Chereads / TOK TOK / Chapter 5 - Chapter 5

Chapter 5 - Chapter 5

▬▬▬▬▬▬ஜ۩۩ஜ▬▬▬▬▬▬

Akhirnya Aku selesai di rawat beberapa menit setelah aku bertengkar dengan Angga. Awalnya ia mengancam akan meninggalkanku sendirian jika aku tidak mau berhenti berteriak dan mengatainya bodoh tapi aku membalikkan pernyataannya.

"Lalu, jika siswi itu datang lagi dan ingin mencelakaiku, apa kau akan bertanggungjawab?"

"Tergantung. Karna sekarang masalah ini hanya antara kau dan gadis gila itu. Selama yang mencelakaimu bukan Lucia, Aku tidak berhak melakukan apa-apa." Setelah mendengar itu, aku kembali menyumpah serapahinya.

"Tapi gadis gila itu suruhan Lucia dan dia tidak akan segan-segan berbuat sesuatu jika dia melihatku."

Aku berharap usahaku mengusir Angga dari sebelah bangkuku berhasil. Aku tidak suka hidup seperti ini. Cukup satu orang yang menerorku siang-malam dan itu saja aku belum tau maksudnya apa.

"Kau membuatku frustasi. Kau tahu betul bahwa aku akan dalam masalah besar jika kau terus-terusan berada di dekatku."

"Jadi kau menyalahkanku??"

"Tentu saja karna ini bukan salahku."

"Kalau begitu kenapa bukan kau saja yang pindah ke tempat lain?"

Aku diam dan berpikir sejenak. Kenapa aku tidak memikirkan itu sejak awal? Tapi egoku mengambil alih. "Enak saja! Aku yang pertama berada di bangku itu. Kau yang harusnya pindah."

"Oke oke. Aku lelah dengan masalah tempat duduk ini." Jawabnya lalu menyandarkan tubuh ke kursi.

"Kembalilah ke kelas! Aku tidak mau Lucia kembali berpikir yang macam-macam dan melakukan sesuatu yang lebih buruk dari ini."

"Tidak mau! Jika aku harus kembali ke sana, itu harus denganmu dan jika aku harus belajar di kelas itu, itu harus di sebelahmu."

Menyerah. Aku pun memutuskan untuk tertidur sambil menunggu mata pelajaran pertama selesai. Tidak masalah jika aku melewatkan satu pelajaran karna aku memang tidak pernah memahaminya tapi lain lagi dengan Angga. Aku sedikit khawatir dia akan mengalami kesulitan saat ujian nanti dengan posisinya sebagai siswa baru di sekolah ini. Tapi, ia sendiri yang memilih untuk meninggalkan kelas jadi terserah dia saja. Aku tidak akan pernah bisa menang berdebat dengannya.

Aku merasakan mataku lelah dan mulai terpejam. Kasur UKS yang awalnya keras bak kayu yang disusun lalu dilapisi kain berubah menjadi kapas yang dibawahnya terdapat hamparan rumput hijau yang luas dan menandakan bahwa aku sudah berada di dunia mimpi.

"Kau penipu. Wajahmu, tingkahmu, bahkan senyum dan air matamu semuanya palsu. Bagaimana bisa kau menahan diri sejauh ini??"

****

Angga membangunkanku dan menanyakan apa aku sudah merasa baikan. Dengan setengah kesadaran, aku mengangguk singkat. Jiwa ku masih menerka-nerka dimanakah gerangan diriku ini berada. Dan luka di lenganku pun mengingatkanku akan kejadian tadi pagi. Aku mendesah letih sambil di bantu Angga untuk berdiri.

"Tunggu." Aku menahannya.

Aku melepaskan rangkulannya dari bahuku dan berjalan ke arah cermin di ruang UKS tersebut. Aku menata pakaianku dari atas ke bawah dan kecewa melihat rambutku yang sudah tidak terbentuk. "Aku seperti berandalan jika seperti ini." Ocehku kesal.

