Shina dan Yuki berasa dalam sebuah pertarungan, "Yuki awas bagian belakang!" teriak Shina. "Ahh" Yuki menyerang orang yang mencoba menyerang dari belakang, sebuah granat di lemparkan ke arah mereka berdua. "Boooom!" ledakan itu membunuh Yuki dan Shina. "Game over" mereka saling menatap, "Bukankah kau seharusnya menjaga bagian depan!" Yuki marah kepada Shina. "Apa maksudmu, aku baru bermain 2 hari yang lalu bagaimana aku bisa sehebat itu?" protes Shina.
"Dasar, seharusnya aku tidak mengajarimu, kenapa kau memlerlajari teknologi hanya karena ucapan Charles" protes Yuki.
"Memangnya salah, lagi pula aku mempelajarinya dengan cepat" ucap Shina.
Tidak lama kemudian Charles datang, "Kalian, bukannya kalian masih harus mencari anggota?" Charles masuk dan bertanya kepada mereka. "Kami sudah mencobanya" ucap Shina dengan santai, "Memangnya kau pikir bisa dengan mudah mendapatkan anggota, apalagi kalau bersama orang ini" sambungnya sambil menunjuk ke arah Yuki.
"Hey aku tahu maksudmu, tapi setidaknya kemarin kita sudah mencoba seharian penuh" ucap Yuki. "Aku tahu kalau kalian hari ini memang bisa sebebasnya, tapi setidaknya jangan bermalas-malasan di kantorku" protes Charles kepada mereka berdua. "Heh..., memangnya kenapa,seharusnya kau mengubah peraturan tentang minimal jumlah anggota" ucap Shina.
"Kalian seharusnya berusaha lebih keras, aku tahu kalau Shina memang tidak berguna tapi aku berharap lebih darimu, dan kubilang keluar dari kantorku!" mengusir Yuki dan Shina keluar. "Brek" Charles membanting pintu, "Jadi sekarang bagaimana?" tanya Yuki kepada Shina. "Kita keliling sekolah ini saja sejak pertama masuk aku belum melihat lihat seluruh sekolah" jawab Shina , "Oke, dari pada tidak melakukan apapun". mereka pun berkeliling di area sekolah, Yuki mengenalkan lingkungan sekolah pada Shina.
Saat berkeliling mereka merasakan ada yang mengikuti mereka, karena hal itu mereka berbelok di lorong selanjutnya.
"Tidak mungkin, bagaimana mereka menghilang?" ucap seorang siswi yang ada di belakang mesin minuman , "Entahlah mungkin mereka adalah hantu" mendengar suara itu siswi tadi terkejut. "Aaa..", teriaknya karena terkejut, "Shina kau membuatnya ketakutan" ucap Yuki, "Dan kenapa kau mengikuti kami?" lanjut Yuki bertanya kepada siswi itu. Tanpa berkata apapun dia memberikan surat permohonan bergabung dengan Tim, "Surat permohonan bergabung atas nama Ellena Colins, apa itu namamu?" Yuki bertanya kepada gadis itu. "I-iya kalau boleh aku ingin bergabung dengan Tim kalian", jawab gadis itu, "Apa kau yakin?, bukankah masih banyak Tim yang lain, lagi pula kami bahkan belum menentukan akan bagaimana Tim ini selanjutnya" Yuki memastikan, Ellena mengangguk. "Baiklah, kalau begitu selamat datang di Tim , tapi hari ini kami hanya sedang berkeliling" sambung Yuki. "Kalau begitu boleh aku ikut?" tanya Ellena, "Tentu saja" jawab Yuki, mereka melanjutkan berkeliling sekolah.
Mereka sampai di lapangan basket, Karena masuk di pertengahan tahun Shina langsung mendapatkan kesibukan saat awal masuk sekolah, karena itu dia tidak pernah berkeliling untuk melihat seluruh bagian sekolah.
"Ellena apa yang kau lakukan bersamanya, kau pasti tahu dia siapa" kata seorang murid laki laki, dia datang bersama dengan beberapa anak buahnya.
"Aku bergabung dengan Tim mereka" ucap Ellena.
"Kau pasti di paksa mereka, kalau kau ingin masuk Tim masuk timku saja, tim ku sudah menjadi Guild, selain itu kami punya banyak prestasi" ucap laki laki itu dengan nada agak tinggi.
Laki laki itu menarik kerah seragam Yuki, "Dengar ya, kau tidak pantas dekat dengan Elena, bagaimana kalau kita buktikan dengan duel, Ellena akan masuk di tim yang menang" lanjut laki laki itu menantang.
"Ok baiklah" jawab Shina santai, "Kalian yakin dia adalah salah satu murid terkuat, dia masuk dalam 20 besar murid di sini, namanya Baron" ucap Ellena. "Tenang saja aku punya rencana" balas Shina.
