▬▬▬▬▬▬ஜ۩۩ஜ▬▬▬▬▬▬
Argghhh.--jeritan mengerikan bergema di setiap ruangan di tempat itu.
"Upss...maafkan aku. Aku tidak sengaja." Dengan wajah terkejut pura-pura orang itu berkata. "Satu lagi ya? sabar. Ini tidak akan terasa sakit." Dan jeritan itu kembali terdengar di sela-sela suara jangkrik yang menemani malam sang korban yang hidupnya akan berakhir sebentar lagi.
Singkatnya, si pelaku baru saja menancapkan dua garpu makan ke kepala sang korban. Hei... Jangan mengatakan dia jahat. Justru dia lebih baik dari pada pelaku lain di luar sana. Mereka hanya pembunuh amatiran.
Si pelaku berdecak sebal melihat korbannya sudah tidak bergerak setelah ia sudah bersusah payah memasukkan gergaji ke tubuh korbannya dan itu tepat di jantung orang itu berada.
Ia menarik gergajinya keluar dari tubuh korbannya lalu pergi dari sana.
Menyebalkan.--batinnya sambil menatap ke arah tembok gelap di ujung gang tersebut.
"Pem-bu-nuh." Ucap seseorang yang tengah bersembunyi di balik tembok besar di gang tersebut dengan pelan.
****
Alarmku terus berdering sejak 40 menit yang lalu tapi aku tidak peduli. Aku tidak ingin ke sekolah hari ini. Aku pengecut. Ya, memang benar, lalu kenapa? jika dengan bolos sehari aku bisa mengamankan nyawaku kenapa tidak. Toh, mungkin hanya Aya yang akan sadar aku tidak di sana.
Oh iya aku lupa anak baru itu. Ku harap dia tidak lagi berulah. Kejadian kemarin benar-benar tidak akan pernah bisa ku lupakan. Kemarahan yang terpancar dari wajah Lucia dan sikap sok jagoan Angga yang ingin aku hajar sampai babak belur.
Aku bangun dari tempat tidur dengan rambut yang acak-acakan dan mengingat apa saja yang terjadi kemarin. Ahh aku ingat, setelah Lucia dan antek-anteknya keluar. Aku juga menyusul mereka keluar dan disitulah aku bertemu Angga yang tiba-tiba menarik dan membawaku ke ruang BK secepat mungkin.
Aku terkejut dan melongo tak paham. "Bu, saya mau melaporkan tindakan pembullyan yang dialami oleh teman saya, Cia." dan Yapp itulah alasan mengapa sekarang aku masih dirumah, bersantai-santai, bahkan tidak ingin beranjak dari tempat tidur yang sangat nyaman ini.
"Aku lapar." monologku.
Tapi aku baru ingat, belum sempat membeli bahan makanan apapun. Sejak kemarin, aku hanya makan di luar. "Huaaa dasar bodoh! kalau seperti ini aku akan kelaparan sampai besok."
Aku merengek lalu berguling-guling hingga tempat tidurku sudah tidak berbentuk lagi. Dan_tak!! Suara benda jatuh tapi aku tidak tau itu apa. Aku kembali berguling lalu melihat ke samping kolong tempat tidur. "Nah betul juga! aku kan punya ponsel. Kenapa aku tidak beli makanan saja di luar?"
Dengan lihai, aku memilih segala jenis makanan yang terlihat lezat tanpa peduli seberapa banyak yang ku pesan. Biar saja aku tambah gendut, tohhh aku bakal mati juga nanti. Sambil menunggu makanan datang, aku mandi lalu menonton kartun di tv.
Tidak berapa lama kemudian, makananku pun sampai dan dengan cepat aku membukakan pintu dan bertemu dengan kurir pengantar namun aku tidak langsung mengambil makanan itu karna perhatianku justru teralihkan oleh jaket yang dia kenakan. Itu jaket yang sama yang digunakan orang minsterius itu beberapa hari yang lalu. Kurir itu menegurku." Mbak, ini makanannya. Silahkan di ambil. Saya masih ada pekerjaan lain."
Tersadar, aku pun segera mengambil makanan pesananku lalu menutup pintu tak lupa menguncinya. Mungkin ini hanya paranoid ku saja tapi tinggal sendiri seperti ini membuatku lebih waspada dari pada sebelumnya. Aku berjalan ke dapur lalu meletakkan makanan di meja. "Akhh aku tidak boleh berpikir yang bukan-bukan. Itu pasti orang lain." Aku baru akan memindahkan makananku ke piring tapi terhenti karna suara ponselku yang mengisi seluruh ruangan.
Aku mengambilnya lalu melihat telpon dari tempatku memesan makanan tadi. "Halo, saya sudah--."
Sebelum aku menyelesaikan kalimatku. Orang di sebrang sana sudah memotong. "Maaf mbak, pesanannya di batalkan karna kurir yang mengantar makanan mbak kecelakaan di jalan dan harus di larikan ke rumah sakit. Kami akan mengganti kerugian dan mengantar makanan mbak sedikit lebih lama. Sekali lagi kami meminta maaf dan akan segera mengirimkan yang baru untuk mbak. Terima kasih." Begitulah akhir dari pesan suara tersebut.
Aku melongo tak percaya. Jika makanan yang ku pesan sedang bermasalah lalu dari mana semua makanan itu datang? Ohh Astaga kumohon bukan orang itu yang melakukan ini? Apa dia memata-mataiku? Apa dia tau semua yang kulakukan? Aku benar-benar dalam masalah yang besar.
****
"Hei!! kau bolos dan sekarang kau meneleponku? Apa kau tidak berpikir seberapa bosan aku saat kau tidak di sini? Hari ini benar-benar menyebalkan." gerutu Aya di sebrang telpon.
Aku memutar bola mata malas. "Tenanglah. Aku bolos untuk menyelamatkan diriku sendiri. Apa itu salah? lagi pula kenapa kau bosan? bukannya jika aku tidak ada kau bisa berduaan dengan Angga tanpa gangguan dariku benar kan?"
"Justru itu masalahnya." Kata Aya. "Maksudmu?"
"Ya maksudku tadinya aku memang ingin belajar bersama dengan Angga. Entah ada kau atau tidak. Tapi bukan cuma kau yang tidak ke sekolah hari ini, Angga juga dan Lucia mendatangiku lalu mengira bahwa kau dan Angga sedang berduaan dan aku berusaha menyembunyikan kalian berdua?"
"Apa? aku dan Angga?? Omong kosong apa ini? Apa Bitch itu sudah gila? Aku sudah bilang kepadanya bahwa aku tidak ada hubungan apapun dengan murid baru itu. Arghh kenapa juga si Angga itu tidak datang ke sekolah?" Kesalku.
"Entah. Guru bilang dia ada urusan dengan keluarganya tapi aku tidak tau setelah ini kau bisa aman dari Lucia atau tidak."
"Astaga. Kepalaku benar-benar pusing sekarang. Bisakah kau ke rumah ku? Aku harus memberitahumu banyak hal." Ajakku ke Aya. Sepertinya aku harus menceritakan kejadian tadi pagi kepadanya. "Tentu. Aku akan datang dalam 15 menit."
"Baiklah. Hati-hati." Dan sambungan telpon pun terputus. Bahkan saat aku tidak disana, dengan mudah murid baru itu memberiku masalah tanpa kehadirannya.
Angga.....
Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku???
▬▬▬▬▬▬ஜ۩۩ஜ▬▬▬▬▬▬