"Ya kau tinggal memperbaikinya."

Aku baru ingin berbalik dan pergi dari sana, Tapi Angga datang lalu dengan tubuh jakunnya, Ia berdiri menjulang bak tiang listrik di hadapanku. Jarak kami sangat dekat sehingga aku mengambil satu langkah mundur ke belakang. Aku mendongak menatapnya yang juga balik menatapku. "Apa?"

Aku tidak bisa membaca arti tatapannya seolah ia memang tidak untuk aku mengerti. Kedua tangannya terangkat lalu terulur menyentuh kepalaku. Aku menunduk dengan mata membulat tak paham. Didepanku, aku hanya bisa melihat seragam Angga dengan name tag Firlangga Adiyaksa di dadanya. Dan dengan perlahan ia mengelus rambutku untuk merapikannya. Sesekali ia tampak menatap cermin untuk melihat hasilnya. Ia menyisir rambutku dengan tangannya tanpa menyakitiku sama sekali. Sampai aku sadar, Angga adalah tipe orang yang menyerang orang lain melalui perkataan bukan tindakannya.

Suasana sedikit canggung karna aku yang hanya diam tanpa mengucapkan terima kasih atau setidaknya memarahinya karna menyentuh rambutku seenak jidat. Tapi nyatanya. Lidah__tidak! Seluruh tubuhku beku menerima usapan lembut Angga di kepalaku. Aku hampir terlena tapi tidak jadi karna ia langsung memundurkan tubuhnya dan memintaku berbalik. Aku berbalik dan ia bertanya. "Apa sudah benar?"

Aku sekali lagi mendongak hanya untuk menatapnya yang menjulang di belakangku lalu mengangguk. "Ayo pergi! pelajaran selanjutnya akan masuk. Aku tidak mau ketinggalan pelajaran lagi kali ini."

Aku mendengus jengkel. Memangnya siapa yang menyuruhnya untuk menungguiku di UKS. Dasar bodoh!

Di koridor, aku memintanya berhenti memegangiku, Dan setelah ku ingat-ingat hanya tanganku yang terluka bukan kakiku. Jadi kami berjalan dengan jarak setengah meter di tengah. Beberapa orang lewat dan menyapa Angga seperti teman lama. Beberapa lagi mengajaknya untuk bergabung di beberapa eskul terkenal di sekolah. Awalnya, aku ingin meninggalkanny dan melanjutkan perjalanan kekelas sendirian tapi dia melarang. Katanya Aku adalah tanggung jawabnya dan membuat orang-orang yang tadi menyapanya bingung dan menggoda kami berdua sebagai sepasang kekasih.

Aku marah dan muak tapi tetap menunggunya meskipun ada beberapa__bukan beberapa tapi segerombolan siswi datang dan memberikan kotak makan siang pada Angga. Di antara semua hal yang kami lalui selama perjalanan, inilah yang paling aku benci. Saat aku harus berdiri di pojok seperti orang bodoh menunggu sesuatu yang tak pasti. Aku lebih marah lagi saat tau Aya sama sekali tidak datang bahkan sekedar hanya untuk mengunjungiku di UKS. Aku tau ini masih jam pelajaran tapi setidaknya ia bisa meminta izin untuk menemuiku sebentar.

Aku tersadar dari lamunanku saat beberapa siswi tidak sengaja menyenggolku dan membuatku terhuyung membentur tembok koridor. Angga masih sibuk melayani mereka semua dan aku tidak tau berapa banyak lagi yang akan datang meski jam belum menunjukkan waktu istirahat.

Aku menunggu sedikit lebih lama lagi berharap ada guru yang lewat dan membubarkan meet and great dadakan ini.

1

2

3

Bahhh...

Angga tiba-tiba muncul dan mengagetkanku. "Hahaha Ayo pergi!" Ajaknya memimpin jalan.

