Kiano tersenyum, ia menatap Michael dengan tenang. Michael sepertinya sangat mengkhawatirkannya, kedekatan Kisha dengan pria ini sepertinya bagus untuknya. Pria ini memiliki kasih sayang yang terlihat jelas, Kiano senang jika Kisha bisa mendapat rasa sayang dari teman juga.
"hidup ini terlalu banyak tekanan, dan aku salah satu yang mendapat tekanan paling banyak. Dan ya, kurasa itu jalan hidupku." ucap Kiano yang sama sekali tidak Michael pahami.
"aku menderita Chronic Fatigue Syndrom atau sindrom kelelahan kronis. Awalnya aku pikir hanya kelelahan dan kantuk biasa, tapi saat dokter memeriksaku ternyata itulah yang terjadi. Penyakit yang belum di ketahui asal usulnya ini menyerangku, dan tubuhku tidak lagi sama seperti dulu. Aku akan terus melemah, walaupun aku mengonsumsi obat-obatan, psikoterapi, dan terapi fisik, tapi semua akan sama saja. Penyakit ini tidak ada obatnya, dan akan terus menggerogoti hidupku. Aku mohon padamu, sebagai kakaknya Kisha tolong jaga adikku. Jangan sampai ia terluka, atau mengalami hal yang sama sepertiku." jelas Kiano dengan sedih.
Michael terkejut, ia sama sekali tidak pernah mendengar tentang penyakit itu. Tapi melihat kondisi Kiano sendiri, sepertinya penyakit itu sangat berbahaya.
"aku mengerti, kau tenang saja. Aku sudah berjanji, dan aku tidak akan pernah mengingkarinya." jawab Michael meyakinkan.
Kiano tersenyum, ia merasa lega sekarang. Setidaknya jika sesuatu terjadi padanya, adiknya akan tetap aman.
Brakkk..
Sebuah ponsel terjatuh dan hancur begitu saja, dan ya seorang gadis dengan pakaian yang berbeda kini terlihat tajam dan dingin. Wajahnya datar dan penuh kemarahan, sepertinya ia mendengar hal yang tidak seharusnya.
"itu semua bohong, bukan?" gumam Kisha tidak percaya.
Kiano menatap Kisha dengan sendu, begitu pula dengan Michael. Ia tidak sanggup melihat sisi lain Kisha itu, saat dimana teman baiknya itu menjadi rapuh. Air mata mulai mengalir di wajah Kisha, namun ia menghapusnya dengan segera lalu melangkah dengan cepat mendekati Kiano untuk menuntut penjelasan.
"kau berkata bohong kan? Jawab pertanyaanku! Kau bohong kan?!" teriak Kisha, emosinya tidak lagi dapat dikendalikan.
Hening, semuanya terdiam. Mereka semua tidak ada yang ingin menjawab, hanya Kiano yang bisa menjelaskannya.
"maaf Kisha, kakak mengatakan yang sejujurnya." jawab Kiano.
Kisha mundur beberapa langkah, wajahnya datar. Ia tertawa, Kisha tertawa mendengar perkataan Kiano. Kiano, Michael, bahkan Mona terkejut melihat respon Kisha yang malah menertawakan jawaban Kiano. Mereka tidak mengerti, tapi mereka tau jika Kisha pasti merasa hancur.
"lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, dan lagi, kalian semua membohongiku. Kalian semua terus saja membohongiku, seakan aku ini hanya anak kecil yang tidak mengerti apapun! Aku benci! Aku benci semua ini! Aku benci harta, aku benci kekuasaan, aku benci kebohongan, aku benci dunia yang menyiksaku ini. Aku benci kalian semua!" teriak Kisha menyuarakan perasaan yang selama ini ia pendam.
Hatinya hancur saat mendengar kakaknya tidak lagi bisa di sembuhkan, hatinya mati ketika tau ia akan kembali kehilangan lagi. Cahaya di hatinya kian meredup, menutup semua harapan yang selama ini coba ia pertahankan. Hatinya hancur, teramat sakit untuk sekedar menerima kenyataan.
Kisha tenggelam, ia tenggelam dalam kegelapan hatinya. Dirinya yang dingin dan kejam pun mulai bangkit, senyum sinis dan kejam mulai menghiasi bibirnya.
"kau harus tetap hidup, atau aku akan mati disaat yang sama denganmu!" titah Kisha nyata dan mutlak, dengan suara dingin nan menusuknya.
