Cerita kali ini dan part selanjutnya mengandung unsur, kekerasan, darah, dan muatan dewasa yang akan membuat mual dan jijik. Jadilah pembaca yang bijak.
Aku masih di galeri ku bersama Gadis di dalam kotak musik yang memainkan alunan lagu papa. tiba-tiba ponselku berdering, ternyata sebuah pesan singkat dari Andrio, ia ingin bertemu denganku, ingin membicarakan masalah ini. tapi aku tak membalas, aku tahu ini akan jadi jebakan, mungkin saat ini dia sudah ada di kantor polisi, aku dan mama akan segera tertangkap dan kedokku akan terbuka, semua rahasia dan bisnisku di dunia gelap ini akan selesai.
Tiba-tiba mama memanggilku, dari depan kamar. ia menggedor- gedor pintuku dengan keras. aku segera keluar sepertinya ini sudah waktunya. aku keluar dari kamar, dan melihat tatapan mama yang berbeda tak pernah ku lihat mama benar-benar berwujud monster seperti ini, tatapannya begitu dingin menusuk, ia menyuruhku mengikuti, dan aku segera mengekorinya di belakang. sepertinya kali ini aku benar-benar tamat.
Aku sampai di tempat eksekusi, sebuah altar besar yang pernah kupijak di malam papa menghilang. namun kali ini berbeda, aku melihat Linda disana yang sedang dalam keadaan pingsan, terikat di sebuah tiang di tengah altar, bajunya sudah tercabik dan kulit mulusnya sudah tersayat, penuh tetesan darah segar dari luka yang terbuka itu. dan sebentar lagi aku juga akan terikat disana dan merasakan hal yang sama.
Aku segera mengambil tempatku, mama mencegahku melakukan itu, aku bingung, lalu mama mengatakan agar aku mencari Andrio. itu hukuman untukku. Tidak, bukan ini seharusnya. aku tak mau Andrio menghilang seperti papa. Aku berkata pada mama jika aku yang akan mengambil tempat hukuman itu bukan Andrio, saat sedang berdebat dengan mama sialnya yang diomongin malah menelponku. mama segera mengambil ponselku dan mengangkat sambungan telepon. terdengar suara dari seberang sana yang tulus ingin menemuiku.
Mama masih mendengarkan sura dari seberang sana melalui ponselku ini, setelah Andrio selsai berbicara kemudian mama berkata kalau aku akan menemuinya dan mengajaknya kerumah untuk bertemu mama. Setelah itu mama memberikan ponselku lagian segera menyuruhku menemuinya di taman tadi, tetap dengan tatapan menusuknya.
Aku tak mau membantahnya kali ini, atau sesuatu lebih menakutkan akan menimpa pangeran beruang, segera aku pergi keluar dari ruang bawah tanah dan menuju garasi dan segera mengendarai mobilku menuju ke taman untuk menemui Andrio.
tak sampai 25 menit aku sudah sampai kembali di taman, segera aku mencari Andrio disana, ternyata ia masih di tempat yang sama, namu kali ini dia sedang duduk menungguku, segera ku gandeng tangannya dan ku tutup matanya seperti halnya Linda. ia hanya diam menurutku, tak ada perlawanan sama sekali darinya, sepertinya dia sudah pasrah menerimanya.
Aku segera menuju mobil dan bergegas kembali menuju kerumah. Aku hanya diam selama perjalanan menuju kerumah begitu juga dengan Andrio. kami begitu hening berbicara dengan pikiran masing-masing, aku sesekali melihat kearah pangeran beruang ku ini, tangan yang di perban masih memperlihatkan darah dari luka yang kuperbuat semalam.
Setelah sampai dirumah, segera kutuntun Andrio turun dari mobil dan menuju ke ruangan bawah tanah dimana mama sudah menunggu kami disana dengn tetap memperlihatkan wajah monsternya yang menakutkan.
Mama menyuruhku membuka penutup wajah Andrio, dan menyuruhku mengikatnya di tiang bersebelahan dengn Linda yang tengah pingsan. Andrio begitu terkejut dengan keadaan Linda, namun ia tetap tenang dan pasrah. Linda terlihat begitu menggenaskan dan hampir mati, entah apa yang di perbuat mama padanya sampai ia begitu mengucapkan seperti ini.