Aku mengekor di belakangnya dan ku sadari bahwa gerombolan siswi tadi masih berdiri di belakang dengan pandangan lapar padaku. Aku takut, Sungguh. Bagaimana jika seluruh sekolah membenciku karena Angga?

Aku membuyarkan khayalan paranoidku dan mempercepat jalan ke kelas. Tidak sengaja, aku menabrak salah satu kakak kelas di tangga ke lantai dua. Aku meminta maaf dan menyesali kebodohanku karna tidak memperhatikan jalan dengan baik. Tapi kakak kelas yang baru kuperhatikan ternyata lumayan tampan itu hanya berkata. "Haha tidak apa-apa. Ini juga salahku karna tidak hati-hati saat menuruni tangga."

Aku terkekeh dan pamit pergi dari hadapannya. Tapi dia tiba-tiba menahanku. Ia bilang. "Apa kau orang yang dikabarkan dekat dengan anak baru itu kan?"

Aku tidak tau bahwa duduk bersebelahan dengan seseorang bisa membuatku terkenal secepat ini. Tidak tau mau jawab apa, Aku hanya bergumam bodoh dan tidak sengaja melihat Angga yang berjalan menuruni tangga. "Heii kau mau terlambat masuk kelas? Ayo cepat!" Karna teriakannya, aku dan kakak kelas itu menatapnya dan aku pun segera pamit dan menyusul Angga yang sudah berjalan duluan di depan.

Aku mensejajarkan langkahku dengannya. Tapi dia tiba-tiba berhenti yang otomatis membuatku juga ikut berhenti. Ia menoleh dan bertanya. "Tadi itu siapa?"

"Kakak kelas." Jawabku seadanya. "Kau mengenalnya?" Aku menggeleng seperti seorang penjahat yang sedang diinterogasi.

"Apa dia mengatakan sesuatu padamu?"

"Dia hanya bertanya, Apa aku orang yang denganmu dan Ya__dia hanya menanyakan berita aneh yang kau sebar di lantai bawah tadi. Kenapa kau menanyakan itu? Apa kau mengenal kakak kelas itu? Sepertinya dia baik." Jelasku lalu balik bertanya padanya.

"Tidak. Aku tidak mengenalnya."

Setelah mengatakan itu, ia lanjut berjalan bersama denganku yang mengikutinya dari belakang. Kami sampai di depan kelas, dan aku meminta Angga untuk dia saja yang membuka pintu dan meminta izin untuk masuk ke kelas. Namun, saat kami membuka pintu, ternyata tidak ada orang. Dan aku pun baru sadar, hari ini ada jadwal olahraga dan materinya adalah renang. Pantas saja Aya tidak menjengukku sama sekali.

"Kemana semua orang? Apa kita di pulangkan lebih awal?" Tanya Angga bodoh.

"Bodoh!" Umpatku. Aku berjalan melaluinya menuju ke bangku ku. "Hari ini ada pelajaran olahraga materi renang, mereka semua ada di gedung olahraga sekarang."

"Apa?? Dan kau baru bilang sekarang?"

"Memangnya kenapa? Apa ini kesalahanku lagi? Aku juga lupa kalau hari ini pelajaran olahraga. Untung aku ke UKS, kalau tidak Lucia pasti akan melakukan sesuatu lagi padaku nanti."

"Huhh... Kau membuatku ketinggalan dua mata pelajaran sekaligus."

Dengan kesal, aku menendang kursi yang ia duduki di sebelahku. "Berhenti menyalahkanku dan aku tau kau bukannya ketinggalan dua pelajaran tapi enam pelajaran karna kau tidak hadir kemarin. Tidak usah berpura-pura sangat peduli tentang nilai-nilaimu di sekolah. Bahkan jika kau tidak pernah masuk pelajaran sekalipun kau pasti akan tetap naik kelas, beda denganku."

"Maksudmu?"

