Chereads / Shina the blackcat / Chapter 4 - Nama

Chapter 4 - Nama

"Kring...!" bel berbunyi menandakan jam pelajaran kembali di mulai, di kantornya Charlie sedang mengurus beberapa dokumen.

"Oh iya, aku hampir lupa sesuatu tentang anak itu, aku harus memanggilnya bagaimana?", berbicara dalam hati.

Sementara itu di kelas 2-3, Yuki yang terkejut dengan murid yang bersama Bu Selly hanya diam, seolah dia syok seperti orang yang ketekunan setelah melihat monster.

"Ayo bangunlah!, kumohon bangun kalau kau tidak bangun kepala sekolah akan marah marah, dan satu kelas bisa kena imbasnya ayolah!" meminta murid yang itu untuk bangun.

Dia terbangun lalu berdiri, setelah berdiri dia menguap dan segera ke kursi kosong yang ada di belakang Yuki.

"Anggap saja aku tidak ada silahkan lanjutkan pelajaran", setelah mengatakan itu dia kembali mencoba tidur

"Eh.., kalau begitu setidaknya beri tahu kami namamu", Bu selly yang merasa tidak enak karena mengganggu tidur.

"Nama?" sahut anak itu.

"Ya, siapa namamu?" tanya Bu Selly lagi

"Dbrak " suara pintu di tendang, tiba tiba Charles masuk ke kelas tanpa pemberitahuan,

"Yuhuu aku datang!" menyapa semua orang di sana.

"K-kepala sekolah apa yang kau lakukan?" tanya Bu Selly

"oh iya-ya kenapa aku kesini?" setelah berkata seperti itu dia pergi dari kelas. Tidak seberapa lama kemudian dia masuk dan bertanya,

"Apa anak itu sudah melakukan perkenalan?"

tanya Charles

"Ya, tapi sepertinya kesulitan untuk memberitahu namanya", jawab Bu Selly

"Baiklah karena aku baik aku akan kenalkan kepada kalian" memasang wajah sok keren

satu kelas menjawab

"Terserah saja, lakukan saja apa yang ingin bapak lakukan".

"sepertinya di kelas ini aku memang sudah tidak di perdulikan" bicara dengan nada kecewa,

"Perkenalan dia adalah murid baru" lanjutnya sambil menunjuk ke siswi tadi.

"Sebenarnya aku menemukan dia kehilangan ingatan jadi aku akan membiayai hidupnya, aku memutuskan untuk memasukannya ke sekolah ini" mencoba membuat alasan.

tentu saja semua orang kacuali Yuki percaya, dan anak itu si siswi yang di maksud tidak memperdulikan alasan apa yang di buat Charles.

Charles lanjut menjelaskan,

"Dan karena dia hilang ingatan dia tidak tahu namanya, karena itu kita akan memberinya nama" ucap Charles.

"Bagaimana kalau Marshmellow" kata Riki

"Semua yang kau katakan selalu saja makanan, bagaimana kalau Angela" sahut Karin,

"hm... boleh juga, tapi apa kalian punya nama yang lain" jawab Charles.

Semua murid pun memberikan saran nama kecuali Yuki, dia masih tidak bisa memahami apa yang terjadi. Sebenarnya ini salah satu efek sihir penghilang ingatan jika gagal, orang yang terkena akan kebingungan, di tambah karena syok atas kejadian kemarin Yuki benar benar kebingungan.

Setelah mendengar keributan itu anak itu yang sebelumnya tidak peduli bangun dari tempat duduknya.

"Apa maksudnya?! jangan alas memberiku nama, aku bukan anak kucing yang kalian pungut di jalan" protes anak itu,

setelah mendengat perkataan anak Yuki mendengar sebuah suara yang tak asing untuknya .