Aku selesai mengikatnya, kemudian jalan kembali ke mama. mama mengatakan aku harus jadi boneka yang baik, sebagai boneka yang baik aku harus menuruti mama, mama memintaku untuk mengembalikan si buntal pada kawannya, segera kuambil kepala si buntal di galeri ku, kemudian aku kembalikan pada Andrio, ia terlihat bergidik ngeri dan merasa mual melihat kepala dalam toples. aku berharap dia memperlihatkan wajah penuh kebencian atu ketakutan, karena perbuatanku. Agar aku bisa melupakan hal semalam dan aku bisa terobsesi menyakitinya lagi. Namun yang terlihat justru wajah tenangnya lagi. mata coklatnya meredip membuatku hati murniku kembali melesak keluar dari cengkraman monster di tubuhku.
Mama segera menyuruhku mendekat padanya melihat mata Andrio, kemudian tiba- tiba mama mengikat tanganku dengan kencang hingga aku tak bisa bergerak, kali ini posisi kami benar-benar berhadapan mama membuka perban di tangan Andrio dengan kasar, kemudian menancapkan sebuah pisau kecil ke luka yang masih menganga itu dan membuatnya berteriak kesakitan, aku berusaha untuk tetap bersikap datar dan tak acuh agar mama tak menghukumnya lebih lagi. aku tak mau hal yang sama terulang lagi.
Kemudian mama mencabut pisau kecil itu dan mendekati, mengusapkan darahnya padaku, lalu merobek baju yang kukenakan sehingga terlihatlah tubuhku yang penuh bekas luka di depan mata pangeran beruang. Aku hanya diam saja dan berusaha menjadi boneka baik. kemudian mama dengan tiba-tiba mencambuk kami berdua secara bergantian dengan cambuk yang selalu di buat untuk menghukumku selama bertahun-tahun dan cambuk ini yang membuat luka pada tubuh dan kembali aku rasakan.
seharian kami disiksa, kemudian Linda mulai siuman dari pingsannya saat aku dan Andrio menerima sengtn listrik dari stungun milik mama, ininhamoir membuatku terkapar, tapi aku sudah pernah merasakan hal ini sehingga tenaga masih bisa menahannya, Andriopun juga kurasa masih bisa menahannya, berbeda dengan Linda yang langsung pingsan, setelah itu mama pergi mengambilkan kami makanan.
ia kembali dengan tiga piring berisi makanan berupa daging hasil masakan mama tentunya. mama menyuapiku terlebih dahulu aku memakannya dengan lahap, karena aku merasa lapar tentunya setelah menerima hukumanku. Andrio mual melihatnya, karena ia tahu apa yang aku makan setelah aku mengatakan padanya tadi saat menjemput Linda. ia tak mungkin mau memakan daging kawannya sendiri.
Aku selesai, kini giliran Linda memakan masakan mama, awalnya ia merasa ragu memakannya, namun setelah 3 kali suapan ia mulai menikamtinya. mama membuka ikatan pada tanganku, dan menyuruhku menyuapkan makanan yang tinggal satu-satunya pada Andrio, kemudian aku segera melakukannya. Andrio awalnya menolak kemudian cambukan mama mendarat ke tubuhnya. ia kemudian terpaksa membuka mulutnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca ia memakan daging kawannya ini, aku menyuapinya sesuap demi sesuap dengar perlahan agar ia tak tersendak. mama menginginkan semua makanan harus habis tak bersisa, walau daging secuilpun tak boleh ada. semua harus bersih.
Selesai semua, mama mengikat tanganku kembali, setelah itu mama meninggalkan kami bertiga, setelah mama keluar pangeran beruang tak bisa menahan air matanya, ia memperlihatkan wajah bencinya, tidak kepadaku tapi pada mama. ia sepertinya sangat ingin membalas mama sepertinya, berbeda dengan Linda ia begitu menikmati hukuman ini, karena katanya dengan menahan semua ini lah dia merasa sedikit lagi menuju obsesinya, ia yakin tokoh yang ia kagumi akan segera melihatnya berubah.