"Kau tau sistem setiap sekolah. Siswa populerlah yang selalu mendominasi. Mereka di puja layaknya dewa dewi sekolah dan apapun yang mereka lakukan tidak pernah salah dimata orang sekolah. Karna itu, saat kau melaporkan Lucia ke BK hari itu, aku takut. Aku takut semua orang akan membelanya dan mengucilkanku di sekolah. Karna itu..." Tanpa sadar aku meneteskan air mataku.

"Karna itu,. aku mohon jika kau tidak ingin melindungiku, jangan jebak diriku dalam masalah yang lebih parah lagi. Aku bilang aku bukan gadis lemah. Ya... itu memang benar. Karna maksudku adalah aku tidak lemah tapi sangat lemah. Aku__."

"Cukup! Berhenti memandang dirimu serendah itu." Angga beranjak dari tempat duduknya keluar kelas. Tap sebelum itu ia berhenti di dekat pintu dan berkata. "Jalani hidupmu sesuai keinginan hatimu."

Dan ia pun pergi entah kemana. Aku sendirian di kelas jelas takut jika sewaktu-waktu gadis gila itu akan kembali dan melakukan sesuatu padaku. Jadi, aku mengambil ponselku dan mendengarkan lagu dari sana. Kubaringkan kepalaku ke meja dan menjadikan tas ku sebagai alas. Aku akan bangun saat jam istirahat tiba.

****

"Hei bangunlah! Apa kau mau disini semalaman?"

"HAHHH??!!!" Aku bangun dengan peluh di seluruh wajahku. Aya mencoba menenangkanku dengan menawariku sebotol air. Aku pun meminumnya hingga tersisa setengah. "Kemana semua orang?" Tanyaku mendapati kelas yang kosong dan hanya ada kami berdua di dalamnya.

"Sudah pulang."

"Apa??!! Kenapa? Apa kita dipulangkan lebih awal?"

"Apa maksudmu? Lihat langitnya! Ini sudah jam 3 sore. Apa kau masih mau berada di sini?"

"APA??!!KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBERITAHUKU? APA AKU MELEWATKAN SEMUA PELAJARAN?? APA AKU AKAN DIHUKUM KARNA ITU?"

Aku panik dan berteriak tidak peduli satpam akan marah atau tidak. "Cia! tenanglah!! Kau baru disini beberapa menit yang lalu. Dan semua guru tau kau sedang sakit dan berada di UKS seharian ini jadi tidak akan ada yang menghukummu. Oke? Ayo kita pulang sekarang!!"

"Kau salah! Aku ada disini sejak jam olahraga di mulai dan aku tertidur karna lelah disini."

"Sepertinya kau benar-benar sakit. Kau bisa tanya pada semua orang besok di kelas ini. Kau tidak pernah kesini, kau hanya di UKS bersama Angga yang menjagamu dan dia juga yang sudah membawamu ke sini agar aku bisa membangunkanmu."

"Tidak! bukan itu yang terjadi. Aku bersumpah saat jam pelajaran pertama berakhir, aku dan Angga meninggalkan UKS dan masuk ke kelas tapi karna semua orang tidak ada jadi aku tertidur dan Angga langsung keluar entah kemana. Kenapa aku bisa kembali ke UKS?"

Aya mencoba menenangkanku. "Cia! Dengarkan aku! Saat ini kau sedang sakit, kau butuh istirahat yang akan membuatmu merasa lebih baik. Oke?"

"Tapi__."

"Aya! Jemputanmu sudah datang. Kau bisa pulang, aku yang akan mengantar Cia sampai ke rumahnya. Aku membawa motor hari ini."

Aku masih terdiam di tempat. "Syukurlah kalau begitu. Cia, aku akan pulang duluan. Sampai jumpa besok dan jangan lupa istirahat. Bye." Pamit Aya meninggalkan aku dan Angga di kelas.

Aku menatap ponsel dan buku-bukuku yang sudah tersusun rapi di tasku jadi aku langsung membawanya. "Apa yang__."

"Kau bisa bertanya nanti, biarkan aku mengantarmu pulang dulu."

