Dingin yang menusuk sampai ke tulang, jam tangan Yuki menunjukkan pukul 4 pagi. Di dermaga Yuki mengikuti Shina karena penasaran dengan yang di sembunyikan Shina. Sekitar 8 menit setelah sampai di dermaga seorang laki laki datang membawa bingkisan aneh, karena pencahayaan kurang Yuki tidak bisa mengenali laki laki itu. Shina dan laki laki itu sedang membicarakan sesuatu tapi Yuki tidak bisa mendekat, dia tidak bisa mendekat karena terlalu berisiko, dia tahu kalau Shina mempunyai insting yang kuat, karena dia mampu menyadari ada orang yang mengikuti seperti yang di lakukan Ellena. "Aku tidak bisa mendengar percakapan mereka, bisa mengikuti sampai sini tanpa ketahuan juga sudah sangat sulit". Tidak lama kemudian laki laki itu pergi dengan mobilnya. "Plat nomor kendaraannya tidak terlihat jelas, yang terlihat hanya angka 58 di bagian ujung platnya"
Shina masih ada di sana beberapa waktu,
"Teng", suara notifikasi dari handphone Yuki.
Shina menembak ke arah tempat Yuki bersembunyi, "Dor" tembakan itu mengenai tanah tepat di sebelah Yuki. Yuki langsung berlari pergi dari tempat itu, Shina mengejarnya tapi Yuki berhasil kabur dengan melemparkan granat kejut. "Sial dia menghilang, aku bahkan tidak sempat melihat wajah orang itu".
Shina dan Yuki melakukan kegiatan mereka seperti biasanya, mereka pergi ke sekolah tapi Shina merasa ada yang aneh dengan Yuki. Mereka sampai di sekolah, seperti biasanya Yuki ngobrol dengan Karin dan Rikki, tapi Shina pergi saat mereka mengobrol.
Shina pergi ke atap, Charles ada di kantornya mengerjakan tugasnya, Shina menelpon Charles. "Charles apa kau sendirian?" tanya Shina "Ya memangnya ada apa?" Charles balik bertanya. "Pagi tadi ada seseorang yang mengikutiku" jawab Shina. "Kau tahu siapa dia?" Charles bertanya lagi. "Tidak, tapi sepertinya dia mengikutiku dari awal aku keluar dan mengikuti sampai dermaga" jawab Shina. "Apa dia mengetahui identitas kita?" Charles lanjut bertanya. "Karena kurangnya cahaya aku rasa dia tidak dapat melihatmu tapi sepertinya dia tahu identitasku" jawab Shina. "Kalau saja dia tidak melemparkan granat kejut, meskipun gelap aku pasti bisa melihatnya" sambung Shina. "Bagaimana dengan Yuki, apa kau melihatnya saat kembali?" tanya Charles. "Tidak memangnya kenapa dengannya, aku tidak yakin kalau dia yang melakukannya" jawab Shina. "Shina dengar ini, kau mungkin tidak pernah melihat Yuki beraksi kalau ada orang yang bisa mengikutmu aku rasa dia adalah orangnya, kau mungkin merasa kalau kau yang paling hebat, karena itu kau menganggap Yuki remeh, tapi sifat sombong itu bisa jadi senjata yang menghancurkan dirimu sendiri, gara gara itu juga kau sampai bisa di kendalikan oleh dua orang itu, dan dijadikan monster yang membunuh orang tanpa ampun" ucap Charles memperingatkan Shina. "Hey Shina kau mendengarkanku kan?" Charles bertanya karena Shina tidak menjawab. "Ah ya aku mendengarkannya" setelah itu Shina mematikan teleponnya dan pergi ke kelasnya. "Jadi dia merasa terganggu
dengan hal itu" ucap Charles berbicara sendiri.
Jam pelajaran di mulai mereka mengikuti pelajaran, siapa yang sangka mereka akan mempelajari tentang cara membuat segel kontak yang di gunakan untuk melakukan kontrak dengan makhluk yang di inginkan sang pengguna. "Kalian mungkin sudah mempelajari segel kontrak di sekolah menengah, tapi kali ini kita akan mempelajari penggabungan segel kontrak dan rantai jiwa" ucap Bu Selly, "Kita bisa membuat kontrak dengan makhluk yang kalian inginkan jika dia mau melakukan kontrak, tapi tidak semuanya bisa, meskipun ini seperti memaksa tapi rantai jiwa bisa membuat makhluk yang di jeratnya melakukan perintah kalian, sihir ini di ciptakan oleh seorang penyihir yang berasal dari sekitar 200 tahun yang lalu, konon katanya ini di gunakan untuk membuat iblis tunduk pada raja yang berkuasa saat itu" Bu Selly menyambung penjelasannya. "Jika kalian bisa membuat rantai jiwa menjerat suatu makhluk, lalu memberikan segel kontrak dan memerintahkan untuk membuat kontrak mau tidak mau makhluk itu akan menyetujuinya, tapi ini tidak berkerja pada manusia, dan makhluk yang bisa kalian pasangkan rantai jiwa tergantung kemampuan kalian, setelah kalain bisa melakukan kontrak dan di tambah sihir rantai jiwa, maka makhluk yang kalian buat kontraknya pikirannya akan terhanyut dalam perintah itu melakukan perintah yang kalian lakukan tanpa bisa menentangnya" ucapnya.
Setelah memberikan penjelasan Bu Selly melakukan sihir rantai jiwa. melihat sihir itu Shina mengingat apa yang terjadi pada dirinya, "Shina kau tidak apa apa?" tanya Yuki, "Hey Shina, kau baik baik saja kan?" tanya Riki.