"tidak Kisha, kau tidak boleh lakukan itu. Kisha, kakak tidak mau kau terluka. Kisha dengarkan aku!" teriak Kiano yang diabaikan oleh Kisha.
Kisha terus melangkah meninggalkan mereka, lalu ia mengunci dirinya dalam kamar. Seperti hatinya yang terkunci di kegelapan, seperti itu juga Kisha mengurung dirinya dalam kamarnya yang sangat gelap. Tidak ada sedikitpun cahaya yang di biarkan masuk, Kisha semakin tenggelam dalam kegelapan.
Hancur, seluruh dunianya hancur. Harapan, kasih, cinta, tawa, sinar, semua bagai lenyap dalam dirinya. Kisha terus tersungkur di lantai, memeluk lututnya menyelam jauh dalam kegelapan.
Di sisi lain, Kiano, Michael, dan Mona amat sangat terkejut melihat sisi lain dari diri Kisha yang tiba-tiba bangkit. Mereka tidak menyangka jika akan seperti ini jadinya, bahkan Michael sekalipun yang berkawan dengan kegelapan merasa bergetar melihat perubahan Kisha yang amat singkat itu.
Kisha yang santai, menggemaskan, dan pintar itu kini lenyap dan berganti menjadi tajam, dingin, dan terlihat kejam. Kenapa? Kehancurannya yang kesekian kali pasti membangkitkan sisi gelap dirinya, Kisha tidak lagi menerima cahaya apapun.
Mereka semua masih terdiam, tidak ada satu suarapun keluar dari bibir mereka. Namun Michael memecahkan keheningan, ia memilih pamit dan kembali ke kediamannya.
Kiano mengangguk, Michael pun meninggalkan mansion Almora. Jujur saja, Michael amat merasa sakit melihat temannya berubah dalam waktu sekejap. Seakan dirinya yang dulu hanyalah bayangan dari dirinya saat ini, padahal nyatanya dirinya saat ini hanyalah bayangan kelam dari kesedihan Kisha sendiri.
Michael tau betapa hancurnya Kisha, ia pernah merasakannya dulu dan semua benar-benar diluar kewarasannya. Tapi Kisha, dia terjatuh lebih dalam di bandingkan Michael dulu. Michael melirik ke arah dimana kamar Kisha berada, sungguh hanya kegelapan yang dapat Michael lihat.
"kuharap kau tidak jatuh lebih dalam lagi Kisha, atau kau akan tenggelam selamanya." gumam Michael khawatir.
Michael meninggalkan kediaman Almora, dan melajukan mobilnya menuju kediamannya sendiri.
.
.
.
.
.
Sebulan berlalu sejak hari itu, Kisha tetap melakukan pekerjaannya dengan baik di perusahaan. Kisha juga terus memantau perkembangan kesehatan kakaknya, hanya saja kini sifatnya menjadi lebih dingin dan sangat jarang bicara pada siapapun termasuk Kiano.
Kisha bahkan membawa dokter khusus dari rumah sakit pribadinya di kota A untuk merawat Kiano secara pribadi, ia sangat memperhatikan setiap detail kesehatan kakaknya itu. Dan sampai saat ini, Kisha belum bertemu kembali dengan Michael temannya itu.
Pria itu seakan menghilang setelah kejadian itu, dan Kisha sendiri seakan tidak peduli dengan hal itu. Fokus utamanya saat ini hanya Kiano dan mungkin saja dendamnya, tidak ada hal lain lagi yang ia pikirkan selain kesehatan kakaknya.
Sisi lain Kisha ini amat keras, ia kejam dan berhati batu. Karyawan yang ketahuan berkhianat, langsung di bereskan dengan rapi. Oleh tangan Kisha sendiri, dan ia tidak menyesali perbuatan kejamnya itu. Kisha benar-benar menjadi orang lain, bukan lagi dirinya yang dulu.
Bahkan Kiano sendiri tidak tau harus bagaimana lagi untuk membujuk adiknya itu, ia merasa Kisha sangat menderita dalam kegelapannya.
Kiano tau, Kisha sudah mengalami banyak kesedihan selama ini. Bahkan di hari bahagianya pun ia sangat menderita, Kisha tumbuh menjadi gadis yang berbeda. Kiano menyerah akan perubahan Kisha, ia tidak mengerti lagi bagaimana caranya untuk mengembalikan Kishanya seperti dulu.