"Kring" suara lonceng kecil, tiba tiba Yuki teringat kejadian tiga tahun yang lalu, di saat hujan yang deras turun di bawah payung berwarna putih,

"Hey apa kau tersesat?, aku juga tersesat aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, tapi sekarang aku sudah memutuskan aku akan bergabung dan aku akan mengejarnya, suatu hari pasti akan ku hancurkan dia, dia adalah orang yang menghancurkan hidupku" berbicara pada seekor anak kucing yang ada di dalam sebuah kotak kecil.

kucing itu menjilat tangan Yuki,

"Apa kau mau ikut dengan ku aku akan mengurusmu, aku tidak akan membuangmu seperti yang di lakukan pemilikmu sebelumnya, bagaimana kalau kau ku panggil..." tiba tiba semuanya putih dan kesadaran Yuki kembali, saat dia sadar dia ada di ruang kesehatan.

"Kau sudah sadar?" suara seseorang bertanya kepadanya, Yuki menoleh dan melihat itu adalah gadis yang di temuinya kemarin

"Sepertinya kau masih mengingatnya, jadi sihiriku gagal pantas saja dari tadi kau seperti orang bod*h, rupanya kau terkena efek dari sihirku"

"Kau yang kemarin kan, kenapa kau tiba tiba menyerangku?" tanya Yuki

"Bukannya aku sudah bilang aku ingin mencari tahu, aku bilang aku ingin tahu kalau aku menyerangmu apakah kau akan membalas dan membunuhku" jawab gadis itu.

"Kenapa kau melakukannya, bukankah itu terlalu nekat? tanya Yuki lagi.

"Sudah kubilang aku hanya ingin mencari tahu, dan nekat atau tidak itu urusanku bukan urusanmu" jawab gadis itu.

"Oh iya, maaf karena menggunakan sihirku padamu" jawab gadis itu.

"minta maaf macam apa itu, kalau minta maaf harus dari hati, lagi pula kenapa kau melakukannya" Yuki balas bertanya.

"Oh itu, kepala sekolah yang menyuruhku" jawabnya.

"Maksudmu si Charles, dasar apa dia tidak tahu apa yang kurasakan karena hal itu".

Tidak lama kemudian Charles datang,

"Hei, apa aku datang di saat yang tidak tepat?, jadi bagaimana keadaanmu Yuki" bertanya kepada Yuki.

"Kau pasti menguping, jadi kau ingin merubah percakapan kan?" jawab Yuki.

"Untuk itu bisa kita lupakan saja?" ucap Charles.

"Dasar tidak bertanggung jawab!" jawab Yuki dan gadis itu sontak secara bersama.

"Selain kebingungan hampir setengah mati, aku rasa aku baik baik saja" ucap Yuki dengan ekspresi kesal.

"Lalu bagaimana dengan kondisi di kelas?" tanya gadis itu.

"Semua sudah terkendali kau mungkin tidak ingin ada di sana saat itu, Bu Selly memasuki mode marah" jawab Charles dengan nada katakutan seperti anak kecil yang di marahi ibunya.

"Ya sudah kalau begitu ayo kita kembali ke kelas"

Sesampainya mereka ke kelas Charles bertanya kepada seluruh kelas.

"Semuanya sudah terkendali kan, jadi bagaimana dengan saran namanya?" tanya Charles

"Semuanya sudah di tulis di kertas ini" sambil memberikan kertas berupa catatan nama kepada Charles

"Isinya sama saja dengan yang kalian katakan sebelumnya, isinya hanya nama senjata, merek transportasi, dan nama penyanyi apa hanya itu yang ada di pikiran kalian, bahkan ada yang menyarankan nama makanan" ucap Charles.

"Apa!, kalian masih membahasnya" protes gadis itu.

"Bagaimana denganmu Yuki, apa kau punya saran?" tidak mengacuhkan protes gadi itu.

"kring" suara lonceng kembali terdengar, Yuki teringat kembali kembali kenangnya.

"Shina" Yuki memberikan saran nama

"Yah tidak buruk juga, baiklah kalau begitu mulai sekarang namamu adalah shina" menetapkan nama untuk gadis itu.

"Jadi bagaimana?" Yuki bertanya pada gadis itu

"Au ah, terserah saja"

"Hey, wajahmu memerah tahu" ucap Charles

"Lalu bagaimana dengan nama belakangnya?" tanya Karin.

