Chereads / UNCOVER / Chapter 44 - Perubahan Besar

Chapter 44 - Perubahan Besar

Kisha memasuki ruangannya setelah makan siang, ia lalu duduk di kursi kebesarannya. Lalu membuka lembar demi lembar berkas di hadapannya dengan wajah datar, setiap kata dalam lembaran itu ia baca dengan teliti.

Sudah hampir semua berkas Kisha tanda tangani, kini hanya tersisa satu lembar lagi yang masih di baca. Namun mata Kisha memincing tajam, wajahnya mengeras dan tatapannya semakin tajam. Kala matanya menemukan sesuatu yang tidak mungkin di sadari orang awam biasa, tapi Kisha pasti menyadarinya. Karna itulah ia marah, dan amat marah melihatnya.

"dia mau membodohiku lagi? Dia benar-benar minta dihabisi." gumam Kisha dengan tajam dan dingin.

Kisha menekan nomor telepon sekertarisnya itu, lalu memintanya untuk menghadap padanya. Tidak butuh waktu lama, Lona masuk ke ruangan Kisha dan menunduk hormat.

"ada apa Nona memanggilku?" tanya Lona sopan.

"apa kau sudah bosan hidup?" tukas Kisha langsung.

Lona menatap Kisha bingung, lalu matanya beralih pada berkas di genggaman Kisha barulah ia mengerti maksud ucap Kisha itu.

"ap-apa maksud No-nona?" tanya Lona pura-pura tidak tau.

Kisha menatap datar Lona, tatapannya tajam dan menusuk. Bahkan kini Lona sudah panas dingin sambil menunduk, karna merasa seakan di taklukkan oleh tatapan Kisha.

"kau mau membodohiku? Pikirkan cara yang lebih baik, cara murahan seperti ini tidak akan mungkin bisa membodohiku." ungkap Kisha sambil melangkah mendekati Lona.

"ap-apa yang mau kau lakukan? Diam disana! Jangan mendekat!" teriak Lona mulai khawatir.

"ada apa? Kau takut padaku?" tanya Kisha menantang.

"menjauh dariku! Kau gila! Kau gila!" teriak Lona semakin panik.

Perlahan Lona berjalan mundur, semakin Kisha melangkah maju maka Lona semakin mundur. Entah kenapa Lona merasa gadis di hadapannya ini bukanlah yang biasanya, aura gelap penuh intimidasi mengelilingi tubuhnya.

"pertama kau menaruh selembar surat pemindahan kuasa saham milik kakakku atas nama mu, lalu kini kau memberikanku surat yang dapat mencetak tanda tanganku untuk mengambilnya. Kau pikir aku sebodoh itu, hingga tidak menyadari trik murahanmu ini!" kecam Kisah dengan nada amat menusuk.

"ak-aku tidak tau apa yang kau bicarakan?" elak Lona.

"kau bermain-main denganku, dan asal kau tau aku tidak suka dipermainkan. Jadi, akan aku selesaikan saat ini juga." tukas Kisha lalu mencekik leher Lona dengan erat, hingga Lona berontak keras.

"kau ingin hartaku bukan? Nikmatilah harta itu dalam neraka! Akan aku buat kau menyesal, hingga tidak mampu lagi melihat hari esok!" sambung Kisha dengan tatapan marahnya, dan semakin kencang mencekik leher Lona.

Lona mulai kehabisan nafas, wajahnya memerah seirama dengan nafasnya yang mulai hilang.

Brakkk..

Pintu di samping mereka terbuka, memperlihatkan Michael yang datang dengan pakaian formalnya yang sedikit berantakan.

"astaga! Apa yang kau lakukan? Lepaskan dia, dia bisa saja tewas!" panik Michael saat matanya melihat Kisha sedang mencekik seorang wanita tepat di sampingnya itu.

Michael menggenggam tangan Kisha, mencoba untuk melepaskan cengkraman itu dari leher wanita itu. Hingga akhirnya cengkraman itu terlepas, dan wanita itu langsung terbatuk-batuk sambil mengambil nafas sebanyak-banyaknya.

"pergilah! Dan jangan pernah datang lagi ke tempat ini." titah Michael segera.

Lona yang mendengar perintah itu langsung berlari dengan tertatih, paru-parunya masih terasa sesak karna cengkraman itu. Ia benar-benar tidak menyangka kedoknya akan terbongkar, bahkan sangat lebih cepat dari perkiraannya.