Sesuai kesepakatan mereka melakukan duel di ruang latihan, dengan seorang guru sebagai wasit. Baron sudah menunggu di tempat itu, dan perwakilan dari timnya Yuki masuk. "Ellena apa yang kau lakukan?" tanya Baron keheranan, "Aku adalah perwakilan aku yang akan melawanmu" jawab Ellena. Tapi bukankah ini melanggar peraturan?" tanya Baron lagi. "Tenang saja wasit mengijinkan, karena aku sudah masuk tim mereka" jawab Ellena. "Pertandingan di mulai 1... 2... 3..." teriak wasit memberikan aba aba. "Maaf saja Ellena tapi aku harus melawannu...", Belum selesai Baron bicara Ellena langsung menyerang Baron, karena belum siap Baron tidak dapat menangkis lalu dia segera terjatuh dan di anggap kalah. "Heh, apa aku menang?" Ellena keheranan, "Sesuai peraturan, jika salah satu peserta terjatuh maka dia di anggap kalah" ucap wasit itu. "Wasit bukannya ini curang, Baron belum siap" protes salah satu anak buahnya Baron. "Aku sudah memberi aba aba, salahnya sendiri tidak siap" ucap wasit itu, Sina, Yuki dan Ellena pergi melanjutkan berkeliling.
Setelah selesai berkeliling mereka pergi keruang guru untuk memperlihatkan surat pengajuan Ellina, kebetulan di sana juga ada Charles. Tim mereka resmi dan mereka mendapatkan ruangan dengan nomor 134. Selain itu mereka juga melakukan pengukuran badan untuk data pelengkap.
Tinggi Yuki 170 CM dengan berat 59 KG, tinggi Ellena 166 CM dengan berat 51 KG,
tinggi Shina 144 CM dengan berat 39 KG.
"Ternyata kau memang yang paling rendah Shina, selain itu ukuran dadamu juga termasuk kecil jika dibandingkan dengan rata-rata murid di sini" ucap Charles sambil tertawa. Shina melihat tajam ke arah Charles, dengan tatapan mengancam lalu pergi keluar dari ruang guru"Aku rasa kau membuatnya kesal, kalau begitu kami pergi, permisi", ucap Yuki mengundurkan diri.
Mereka pergi ke ruangan yang di maksud lalu membukanya, ruangannya berdebu karena tidak di gunakan beberapa tahun terakhir. "Sepertinya kita harus membersihkan ini" ucap Ellena, "Yah" balas Yuki singkat. "Kau mau kemana" ucap Yuki menarik Shina yang mencoba kabur. "kau juga harus ikut membersihkan" lanjutnya, "Iya.."ucap Shina. Mereka pun membersihkan tempat itu, "Akhirnya selesai juga" ucap Shina, "Kau lebih banyak berdiam diri dari pada membersihkan" memukul kepala Shina dengan santai tidak keras dan tidak terlalu lembut. "Kalian sepertinya akrab sekali apa kalian sudah kenal lama?" tanya Ellena, "Tidak juga, kami baru bertemu sekitar 5 hari yang lalu" jawab Yuki. "Omong omong kenapa orang yang tadi ingin sekali kau masuk timnya?" tanya Shina. "Oh ya kau mungkin belum tahu, kalau Ellena adalah orang yang paling banyak di sukai oleh para laki laki, tapi sampai sekarang belum ada yang berhasil menjadi pacarnya" ucap Yuki, "Kau sendiri bagaimana?" Shina bertanya lagi.
"Sebelumnya maaf saja, tapi sejujurnya aku kurang tertarik" jawab Yuki, "Mundur!, jadi kau penyuka sesama pria" ucap Shina, "BUKAN ITU MAKSUDNYA!" Yuki marah ke Shina. Shina segera berlari dari tempat itu, Yuki mengejarnya, akhirnya mereka kejar kejaran meninggalkan Ellena, "KESINI KAU SIALAN" teriak Yuki, "Ya ampun mereka memang sangat akrab" ucap Ellena. Mereka berhenti karena kecapekan dan memutuskan untuk pulang mengingat hari sudah mulai gelap.
"Kemana mereka, hari sudah mulai gelap, apa aku pulang saja?" Ellena tidak tahu kalau mereka sudah pulang, sementara itu
"Yuki apa menurutmu kita melupakan sesuatu?" tanya Shina, "Entahlah" jawab Yuki singkat. Tiba tiba mereka ingat kalau mereka belum mengabari Ellena mereka sudah pulang, mereka menelpon nomor Ellena sesuai nomor yang diberikan Ellena.
"Ellena apa kau sudah pulang?" tanya Yuki,
"Aku sudah pulang, kalian tadi pergi kemana aku mengunggu kalian?" Ellena balas bertanya, "Maaf kami lupa bilang kalau kami pulang, sekali lagi" jawab Yuki, setelah mereka selesai menelpon Shina sudah pergi ke kamarnya.
"Dua hari setelah dia masuk sekolah dia selalu tidak ada saat pagi, sekarang dia tidak memperbolehkan masuk kamarnya, karena dia perempuan aku yakin dia tidak nyaman jika dia laki laki yang masuk, tapi ini mencurigakan, mungkin aku akan menyelidikinya karena terlalu banyak hal aneh darinya" Yuki bicara dalam hati.
"Shina kalau urusanmu sudah selesai segera mandi aku akan memasak, kalau sudah selesai mandi datanglah ke meja makan" ucap Yuki di depan pintu kamar Shina. Shina keluar dan langsung menutup pintu kamarnya, "Ada apa, kau penasaran dengan kamarku, maaf saja tapi aku tidak ingin ada yang masuk" lalu Shina pergi ke kamar mandi. "Baiklah, aku rasa aku tidak akan masuk ke kamarnya, tapi mungkin nanti akan ku cari tahu apa yang sebenarnya dia sembunyikan" ucap Yuki dalam hati.