"Sol itu kita bahas main kali saja, dan ini sudah jam istirahat kedua" Charles segera pergi setelah mengatakan itu

"jadi aku pingsan selama itu?"

"ya" Shina menjawab singkat lalu kembali ke mejanya untuk tidur lagi. Bu Selly yang sifatnya baik dan sering merasa tidak enak pada orang lain , tidak mau membangunkan Shina.

Semua jam pelajaran sudah selesai dan bel pulang sudah berbunyi.

"Karin dan Riki saat ini sedang latihan, berarti aku pulang sendiri, rasanya aku agak iri mereka bisa membuat tim" Yuki bicara dalam hati.

lalu dia melihat ke belakang dan melihat Shina masih ada di sana, Karena tidak tega meninggalkannya Yuki pun duduk kembali untuk menunggu sampai Shina bangun.

"Shina, nama yang kuberikan kepada satu satunya yang bersamaku saat aku kehilangan semua yang kupunya, sekarang nama itu digunakan oleh orang yang bahkan saat pertemuan pertama menyerangku, tapi entah kenapa dia rasanya seperti orang yang berbeda" Yuki bicara sendiri. Tanpa sadar tangannya mengelus kepalanya Shina dari tadi,

"Apa yang kau lakukan?" tanya Shina yang setengah bangun,

"Ah, ma-maaf" Yuki meminta maaf,

"Aku tahu kalau shina itu nama yang penting untukmu, tapi aku bukan dia"

"Ya maaf, saat mengingat nama Shina aku teringat aku biasanya mengelusnya, jadi tanganku bergerak sendiri" Yuki minta maaf dan menjelaskan.

"Memangnya sebenarnya Shina itu apa, kenapa kau mengelusnya?" Shina bertanya karena heran?.

"Sebenarnya itu adalah nama kucing peliharaanku yang baru saja meninggal" jawab Yuki.

"Ternyata benar benar nama seekor kucing" dengan nada agak kecewa.

"Memangnya kenapa, apa kau tidak suka?, kita bisa bilang ke Charles kalau kau tidak menginginkannya" balas Yuki

"Sudahlah, sebenarnya aku tidak terlalu mempermasalahkan ini, lagian dia sudah mengurus dokumennya" ucap Shina.

"Karena dia presiden saat ini dia bisa membuatnya kapan saja, bahkan tanpa harus data lengkap" ucap Yuki.

"Aku harap ada yang mengetahui hal ini, dia hanya bersikap layaknya pemimpin Jika di depan publik, saat dengan orang yang di kenalnya dia jadi seperti orang aneh" sahut Shina.

"Oh iya aku baru sadar, dua orang yang akrab denganmu kemana?" sambung Shina bertanya kepada Yuki.

"Mereka latihan dengan anggota tim mereka yang lain" jawab Yuki.

"Tim, di sekolah ini ada sistem semacam itu, memangnya apa saja yang di lakukan tim?"

tanya Shina.

"Kau hanya bisa mengambil misi jika kau sudah membentuk tim, setiap tim minimal terdir dari dua atau lebih anggota, ini di buat agar setiap anggota tidak melakukan sesuatu semaunya saat menjalankan misi, ini juga membantu agar keselamatan lebih terjamin ketimbang melakukan misi sendirian" Yuki menjelaskan.

"Kau sendiri bagaimana" Shina bertanya lagi.

"Aku tidak punya tim, alasannya kau akan tahu sendiri" jawab Yuki.

"Dubrak" Bu Selly terjatuh saat ingin mengambil barang yang ketinggalan.

"Maaf, kalau aku mengganggu waktu kalian, aku hanya ingin mengambil barang yang ketinggalan" Ucap Bu Selly.

"Bu guru kenapa Yuki tidak memiliki tim?" Shina bertanya kepada Bu Selly.

"Oh itu karena tidak ada yang mau satu tim dengannya, awalnya dia akan satu tim dengan Karin dan Riki tapi anggota lain menolaknya" jawab Bu Selly

"Apa alasannya kenapa mereka menolaknya, padahal kemampuannya lumayan bagus?" tanya Shina lagi.

