Chereads / Shina the blackcat / Chapter 6 - Dendam sang penulis 2

Chapter 6 - Dendam sang penulis 2

Setelah video itu tersebar orang orang mulai

terpecah belah, antara mereka yang ingin menolong anak itu atau tidak.

Meskipun ada orang orang yang ingin menolong tapi mereka yang tidak ingin menolong juga banyak, bahkan sebenarnya mereka yang tidak ingin menolong lebih banyak. orang itu wajahnya tidak di kenali maka tidak bisa di cari tahu dengan sihir pelacak, pelacakan dengan digital juga tidak bisa karena dia mengunggah video bukan dari tempatnya menyandra anak, yang di temukan hanya laptop tanpa adanya sidik jari.

Sementara itu Shina dan Yuki dalam perjalanan pulang, Shina melihat toko elektronik, dia tertarik dengan barang elektronik karena dia tidak pernah melihatnya.

"Apa kau tertarik dengan barang barang elektronik mau mencoba kesana?" Yuki bertanya pada Shina, tanpa mengatakan apapun Shina hanya mengangguk. Mereka pun pergi ke toko itu, Di dalam toko itu Shina melihat banyak hal yang belum pernah dilihatnya.

"Yuki, benda apa itu" menunjuk ke sebuah headset.

"Mau mencobanya, itu adalah keluaran terbaru sudah di tambahkan lagu didalamnya kau bisa menambahkan dengan mendownload dari internet, kau bisa melakukan pencarian musik atau suara apapun, kalau mau kalian boleh mencobanya untuk percobaan" kata seorang pegawai yang mendekati mereka, Shina mencobanya dan memutar sebuah lagu.

"Suaranya jernih, suara dari luar juga tidak terdengar" ucap Shina.

"Bukankah di sini ada beberapa lagu" tanya Yuki.

"Ya ini bisa di atur dengan smartphone atau tombol yang ada di sisi kanan headset ini" jawab pegawai.

Yuki pun mengganti lagunya dengan tombol yang di beritahukan oleh pegawai, setelah Yuki menekan tombol itu dan Shina membeku karena terkejut.

"Shina kau tidak apa apa?, sebenarnya apa yang kau dengarkan" mengambil headset itu dan memakainya.

"Suara kencang sekali, tapi ini hanya musik rock" Yuki sambil mengecilkan volume suara.

Shina hanya masih diam membeku,

"Ada apa denganmu jangan bilang kau benci musik rock, konon katanya kucing tidak suka suara seperti musik rock walupun aku tidak tahu kebenarannya" ucap Yuki.

"Hah, terserah saja jadi bagaimana kau jadi mau beli ini?" bertanya kepada Shina.

"Ya" Shina menjawab singkat dengan keadaan badannya masih membeku.

"Kau yakin tapi biasanya perempuan mengambil yang warnanya feminim" Yuki memastikan.

"Tidak aku mau yang warna hitam" jawab Shina.

Mereka pun ke kasir untuk membayarnya,

"Ehh..., Yuki"

"Ya, ada apa" Yuki menanggapi Shina.

"Aku lupa membawa uang" Lanjut Shina

"Haha, itu tidak lucu Shina" melihat Shina,

"Jangan bilang kau serius" sambung Yuki,

Shina hanya mengangguk, akhirnya terpaksa Yuki yang membayar.

Mereka kembali berjalan ke arah rumah, di dalam perjalanan Yuki melihat sebuah berita di ponselnya.

"Hakim yang di maksud oleh pelaku sudah menyerahkan diri dan memohon agar anaknya di lepaskan, sekarang waktu yang di berikan tinggal sekitar 6 jam tapi belum ada perkembangan" suara berita tersebut.

Yuki nampak gelisah mendengar hal itu,

"Yuki, kau sedang kebingungan" Ucap Shina.

"Apa maksudmu?" Yuki balik bertanya.

"Kalau menurutku kau terlalu memikirkan orang lain, kau terlalu baik atau biasa ku sebut naif" jawab Shina.

"Apa maksudnya, kau membuatku tambah bingung" tanya Yuki yang semakin keheranan.

"Kau ingin menyelamatkan anak itu, tapi kau tidak ingin membuat orang yang tidak setuju membencimu, kau tidak ingin orang yang ada di dekatmu terkena imbas karena hal ini"

"Bukannya aku ini naif tapi.." Yuki membalas perkataan Shina.

"Tapi kau hanya tidak tahu apa yang sebenarnya kau inginkan, kau tidak tahu mau jadi egois tidak, kau bukannya tidak tahu tapi kau tidak ingin melakukannya, kau tidak ingin egois karena takut kau akan menghancurkan orang lain" Shina memotong perkataan Yuki.

Yuki hanya diam, dia tak tahu harus mengatakan apa.

"Kau takut kau akan jadi seperti ayahmu, benarkan?" bicara sambil melihat tajam ke arah Yuki.

"Aku hanya tidak ingin di tinggalkan, karena yang di lakukan orang bodoh itu saja membuat aku susah seperti ini, aku tidak tahu, aku hanya tidak ingin semuanya jadi lebih buruk" Yuki bicara dengan pelan.