Aku menolak dengan tegas karna lelah bertingkah seperti orang bodoh yang tidak tau apa-apa. "Tidak perlu! Aku bisa pulang sendiri."

Aku berjalan melewatinya tapi dia malah mencekal tanganku dan menyeretku ke parkiran sekolah. Ia membuka bagasi motornya lalu menyerahkan helm kepadaku. Aku menerimanya dan langsung menggunakannya tanpa membantah sedikitpun. Aku tau tidak ada gunanya bersikap keras kepala sekarang. Aku hanya ingin pulang. Seluruh tubuhku lelah karna banyaknya drama bahkan kejadian aneh yang terjadi hari ini. Setelah memasang helm dan menyalakan mesin motornya, Angga menyruhku naik dan mengantarku pulang.

Ini aneh. Hari pertama kami berkenalan yang aku tahu Angga adalah orang yang ramah bahkan jika kau merendahkannya sampai batas yang tidak bisa kau bayangkan. Tapi hari ini aku melihat Angga yang lain. Angga misterius, sarkastik, dan sulit di mengerti kecuali di depan orang lain. Contohnya saat didepan gerombolan siswi di koridor, Angga menunjukkan sikap seperti pada awal aku mengenalnya tapi sekarang aku tidak tau.

Angin menerbangkan sebagian rambutku yang keluar dari helm dan dari sini aku bisa mencium aroma khas Angga yang dapan mengikat hati siapapun yang menciumnya. Aroma yang memiliki ciri khas sendiri dengan berjuta pesona didalamnya. Tanpa sadar, aku bahkan merapatkan wajahku yang tertutupi helm ke punggung Angga. Ia tampak sedikit tersentak tapi aku tidak peduli dan berpura-pura tidur untuk sementara waktu.

Aku membuka mataku yang terpejam saat motor Angga berhenti tepat di depan rumahku. Aku turun lalu berbasa basi dengan menawarinya masuk dan minum sebentar tapi dia tau harus apa dan langsung menolaknya. Ku rasa itu keputusan yang bijak. Aku tidak tau apa setelah ini, Angga akan lebih memperlihatkan sifat aslinya atau tidak tapi yang aku tau saat ini adalah di menjadi sesuatu yang misterius di kepalaku yang sama sekali tak berguna. Ia seperti teka teki yang sulit di pecahkan.

"Aku tau kau berpura-pura tidur tadi." Ucapnya tiba-tiba.

Aku malu tapi mencoba menutupinya. "Kau berhutang banyak penjelasan padaku." Dan topik ini pun berhasil mengeluarkanku dari pembicaraan yang akan membuatku berakhir menyemplungkan diri ke laut.

"Hufttt... Aku tidak tau kenapa tapi kau tau? Setiap aku melihatmu aku seperti mendapat kewajiban untuk melindungimu. Kau jangan salah paham. Perumpamaannya, aku melihatmu seperti adik kecil. Adik kecil yang harus aku lindungi dari semua orang jahat di dunia."

"Kenapa? Apa aku terlihat lucu atau imut di matamu? Haha." godaku mendengar ungkapan tiba-tibanya.

Dia mendorong kepalaku sekali. "Hentikan itu bodoh!! Aku akan pulang sekarang. Pastikan kau tidak memanggang tanganmu sendiri di wajan dan membakar rumah peninggalan keluargamu ini?" Nasehat Angga sambil memakai helmnya kembali.

"Kau pikir aku berumur berapa? Hah?? Apa aku akan melakukan tindakan sebodoh itu?"

"Jangan marah. Aku hanya bercanda. Baiklah, aku akan pulang sekarang. Kau masuklah dan kunci pintu baik-baik. Selamat tinggal."

Aku melambaikan tangan mengiringi kepergian Angga. Kemudian keadaan kembali sunyi kembali. Aku menengadah menatap langit di atas. Mungkin, aku memang butuh istirahat sekarang.

*****

▬▬▬▬▬▬ஜ۩۩ஜ▬▬▬▬▬▬