Penulis keadilan, sebuah gelar yang diberikan oleh orang orang yang menganggapnya pahlawan, dia berani menulis dan melampirkan sebuah ketidakadilan di kota ini. Namun pada akhirnya ajal menjemputnya, sekarang dia sudah di lupakan orang orang. Terhapus dari sejarah, tanpa ada yang mengingatnya.
"Penulis keadilan, aku suka julukan itu dan sekarang aku sedang berusaha
membangkitkannya" seseorang bicara sendiri. "Kau bukanlah dia kau hanya penjahat yang menggunakan gelar itu untuk menutupi kalau kau seorang pembunuh" ucap seorang anak kecil yang diikat di dekatnya.
"Plak" suara tamparan, orang itu menampar orang yang terikat.
"Diam!, kalau bukan karena ayahmu ini tidak akan terjadi!" orang tadi menampar anak berteriak.
Tidak lama kemudian, "Ahh...!" suara teriak kesakitan di luar dari gudang itu, "Apa yang kalian lakukan, kubilang jangan memancing perhatian apapun!" orang tadi keluar dari gudang itu sambil marah marah.
"oh jadi kau bos orang orang ini?" tanya seorang gadis dengan mata merah menyala. "Maaf yah aku harus menumbangkan mereka dahulu"sambung gadis itu.
Sontak orang yang tadi segera kabur ke dalam.
Orang tadi masuk ke dalam, gadis itu meledakan dinding yang menutupi mereka. "Wahai api yang membakar kehidupan" membaca mantra sihir api.
Keluarlah semburan api yang mengarah tepat ke arah gadis dengan mata merah, "Ternyata sihir dari warga sipil memang tidak terasa" ucap gadis itu dengan nada kecewa, "Aku pikir ini akan menyenangkan, mau mencoba lagi, kalau kau masih punya cukup energi lakukan saja" sambung gadis itu menantang orang itu. Dengan kesal orang itu mengeluarkan banyak sihir api, tapi semua serangannya seperti tertangkis sesuatu.
"Mundur!, aku punya pistol, jika kau maju maka aku akan menembakmu" orang itu memperingatkan. Tapi gadis itu terus saja maju, "Setelah Sihir api tadi kau pikir aku takut dengan pistol?"
"Sialan!" Lalu melepaskan beberapa tembakan. "Dor" "Dor" "Dor" suara tembakan yang di lepaskan, "kau sudah kehabisan mana ya?"gadis itu tidak terluka sama sekali.
Merasa terancam orang itu menodongkan senjatanya pada anak yang di sandranya tadi, "Jangan mendekat atau kepala anak ini akan berlubang" mengancam.
"Lakukan saja" menjawab dengan entengnya. "Apa maksudmu!, bukan kah seharusnya kau menyelamatkannya?"orang itu berteriak. "Bukankah seharusnya kau menulis berita tentang hal hal yang tidak adil dunia, bukannya menyandra anak kecil?" gadis itu balas bertanya.
"Ini caraku melakukannya!" balas orang itu. "Kalau begitu kau bukanlah penulis keadilan sama sekali" ucap gadis itu. "Kalau begitu Rion pasti sedih, benar begitu Vilma?"sambung gadis itu.
"Dari mana kau tau itu?" tanya orang itu. "Yah bagaimana menjelaskannya ya?"jawab gadis itu.
Dua puluh menit yang lalu, setelah pergi dari tempat tim pelacak mereka bertiga bicara di mobil.
"Apa kalian yakin akan melakukannya" tanya Charles.
"Yah, aku sudah memutuskan, aku tidak bisa melihat saja seperti tidak bersalah jika anak itu mati" jawab Yuki.
"Yah terserah kalian saja tapi bagaimana kalian yakin?, tim pelacak saja tidak bisa menemukan orang itu, tapi kalian malah mencari tunangan orang mati"
Charles kebingungan.
"Dia penulis itu mati bunuh diri sekitar 6 bulan yang lalu tidak lama setelah buku terbaru Elter John rilis, tapi kalau hanya kerena itu kau pasti belum yakin kan?" Charles mengangguk mendengar jawab Shina menandakan dia masih belum yakin.
"Nama tunangan penulis itu adalah Vilma, dan dia memiliki hubungan darah dengan penulis di koran Daun ungu kan, perusahaan itu tutup setelah sang pemilik mati, kau tahu siapa nama pemilik perusahaan korannya?" Charles hanya menggelengkan kepalanya. "Pemilik perusahaannya bernama Justicia Picta L, sekarang kau tahu salah satu penyebab gelarnya jadi penulis keadilan, Orang yang kita cari ini Vilma dengan nama belakang victor, tapi kalau kita usut lagi maka di temukan neneknya bernama Justicia Picta L, sepertinya neneknya masih meninggalkan beberapa dokumen tentang penulis keadilan, dia pasti terinspirasi dari sana" Shina menjelaskan.