"Itu kerena.."

"Bisa tidak usah ibu katakan" meminta Bu Selly untuk tidak melanjutkan.

"Dia adalah anak dari Griteria hebat yang jadi pengkhianat 3 tahun yang lalu, bukan hanya berkhianat dia bahkan membunuh istrinya, ibunya Yuki untungnya pak kepala sekolah datang tepat sebelum ayahnya membunuh Yuki juga, e..." Bu Selly tanpa sadar tetap menjawab meskipun sudah di minta Yuki untuk diam.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk mengatakannya" Bu Selly minta maaf atas

keteledorannya,

semuanya diam beberapa saat.

"Apa di sini ada yang namanya Yuki, diminta segera datang ke ruang guru" suara seorang guru memanggil Yuki dari

Yuki pun segera pergi tanpa sepatah katapun.

"Kau teledor sekali Bu Selly, padahal aku rasa dia ingin menyembunyikan ini" Shina menyalahkan Bu selly.

"Ya aku tahu itu, apa yang harus kulakukan sekarang, aku yakin dia pasti benci padaku padahal aku baru mengajar di sini dia pasti sedih, karena hal itu juga dia tidak punya banyak teman padahal dia tidak salah apa apa," dengan nada sangat menyesal.

"Tenanglah aku hanya bercanda, cepat atau lambat aku akan mengetahui ini" mencoba menenangkan Bu Selly dengan maksud bercanda.

"Seharusnya aku tidak bercanda seperti itu padanya" Shina bicara dalam hati.

Setelah Bu Selly berhenti menangis akhirnya dia pulang, sementara Shina pergi ke tempat yang di suruh pak kepala sekolah.

Yuki membuka pintu apartemennya dan terkejut melihat Shina yang ada di sana,

"Apa yang kau lakukan, kenapa kau ada disini?" tanya Yuki.

"Aku yang menyuruhnya ini apartemen dua kamar jadi aku rasa dia bisa tinggal satu apartemen denganmu" jawab Charles, dia ada di belakang Yuki setelah membeli beberapa makanan.

"Kenapa kau tidak bertanya dulu aku setuju atau tidak" protes Yuki.

"Kenapa aku harus mendengarkan persetujuan darimu?, lagi pula biaya sewa tempat tinggal murid aku yang bayar" ucap Charles.

"lagian kau ini bukannya senang, kau tahu bagaimanapun dia, dia tetaplah perempuan" sambung Charles

"Aku dengar apa yang kau katakan, dasar hidung belang" sahut Shina dengan nada datar menatap tajam ke arah Charles.

"Tenang saja aku hanya bercanda, Yuki bukan laki laki yang seperti itu, yasudah bagaimana kalau kita makan malam aku sudah membeli makanan untuk kalian" mengakhiri percakapan lalu segera pergi ke dapur.

"Jadi bagaimana kau setuju dengan keputusan ini?" tanya Yuki kepada Shina.

"Tergantung bagaimana keputusanmu" jawab Shina.

"Memangnya kau yakin, setelah mengetahuinya kau tidak masalah" bertanya kepada Shina.

"Kalau yang kau maksud cerita tadi, aku sebenarnya tidak peduli" jawab shina.

"Benarkah?" Yuki bertanya lagi.

"Apapun yang di lakukan ayahmu adalah pilihannya, meskipun berdampak padamu tapi itu tidak menjadi patokan untuk mengukur bagaimana kau ini sebenarnya" jawab Shina.

"Ya terserahlah, lagi pula apa pun yang ku katakan orang itu tidak akan mendengarkan, kamar itu tidak pernah ku pakai hanya ku bersihkan sebulan sekali, kau bisa bawa barang barangmu sendiri kan?" sambil menunjuk kamar kosong.

"Aku tidak membawa banyak barang, hanya beberapa baju ganti dan seragam, semuanya sudah ada di tasku" balas Shina

"Hey cepatlah!, atau makanan ini aku habiskan" Charles bicara dari dapur.

Mereka pun menemui charles untuk makan malam.