Kisha masih menatap Michael curiga, ia merasa ada yang salah disini. Kenapa ia malah bertemu dengan Michael? Seharusnya ia sedang membahas bisnis dengan tuan Charles sekarang.
Michael menyadari tatapan aneh Kisha, ia tau Kisha pasti memikirkan tentang tuan Charles yang akan bekerja sama dengan perusahaan kakaknya.
"kau tak perlu mencarinya Kisha, tuan Charles ada di hadapanmu sekarang." jujur Michael pada Kisha.
Kisha menatap Michael heran, namun sesaat kemudian Kisha menatap malas pada Michael.
"kau membohongiku?" tanya Kisha memastikan.
"tidak, aku Michael adalah Alexander Charles pemilik Charles corporation." jawab Michael dengan seringainya.
Angin malam menembus tubuh Kisha, membuatnya sedikit bergetar kedinginan. Tapi itu semua tidak di rasakannya, ada rasa lain yang lebih menarik perhatiannya. Perkataan Michael sontak membuat Kisha terkejut, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengar oleh telinganya.
"apa kau bercanda?" tanya Kisha lagi tidak percaya.
"aku berkata apa adanya." jawab Michael tenang.
"sudahlah, aku sedang tidak ingin bermain-main denganmu." tukas Kisha tidak percaya, lalu melangkah akan meninggalkan tempat ini.
Michael menggenggam tangan Kisha, membuat Kisha menghentikan langkahnya.
"apa lagi sekarang?" tanya Kisha heran.
"aku berkata benar Nona, aku Alexander Charles. Pemilik Charles Corporation, kau bisa bertanya pada pelayan jika kau tidak percaya pada kata-kataku." jelas Michael serius.
"bagaimana bisa?" tanya Kisha masih merasa tidak percaya.
"aku anak terakhir keluarga Charles yang masih bertahan dari pembantaian 10 tahun yang lalu, dan aku sengaja menyembunyikan identitasku dan mengganti namaku menjadi Michael untuk mencari tahu tentang kejadian 10 tahun lalu itu." jelas Michael dengan senyum miris.
Kisha merasa bersalah atas pertanyaan paksanya, tapi ia benar-benar tidak percaya jika Michael ternyata memiliki sisi lain yang sama dengannya. Hal itu membuat Kisha merasa penasaran, dan sebelum rasa penasarannya terjawab ia pasti akan terus tidak mempercayainya.
Kini Kisha tau jika Michael tidak berbeda jauh darinya, tapi Kisha benar-benar tidak menyangka jika mereka memiliki kisah yang sama-sama tragis.
Ternyata inilah alasan kenapa Michael sangat marah saat ia menghack data personalnya, semua iti karna ia takut jika ada seseorang yang menyadari jika dirinya adalah seorang bangsawan yang di kira sudah hilang itu.
"ap-apa?" balas Kisha kelu.
"ya, itulah alasanku untuk menutup rapat identitasku." sambung Michael.
Kisha merasa bersalah pada Michael, tapi ia juga tidak menyangka jika Michael memiliki nasib yang sama sepertinya.
"karna itulah, aku membutuhkanmu Kisha. Kumohon, kembalilah padaku." pinta Michael sedih.
Kisha terdiam, kepalanya kembalu memutar memori kelam penuh darah itu. Wajah Kisha kembali membeku, hatinya teriria ribuan pisau. Ia tidak bisa lagi kembali, rasa takutnya lebih besar dari keinginannya sendiri. Perlahan Kisha melepas genggaman tangan Michael, Kisha berlari menjauhi tempat itu.
Michael mengejar Kisha, lalu Michael memeluk Kisha dari belakang. Kisha membatu, ia tidak tau harus berbuat apa. Pikirannya kosong, dan tubuhnya kaku untuk bergerak.
"aku tau kau terluka Kisha, tapi jangan menghindariku lagi." bisik Michael sendu.
Tubuh Kisha melemah mendengar perkataan Michael, ia tidak mengerti harus berbuat apa sekarang.
"aku tidak tau harus bagaimana membujukmu untuk kembali, jadi aku menggunakan perusahaan milik keluargaku untuk menarikmu kembali ke hadapanku. Aku membutuhkanmu Kisha, sungguh." jelas Michael.