"Tapi menurut para ahli orang yang membuat video adalah laki laki, jadi kenapa kau mencari Vilma yang merupakan perempuan?" Charles semakin penasaran.
"Aku mendengar suara nafas yang lain, beberapa nafas berat yang sepertinya milik laki laki, tapi aku mendengar dua suara nafas wanita, yang pasti salah satunya suara anak yang di tangkap itu, selain itu aku punya motif kenapa dia mengincar hakim, ini bukan hanya balas dendam tapi dia ingin benar benar menjadi penulis keadilan yang baru" Shina menjelaskan.
"Lalu rencana menangkapnya bagaimana?, menurutmu mereka punya beberapa anak buah, aku rasa kalian butuh bantuanku" ucap Charles dengan pedenya.
"Tidak butuh, dan jalan saja kita hampir kehabisan waktu gara gara tim pelacak yaang tidak becus itu" ucap Shina dengan kesal. "Kalian tidak lupa aku ada di sini kan?" ucap Yuki, Shina dan Charles hanya diam pura pura tidak mendengar, "Yah aku tahu aku tidak berguna untuk hal seperti ini, bukan apa apa silahkan lanjutkan percakapan kalian" suasana pun hening.
Shina menceritakan apa yang terjadi kepada Vilma, "Apa maksudnya kau bercerita saat seperti ini!" ucap oVioma kesal. "Bukannya tadi kau yang tanya?" balas shina. "Sialan, mati saja kau!" melemparkan anak yang di sandranya dan menodongkan senjatanya.
"Jangan salah aku melakukan ini atas nama kebenaran" Vilma menutup mata dan ingin menarik pelatuk pistol yang di pegangnya.
"Bang" suara peluru mengenai pistol Vilma, dengan sigap Shina menangkap Vilma dan melakukan lucian ke tangan Vilma agar tidak melawan.
"Asal kau tahu keinginanmu untuk membalas dendam dan mencoba membangkitkan keadilan secara bersamaan telah mencemari nama penulis keadilan, dan kau bahkan tidak pantas disebut sebagai seorang penulis, kata kata yang kau bacakan hanyalah omong kosong untuk menutupi tempat persembunyian ini benar benar tidak bermakna, buku yang kau jual di pinggir stasiun itu juga tidak berkualitas" ucap Shina tanpa memedulikan betapa sakitnya hal itu bagi vilma.
"Tidak hentikan, kumohon aku tidak mau mendengarnya".
"Dengarkan apa yang kau lakukan sudah merusak nama keadilan itu sendiri, anak yang kau Sandra ini tidak tahu apa apa, apa menurutmu dia pantas di salahkan,
aku tahu ada pribahasa mengatakan kalau buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, tapi tidak selamanya begitu, itu tergantung bagaimana keputusan yang diambil sang anak, kita lihat saja akan bagaimana yang satu ini akan mengambil keputusannya nanti" sambil melihat anak yang di Sandra Vilma.
Tidak lama setelah itu akhirnya Charles datang memebawa beberapa polisi, lalu mengamankan Vilma dan anak buahnya yang pingsan.
"Aku tidak tahu bagimana kau bisa melakukannya tapi kerja bagus" ucap Charles.
"Yah bisa dibilang aku juga cukup beruntung, aku senang karena dia tidak menggunakan bom yang di beri waktu, dilihat dari peralatan yang ada di sini sepertinya dia ingin mempublikasikan kematiannya juga" Shina mmencoba menebak apa yang ingin di lakukan Vilma.
Charles pun pergi, tidak lama setelah itu Yuki datang.
"Kerja bagus Shina, aku khawatir saat dia menyerang beberapa kali" ucap Yuki pada Shina.
"Ya kau juga, tak kusangka kemampuan menembakmu lumayan bagus juga" balas Shina.
"Kenapa ada alat ini di sini?" tanya Yuki. "Aku rasa dia ingin mempublikasikan kematiannya" jawab Shina.
"Ini menyala dan sekrang sedang siaran langsung" Yuki mengambil Smartphone miliknya dan melihat komentar di live stram itu.
"Walaupun awalnya membuat sakit tapi kata kata terakhirnya bagus, mungkin kau benar semuanya terserah apa yang ingin di lakukan oleh anak itu, apa yang ingin dia lakukan tidak selalu ada hubungannya dengan orang tuanya" tulis salah satu komentar,Yuki mematikan live streamnya.
"Ternyata kau memang bisa membuat kata kata yang bagus"memuji Shina.
"Au ah, pokonya headset ini di ganti dengan misi ini" ucap Shina.
"Oh oke, tapi kenapa wajahmu memerah, apa kau malu di puji?, tak kusangka kau juga bisa malu seperti itu".
"Grrrrrr" Shina kesal.
"Kau kenapa?" tanya Yuki.
"Buuk" Shina memukul tepat di perut Yuki,
"Aku pulang duluan" dengan kesal Shina pergi meninggalkan Yuki yang memegang perut.
"Ternyata ini rasanya jadi Charles" ucap Yuki dalam hati.