Michael mencengkram bahu Kisha dengan erat, mencoba menyadarkan Kisha dari amarahnya.

"Kisha sadarlah! Ini bukan dirimu, kau tidak sejahat ini Kisha. Ayolah, kau harus bisa bangun. Kisha, kembalilah! Kemana dirimu yang penuh canda itu?" bentak Michael pada Kisha.

Kisha terdiam, ia merasa Michael telah mengganggu kesenangannya. Kisha melepas cengkraman Michael di bahunya, lalu melangkah mundur. Kisha mengangkat wajahnya yang datar dan dingin itu, lalu menatap Michael dengan tajam.

"kau menggangguku! Pergilah!" kecam Kisha.

Michael menatap Kisha tidak percaya, tapi ia tidak berhenti dan menuruti keinginan Kisha begitu saja. Michael tau Kishanya hanya tertidur, sisi gelapnya lah yang berkuasa saat ini. Michael melangkah mendekati Kisha, dan langsung memeluknya. Kisha berontak, mencoba melepaskan pelukan Michael. Tapi Michael memaksa, ia terus memeluk Kisha.

"cukup Kisha! Kau bertingkah seperti ini malah membuat kakakmu semakin sedih, dan itu malah membuat umur kakakmu semakin pendek. Kisha, lebih baik kau nikmati masa-masa ini untuk bersama dengan kakakmu. Nikmati waktu kalian, dan buat kenangan terindah untuk kakakmu. Kau masih punya waktu Kisha, kau tidak sepertiku yang tidak memiliki kesempatan membuat kenangan indah bersama kakakku.

Kau punya kesempatan itu, kumohon berhenti berbuat seperti ini dan kembalilah jadi dirimu sendiri! Kiano pasti menunggumu, dan selalu menantikan kapan adik kesayangannya ini kembali.

Kisha jangan buat kakakmu semakin sedih dan tertekan, buatlah di bahagia dan tersenyum. Aku tau kamu bisa, Kishaku bukan gadis yang lemah seperti ini." bisik Michael penuh perasaan.

Kisha terpaku, lututnya tiba-tiba terasa lemah. Ia jatuh, jatuh dalam tangis yang selama ini di sembunyikannya. Michael semakin memeluk Kisha dengan erat, ia tau gadis itu sangat rapuh saat ini.

Air mata, raungan, tangis kepedihan, semua itu terus Kisha keluarkan. Ia meluapkan sebagian besar beban dalam hatinya itu, hingga akhirnya tubuhnya tidak lagi mampu menahannya. Kisha pingsan, ia tidak sadarkan diri selama beberapa saat. Michael yang merasakan Kisha tidak bergerak lagi langsung menggendong Kisha, dan membawanya ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan Kisha.

Michael tau Kisha pingsan karna syok, tapi ia ingin memastikannya lagi. Bahwa Kisha memang baik-baik saja, dan hanya syok biasa.

Sesampainya di rumah sakit, Michael langsung menggendong Kisha sampai para perawat membawakan sebuah brangkar kosong. Michael meletakkan Kisha ke brangkar itu, lalu mereka membawanya untuk di periksa oleh dokter. 20 menit berlalu, akhirnya dokter itu keluar dari ruangan dimana Kisha dibawa tadi.

"bagaimana keadaannya dok?" tanya Michael khawatir.

"tuan tenang saja, pasien hanya syok biasa. Pasien hanya butuh ketenangan, tolong jangan membebani pikiran pasien dengan hal apapun." jawab dokter.

"baik dok, lalu apa Kisha sudah sadar?" tanya Michael lagi penasaran.

"pasien sudah sadar dan sudah boleh di jenguk, tapi tolong jangan sampai pasien kurang istirahat." jawab dokter lagi.

"saya mengerti dok, terima kasih." ucap Michael lega.

"ya, kalau gitu saya pamit. Permisi." balas dokter itu lalu pergi meninggalkan Michael.

Tanpa menunggu lagi Michael masuk ke ruangan Kisha, ia sengaja menyewa kamar VIP agar Kisha merasa lebih nyaman.

Michael dapat melihat Kisha yang menatap langit-langit ruangan itu dengan pandangan kosong, sesaat kemudian Kisha menyadari kehadiran Michael dan ia berusaha untuk duduk. Michael tidak tinggal diam, ia langsung membantu Kisha untuk bangun.

"kenapa kau bangun?" tanya Michael khawatir.