk ke kamarku" lanjut Shina, "Ini tidak seperti yang kau pikirkan, aku hanya..." Yuki membela diri, "Terserah apa yang kau lakukan, pokoknya sekarang keluar" Shina mendorong Yuki keluar, lalu menutup pintu dan menguncinya.
"Apa dia melihatnya, aku harap dia tidak melihatnya" Shina bicara dalam hati dan mengecek kebawah tempat tidurnya, "Untung dia belum melihatnya" Shina lega, "Memangnya kenapa, apa dia akan membencimu seperti yang dilakukan orang lain, bukankah itu sudah biasa, lihatlah siapa yang menjadi seperti ini" suara itu muncul lagi, Shina tidak mengacuhkannya dan kembali ke tempat tidur dan berusaha tidak mendengarkannya, setelah beberapa lama akhirnya suara itu hilang lalu rasa sakit yang sama terjadi lagi, Shina kehilangan kesadaran dan tertidur.