Michael membalik tubuh Kisha agar menghadapnya, dan hanya tatapan datar tanpa ekspresi yang ia lihat. Tapi jauh di dalam manik merah delima itu, ia melihat ketakutan yang besar.
"aku sudah melepasnya Michael, jangan paksa aku untuk kembali." balas Kisha sendu.
"tapi kita belum menyelesaikannya, masih banyak hal yang harus kita ketahui Kisha. Kau tidak bisa berhenti begitu saja, ini masalah masa depanmu." tekan Michael khawatir.
Kisha melepas sentuhan Michael pada tangannya, lalu Kisha menjaga jarak dengan Michael sekitar 3 langkah ke belakang.
"cukup sudah semua itu Michael, aku tidak ingin lagi kehilangan hal yang sama berulang kali. Aku tidak bisa lagi, aku selalu hancur di saat yang sama. Itu menyakitkan, aku tidak ingin lagi semua iti terjadi. Aku hanya ingin hidup normal dengan kakaku, jangan paksa aku untuk kembali lagi. Ini pilihanku, melepas semuanya dan melangkah seakan semua baik-baik saja." jelas Kisha dengan sedih, air matanya tumpah saat ia mengatakan semua isi hatinya itu.
Michael langsung membawa Kisha ke dalam pelukannya, ia pun merasakan hal yang sama dengan yang Kisha rasakan. Kehilangan yang amat menyakiti hati, dan itulah yang ia rasakan saat keluarganya terbantai oleh seseorang yang sama sekali belum ia ketahui.
.
.
.
.
.
Akhirnya Kisha pasrah dan mengikuti keinginan Michael untuk makan malam bersama, mereka kembali ke meja indah itu dan menyantap makan malam yang sudah Michael siapkan spesial untuknya dengan tenang dan damai.
Selesai makan malam, mereka memilih duduk di hamparan kelopak bunga mawar. Sambil memandangi langit yang penuh bintang itu, terasa sangat indah bukan?
Hening, keduanya masih terdiam dalam pikiran mereka masing-masing. Namun yang pasti, mereka sama-sama mengagumi keindahan alam dihadapan mereka. Sungguh mempesona, menyihir mata mereka untuk terus menatapnya.
"Kisha, apa kau ingin tau cerita tentang hidupku?" ucap Michael tiba-tiba.
Kisha menoleh, menatap Michael dengan bingung. Padahal sebelumnya Michael hampir saja membunuhnya hanya karna Kisha meretas sedikit data personalnya, tapi sekarang apa Michael akan menceritakan begitu saja?
"tidak, kau melarangku." balas Kisha apa adanya.
Michael terkekeh, lalu menatap Kisha dengan tatapan sedihnya. Kisha tidak tau jika kisah hidup Michael itu sangat berpengaruh dalam perasaannya saat ini, tapi mendengar sekilas kisahnya pasti ia sangat menderita sebelumnya.
"itu karna kau menerobos tanpa permisi, sekarang aku yang akan membuka pintu untukmu. Jadi apa kau mau mendengar ceritaku?" tanya Michael serius.
"terserahmu saja." pinta Kisha pada Michael.
Michael tersenyum sambil menatapku, lalu ia kembali menatap langit berbintang itu. Wajahnya mulai sendu, dan nada suaranya mulai bergetar. Ini kisah hidupnya, pasti sangat menyakitkan untuk di ungkit. Tapi Kisha penasaran, apa yang sudah terjadi pada kehidupan pria di hadapannya ini?
"apa kau yakin?" tanya Kisha lagi memastikan.
"ya, kenapa tidak?" balas Michael terkekeh.
"tapi kenapa, kau kan tidak percaya padaku. Sebelumnya kau hampir saja membunuhku, lalu apa sekarang juga sama?" tukas Kisha menyindir sikap Michael sebelumnya.
"maaf Kisha, aku tidak bermaksud begitu. Hanya saja aku belum siap saat itu, kali ini aku akan mengatakan semuanya padamu. Karna aku percaya padamu, Kisha." jelas Michael yakin.
Kisha terpaku pada penjelasan Michael, ia merasa tenang jika Michael mempercayai dirinya. Tapi, lagi-lagi terbesit rasa takut itu dalam hatinya. Kisha mencobaenghalau rasa takut itu, setidaknya untuk saat ini ia ingin menikmati kebebasannya bersama Michael.