"Mungkin kau di anggap orang lain salah, mungkin mereka akan meninggalkanmu, tapi setidaknya kau tahu, kalau kau ada untuk mereka meskipun kau tidak di akui" sambung Shina.

"Bukannya itu..?" Yuki bertanya karena seperti pernah mendengarnya.

"Oh, hanya kata kata yang ku buat untuk mengartikan kata-kata orang tadi untuk diriku sendiri, jadi bagaimana?" sahut Shina.

"Kau ini, aku masih tidak terlalu mengenal dirimu, bahkan sepertinya banyak yang kau rahasiakan, baiklah aku akan mencobanya, meskipun itu artinya harus membuat orang orang membenci diriku !" ucap Yuki dengan nada bersemangat.

"Wah semangat yang bagus, tapi jangan lupa kau harus mencari tahu yang orang itu maksud" ucap Shina

"Benarkah?" Yuki bertanya,

"Jangan sok sokan mirip bocah, masalah tidak akan selesai hanya dengan semangat" balas Shina.

"Kalau begitu aku akan cek semua tempat, mulai dari Observatorium" Yuki pun berlari menuju tempat yang di maksud.

Di sepanjang jalan Shina hanya mengikuti tanpa bertanya apapun, akhirnya mereka sampai namun tidak ada orang. Tetapi Yuki terus mencari di tempat itu.

"Bukankah di sini tidak ada orang, lalu apa yang kau cari?" tanya Shina.

"Dia tidak bilang tempatnya pasti di tempat yang di maksud, mungkin saja dia meninggalkan petunjuk kita hanya harus mengikuti petunjuk baru" jawab Yuki.

Setelah mencari beberapa menit mereka menemukan selembar kertas.

"Berdiri sebagai sejarah, tapi tak ada yang tau karena selalu ditutupi, berada dalam bunga keadilan yang di rahasiakan" isi dari surat itu.

"Kalau begitu kita harus ke museum" Ucap Yuki.

"Tidak kalau selalu di tutupi seharusnya tidak ada di museum, ayo ketempat Charles" Shina langsung pergi.

"Hey, apa maksudnya kau serius kita harus pergi ke tempatnya Charles" Yuki kebingungan dan hanya mengikuti Shina.

Sesampainya di tempat Charles, Shina meminta kunci untuk pergi ke ruang khusus presiden.

"Apa maksudmu aku tidak bisa membiarkan kalian masuk ke sana" Charles tidak mau mereka masuk ke sana.

"Kalau begitu kau ikut juga, memastikan kami tidak mengacau di sana" Ucap Shina

"Apa yang sebenarnya kau sembunyikan Charles?" Tanya Yuki.

"B-bukan sesuatu yang penting juga" jawab Charles agak risau.

"Kalau begitu ayo, aku tunggu di gerbang" Shina pun langsung keluar.

"Dasar anak itu seharusnya aku menyiksanya saja waktu itu untuk membuat kontrak" Charles bicara dalam hati.

Dengan terpaksa akhirnya Charles ikut, mereka akhirnya sampai ketempat yang di maksud.

"Rasanya aneh padahal yang presiden aku tapi kenapa aku mengikuti kemauan kalian" sambil membuka jalan masuk yang penuh alat pertahanan canggih dan di jaga banyak tentara.

Shina dan Yuki mencari barang yang mereka maksud, sudah hampir 15 menit mereka mencari tapi tidak ketemu, Shina melihat sebuah gelas dengan tulisan Felix dan akhirnya menyadari sesuatu.

"Yuki kumpulan semua koran yang kau temukan"memerintahkan Yuki.

"Coba cari apakah ada yang nama perusahaan penerbitnya daun ungu" sambung Yuki.

"Daun ungu, perusahaan itu berhenti beberapa tahun yang lalu memangnya apa hubungannya dengan mereka?" Charles bingung.

"Ini dia ketemu" Yuki sambil memegang sebuah koran, Yuki pun membacakannya.

"Kasus pembunuh orang kulit Hitam" Yuki membacakan judul berita utama koran itu.

"Dilakukan oleh sebuah organisasi yang di pimpin seorang hakim yang terkenal" sambungnya.

"Memangnya di kota ini pernah terjadi tindakan rasis seperti ini?" tanya Yuki.

"Charles seharusnya kau tidak menyembunyikan hal ini" ucap Shina.

"Apa maksudmu, aku baru jadi presiden 2 tahun yang lalu bukannya 30 tahun yang lalu" balas Charles.

"Bisa kau cari tahu asal usul perusahaan itu" meminta Yuki mencari informasi.

"Ini" sambil memperlihatkan informasi yang ada di smartphone miliknya.

"Yuki aku, tidak tahu cara menggunakan ini" Shina sambil menyerahkan kembali smartphone milik Yuki.

"Serius kau tidak tahu, dasar gaptek" ucap Charles sambil ketawa.

"Diamlah" ucap Shina dengan kesal,

Yuki membacakan informasi yang di maksud.

"Baiklah kalau begitu kita hanya perlu mencari keberadaannya dengan informasi ini seharusnya sudah cukup" ucap Yuki.

"Kalau begitu kita hanya harus pergi ke tempat tim pelacak" sahut Charles

lalu mereka bertiga ke tempat tim pelacak.