Hari sudah berubah gelap, siang kini berganti malam. Kisha sedang bersiap untuk acara makan malam dengan rekan bisnis kakaknya, sebagai pengganti kakaknya tentu saja Kisha harus bisa menjalankan perannya ini dengan baik.
Dengan dress marun dengan tali spageti, sangat cocok sekali di tubuh Kisha yang putih itu. Rambut hitam panjangnya yang di biarkan tergerai dengan sedikit kepangan di sampingnya, menambah kesan anggun pada dirinya. Heels hitam dan tas selempang kecilnya sangat pas, Kisha terlihat cantik dan anggun di saat yang bersamaan.
Kisha merias sedikit wajahnya, hanya menambah lipbalm saja ia sudah terlihat sempurna. Setelah merasa puas dengan penampilannya, Kisha melangkah keluar dari kamarnya.
Tepat setelah menuruni anak tangga bagian paling bawah, Kisha mendengar suara dari kakak kesayangannya yang memanggil dirinya. Kisha menoleh dan mendapati kakaknya di meja makan, sedang menikmati makan malam bersama mona.
"ada apa kak?" tanya Kisha pada Kiano.
"kau cantik sekali, mau kemana?" balas Kiano bertanya.
"salah kau membuat jadwal yang begitu padat, aku akan menggantikanmu makan malam dengan Tuan Charles." jawab Kisha jujur.
"apa kau benar-benar mengerjakan semuanya?" tanya Kiano lagi terkejut.
"ya" jawab Kisha seadanya.
Kiano benar-benat tidak habis pikir dengan adiknya itu, bagaimana bisa adik kecilnya itu meluluhkan hati para rekan kerjanya yang rata-rata keras kepala?
"apa semua berjalan lancar?" tanya Kiano lagi ragu.
Kisha menatap kakaknya malas, sejak tadi kakaknya itu seakan tidak percaya dengan apa yang ia lakukan.
"sudahlah kak, kau percaya saja padaku. Akan ku pastikan, semua pekerjaan itu akan selesai dengan baik." jawab Kisha menegaskan.
Kiano terdiam sepertinya ia merasa bersalah karna sudah meremehkan dan tidak mempercayai adiknya itu, Kiano tersenyum dan melangkah mendekati Kisha. Lalu ia membelai rambut Kisha, hal itu membuat Kisha tersenyum.
"baiklah, kakak percaya kamu akan menyelesaikan semuanya." ungkap Kiano serius.
Kisha merasa hatinya mendapatkan cahaya baru, setitik cahaya yang menyinari seluruh kegelapan dalam hatinya itu.
"terima kasih, aku pamit dulu. Kakak istirahat saja, biarkan aku menggantikanmu melakukan tugas-tugas itu." balas Kisha tenang.
"ya, aku mengerti. Berhati-hatilah." ingat Kiano pada Kisha.
Kisha tersenyum sesaat, lalu ia melangkah meninggalkan Kiano untuk menghadiri perjamuan yang sudah di jadwalkan itu.
.
.
.
.
.
Kisha tiba di mansion tuan Charles, tempat dimana rekan kerja kakaknya tinggal. Dengan langkah anggun Kisha melangkah memasuki mansion, para pelayan langsung menyambut kedatangannya. Kisha sedikit terkejut, pasalnya isi mansion ini sangatlah mewah dan rapi. Seakan semua di persiapkan untuk menyambut kedatangannya, namun itu hanyalah persepsi Kisha saja bukan?
"selamat datang Nona" sapa para pelayan pada Kisha.
"ya, dimana tuan Charles?" tanya Kisha langsung.
"tuan berada di atap Nona, saya akan mengantar Nona kesana." jawab salah seorang pelayan.
Kisha mengangguk paham, lalu ia mengikuti langkah pelayan di depannya itu.
Pelayan itu membawa Kisha memasuki lift khusus mansion ini, lift tembus pandang yang memperlihatkan pemandangan taman belakang yang indah. Mansion ini terdiri atas 4 lantai utama, dan lantai 5 khusus untuk si pemilik mansion.
Jujur saja, Kisha cukup terpesona dengan keindahan mansion ini. Sungguh mengagumkan bukan? Siapa yang tidak akan terpesona melihat keindahan senyata ini di hadapannya, bahkan untuk seorang putri seperti Kisha.
Lift berhenti di lantai 5, dan pelayan itu tidak lagi berani melangkah keluar dari lift. Kisha memahaminya, lalu ia melangkah keluar dari lift saat pintu lift terbuka.