Shina tidak menjawab, kedua tangannya memegangi tubuhnya sambil bergetar ketakutan. "Aku akan membawanya keruang kesehatan" Yuki ingin membawa Shina, "Tidak biar aku saja, aku tahu kau khawatir, tapi kau percayakan saja padaku" ucap Karin "Ya ibu setuju, aku rasa dia akan lebih nyaman jika bersama sesama perempuan, sepertinya Shina tidak enak badan, dia harus istirahat sebisa mungkin" Karin membawanya keruang kesehatan. sementara murid yang lain melanjutkan perjalanan, tapi Yuki tidak bisa tenang dia memikirkan Shina, tidak lama kemudian Karin datang, rupanya ada guru yang merawat Shina. Begitu bel istirahat berbunyi Yuki langsung pergi keruang kesehatan. "Dasar anak muda" Bu Selly sambil melihat Yuki berlari.
Di tempat gelap, tempat yang sunyi, tempat bagi orang yang tidak di harapkan ada di dunia ini.
"Dimana ini, tempat apa ini, tubuhku tidak bisa bergerak, aku tidak bisa melihat apapun, Sesak aku sulit bernafas" Shina kebingungan dan berusaha mengamati sekitarnya. "Dugg" tiba tiba dia merasakan sakit luar biasa. "Aaaa..., apa ini apa yang terjadi padaku?" Shina tambah kebingungan dengan apa yang terjadi. Di dalam kegelapan itu dia mendengar suara, "Dasar Monster!, pergilah dari tempat ini!" suara aneh dari warga yang mengusirnya.
"Itu dia tangkap dia!" suara seorang pasukan berkuda. Tiba tiba Shina berada dalam kesadaran seorang anak, tapi dia tidak bisa mengendalikan badannya, bahkan dia tidak bisa bicara "Lepaskan aku, kumohon tolong lepaskan aku, aku bukan monster" suara seorang anak kecil. Lalu entah kenapa rasanya tubuhnya terisap dan kemudian melihat kejadian mengerikan, "Tolong jangan bunuh aku!, TIDAK..," jleb jantung orang itu di tusuk dengan sebuah pedang dari darah, "Aaaaahhhhh" orang itu mati. semuanya kembali gelap dan Shina mendengar suara suara lagi Monster!, pembunuh!, pergi!, Binatang!, Iblis!, suara suara datang dari berbagai arah. Karena tidak tahan Shina berusaha menutup mata dan telinganya, "Hentikan..!, kumohon hentikan semua ini!" Shina berhasil menutup mata dan telinganya.
Dan seseorang mendekatinya dia menarik tangan Shina yang menutupi telinganya, mata Shina terbuka dan melihat didepannya ada seseorang yang mirip dengannya yang tubuhnya dipenuhi darah. "Ada apa, kau takut denganku, kau tidak ingin mendengar semua itu?" tanya orang itu "Siapapun kau keluarkan aku dari sini" ucap Shina sambil menahan rasa sakit yang dari tadi datang entah ada penyebabnya. "Siapa aku?, hahahaha lucu sekali, aku adalah kau kau adalah aku, jangan bilang kau lupa siapa dirimu sebenarnya, kita hanyalah alat untuk membunuh, kau pikir kau pantas merasakan ini semua?, seharusnya kau masih terkungkung di tempat gelap, dingin, dan sekarang kau seharusnya merenungi nasibmu yang malang".
"Ha ha ha" Shina bernafas terengah-engah, "Air mata?, apa aku sedang menangis?, apa yang terjadi denganku aku tidak bisa berhenti menangis" ucap Shina dalam hati.
"Aku menangis tapi aku tidak tahu apa yang kutangisi?". Tidak lama kemudian Yuki masuk, "Shina kau baik baik saja?" tanya Yuki khawatir pada Shina, Shina melihat kepada Yuki. "Shina ada apa denganmu?, kenapa kau menangis, Shina menggeleng "Tidak tahu, aku tidak tahu" jawab Shiba sambil menangis tanpa alasan yang jelas. "Yuki apa aku ini pantas hidup bersama kalian seperti ini?" Shina bertanya. "Aku tidak paham apa yang kau maksud, tapi apapun yang terjadi jika aku sanggup aku akan selalu bersama denganmu" lalu Yuki memeluk Shina untuk menenangkannya. "Setiap orang berhak untuk bersedih, semua orang berhak untuk menangis, jadi luapkan saja perasaan sedihmu di dalam tangisanmu" ucap Yuki. "Tapi aku tidak tahu apa penyebabnya, aku tidak tahu kenapa ini terjadi" ucap Shina sambil menangis dan memegang erat Yuki.
Charles berdiri di depan pintu, setelah merasa yakin dia pergi dari tempat itu. "Pak Charles, apa yang anda ingin melihat kondisi Shina?" tanya Ellena. "Oh ternyata Ellena, sebagai teman aku rasa wajar khawatir, tapi tenang saja dia sudah sadar, tapi tolong biarkan dia bersama Yuki di dalam aku rasa dia merasa lebih tenang bersamanya" ucap Charles. "Di dalam ada Yuki?" Ellen bertanya lagi. "Yah sepertinya hanya Yuki yang bisa membantu Shina untuk saat ini, dari pada menunggu mereka bagimana kalau kita membicarakan sesuatu tentang tim kalian" Charles dan Ellena membicarakan sesuatu di tempat lain.