Pelayan itu kembali ke lantai bawah setelah lift kembali tertutup, sedangkan Kisha merasa bingung harus bagaimana.
"sekarang aku harus kemana?" tanya Kisha pada dirinya sendiri.
Di lantai 5 itu hanya ada ruangan kosong yang kecil dan sempit tepat di depan lift dan sebuah pintu, lalu dimana tuan Charles itu? Dan lagi kenapa tempat ini terasa aneh? Apa benar ini tempatnya? Kisha menatap satu-satunya pintu yang ada disana, dengan ragu-ragu Kisha membuka pintu itu.
Angin berhembus menyambut kedatangan Kisha kesana, dengan langkah pasti Kisha melewati pintu itu. Dan barulah ia menyadari jika tempat itu adalah keindahan yang membuatnya terpesona, jauh dari tembok pertahanannya.
Sebuah meja dan kursi untuk dua orang yang di hias begitu cantik, makanan dan minuman tersedia dengan berkelas, lilin dan bunga menghiasi meja itu. Di kelilingi oleh kelambu tipis yang terikat di keempat tiang penyanggah, jangan lupakan red karpet dengan taburan bunga mawar di atasnya.
Kisha mengagumi keindahan ini, ia menyukainya. Tapi kembali pada tujuannya, ia melupakan kenyataan jika ia hanya membicarakan bisnis disini. Tapi semua ini, bukankah ini lebih cocok untuk sepasang kekasih yang sedang kencan?
Sepasang mata tajam dan gelap terus memandangi gadis di hadapannya yang terlihat bingung, senyum tipis menghiasi bibir sexynya. Dengan setelan jas hitam dan kemeja navy serta celana bahan hitam, membuat pria itu terlihat tampan dan dewasa.
"kenapa kau terdiam disitu? Duduklah, aku mempersiapkan semua ini memang untukmu." ucap seseorang yang membuat Kisha terkejut lagi.
Nada itu, suara itu, Kisha mengenalnya. Tapi, apakah mungkin jika itu dia?
Kisha melirik ke seluruh bagian di sana, tapi ia tidak melihat siapapun. Dimana orang itu, siapa yang berbicara padanya tadi?
Pria itu melompat dan berdiri tepat di belakang Kisha, Kisha merasakan hembusan nafasnya tepat di bahu terbukanya. Rasa terkejutnya ia sembunyikan dengan wajah datarnya, Kisha merasakan ia mengenal pria ini.
"ada apa? Kau tidak menyerangku?" bisik pria itu pada Kisha.
Kisha memejamkan matanya, menahan diri untuk tidak menampar pria itu karna berani menggodanya.
"kenapa kau diam saja? Katakan sesuatu, aku merindukan suaramu Hubby." ungkap pria itu lagi membuat Kisha mendengus sebal.
"hentikan godaan bodohmu itu Michael, aku tidak tertarik." tukas Kisha dengan wajah datarnya.
Benar saja, Michael terkekeh mendengar perkataan Kisha. Gadis yang meninggalkannya di taman kota A, lalu pergi terbang ke London tanpa bicara apapun. Bahkan surat pengunduran dirinya di antaf oleh pelayan mansionnya, dan Michael langsung menolaknya.
Michael berdiri di hadapan Kisha, mereka saling memandang dan meneliti penampilan masing-masing.
"kau sangat cantik Hubby, tak ku sangka kau jadi sangat elegan seperti ini." ungkap Michael dengan sedikit ejekkannya.
"apa pedulimu?" balas Kisha dingin.
"kau memang sangat sensitif sayang, benar-benar mengagumkan." puji Michael pada Kisha.
Kisha memincingkan mata curiga, untuk apa Michael disini? Jangan-jangan ia membunuh tuan Charles, dan sengaja datang untuk menemuinya?
"kau tidak macam-macam dengan tuan Charles bukan?" tanya Kisha menekankan kata 'macam-macam' pada Michael.
Michael kembali terkekeh, ia menggenggam lembut tangan Kisha dan menariknya melangkahi kelopak bunga mawar disana. Michael menarikkan kursi untuk Kisha, dan Kisha hanya menuruti pria itu saja. Lalu mereka duduk berhadapan dengan tatapan membingungkan yang Kisha keluarkan.
"kau tenang saja, aku tidak melakukan apapun pada tuan Charlesmu itu." ucap Michael dengan seringai nya.