"aku, kakak, ayah dan ibu selalu menikmati hari dengan indah. Kami tertawa, menjalani hari dengan ceria. Suatu saat, kami berkumpul di ruang keluarga karna panggilan ayah. Aku yang berusia 5 tahun tidak tau kenapa, tapi ku lihat ayah sangat bergetar ketakutan. Nada suaranya penuh akan kekhawatiran, aku tidak mengerti apa yang terjadi saat itu. Lalu ayah berkata 'mereka akan menyerang kita, mereka akan mengkudeta kita, sayang selamatkan anak-anak waktu kita hanya sedikit.' ucap ayah yang membuatku semakin tidak mengerti.
Di sisi lain ku lihat ibuku terkejut, bahkan ia hampir saja jatuh ke lantai jika tidak di jaga oleh kakak perempuanku. Aku ikut merasa sedih, entah karna apa tapi air mataku menetes begitu saja. Lalu kakak berkata 'kenapa ayah? Kenapa mereka ingin membunuh kita?' dengan tangisnya. Ayah menjawab 'karna kekuasaan keluarga kita, sekarang lebib baik selamatkan adikmu. Kau harus menjaganya, jangan sampai dia mendapatkan Alex.' ayah semakin panik saat pintu mulai di ketuk perlahan.
Ibuku menghampiriku dan membelai rambutku, ia mengatakan 'kau akan baik-baik saja sayang, ikuti kakakmu ya! Ibu dan ayah sangat mencintaimu, Alex.' setelah itu ibu memerintahkan kakak dan aku untuk pergi. Kakak menarikku, walau aku tidak mau tapi kakak tetap berlari sambil menarikku. Aku bertanya kenapa ayah dan ibu tidak ikut berlari, tapi kakakku hanya menangis tanpa mengatakan apapun.
Aku tidak mengerti, aku benar-benar tidak mengerti. Kakak membawaku memasuki kamarku, dan kami mengintip tentang apa yang terjadi saat itu. Sekelompok orang berpakaian hitam, masuk ke rumah kami dengan paksa. Mereka merusak pintu, dan langsung mengepun ayah dan ibuku. Aku tidak dapat mendengar apapun yang mereka bicarakan, yang ku tau mereka memukuli ayahku. Aku ingin keluar dan memeluk ayah, tapi kakak melarangku dan malah memelukku.
Lalu setelahnya kakak dan aku sangat terkejut, saat kami melihat ayah kami di penggal begitu saja. Bahkan kepala ayah kami itu di tendang-tendang oleh sekelompok orang itu, aku marah sangat amat marah. Tapi kakak malah membekap mulutku, air mata kami terus mengalir tanpa berhenti. Mereka mendekati ibuku, lalu mereka memukul wajah ibuku. Aku tidak tahan melihat semua itu, aku ingin memukul mereka juga. Tapi aku bisa apa? Aku hanya anak 5 tahun yang tidak tau apapun.
Mereka menembak ibuku begitu saja, darah ibuku mengalir deras di lantai. Aku melemah, tidak ada lagi kekuatan yanv tersisa dalam diriku saat itu. Sekelompok itu mulai mendekati kamarku, kakak langsung membawaku ke dalam lemari pakaian. Kakak mengatakan agar aku tidak keluar dari sini, apapun yang terjadi nanti. Aku hanya mengangguk mengiyakan, lalu kaka memberiku sebuah tas hitam cukup besar. Aku hanya bisa memeluknya, lalu kakak menutup pintu lemari sangat rapat.
Tapi lemari itu menyisakan sedikit celah, sehingga aku bisa melihat sedikit apa yang terjadi di luar sana. Pinti kamar di rusak paksa, aku terkejut mendengar suara dentuman pinti itu. Air mataku kembali mengalir, apalagi saat kulihat kakakku sedang di jambak oleh salah seorang dari mereka.
Aku ingin berteriak, aku ingin marah. Tapi aku tidak bisa, kenapa? Kenapa semua terjadi? Kakakku di perkosa di depan mataku, ia di gilir secara terus menerus. Tubuhnya di pukul dan di tampar, aku menyekap mulutku sendiri agar tidak mengeluarkan suara apapun saat mata kakak sekilas menatap ke arahku dengan senyuman di wajahnya. Aku hancur, amat sangat hancur melihat semua itu.
Mereka pergi setelah membunuh semua keluargaku, bahkan mereka meninggalkan kakakku begitu saja. Setelah mereka benar-benar pergi, aku keluar dari lemari dan memeluk kakak. Kakak bergerak dan menghapus air mataku, kakak berkata 'jangan menangis Alex, kau anak yang kuat. Ingat! Jaga harta itu, buat mereka menyesal nanti. Hanya kau yang bisa melakukannya, kakak sangat menyayangimu.' setelah itu kakak terjatuh dan tidak lagi bergerak.
Lagi dan lagi aku menangis, berteriak, marah dan merasa kesal karna tidak mengerti apapun. Hanya aku yang tersisa disana, hanya aku yang bisa membalas mereka semua yang sudah menghabisi keluargaku. Dendam itu tumbuh sejak malam itu, dan terus mengakar dalam hatiku. Itulah alasan kenapa aku bergabung dengan perserikatan detektif, aku ambisius untuk menguasai tempat itu. Aku fokus untuk mendapatkannya, semua misi aku selesaikan dengan baik.
10 tahun kemudian jendral sebelumnya pensiun, ia menyerahkan kekuasaan itu padaku di awal umurku yang ke 15 tahun. Kini hampir setahun aku menguasai tempat itu, tapi belum banyak informasi yang aku dapatkan di sana. Ingin aku menyerah, tapi bayangan-bayangan pembantaian itu membuat amarahku kembali membara untuk menuntut balas.
Hingga kini hanya itu alasanku untuk tetap hidup, dendam dan kebencian." jelas Michael dengan wajah sinisnya.
"tak ku sangka, hidupmu begitu gelap." tukas Kisha sesaat setelah Michael selesai bercerita.
Lagi-lagi Michael terkekeh mendengar perkataan Kisha, ia melirik gadis di sampingnya dengan senyum tipis. Ia merasa benar sudah menceritakan semuanya pada Kisha, ia merasa ada rasa lain pada gadis itu.
"dan aku rasa orang yang sama jugalah yang mengincar keluargamu, karna penyelidikanku mengarah kesana." jelas Michael lagi serius.
Kisha menatap Michael tidak percaya, apakah mungkin mereka juga mengincar keluarganya? Tapi mengingat kembali semua kejadian itu, bisa saja dugaan itu benar kan?
"apa kau yakin?" tanya Kisha memastikan.
"ya, aku yakin. Karna aku menemukan jejak mereka di tempat-tempat kejadian, dan semuanya terhubung." jawab Michael tanpa ragu.
"apa yang membuatnya terhubung?" tanya Kisha lagi penasaran.
Michael terdiam, lalu ia menatap Kisha dalam.
"harta dan kekuasaan." jawab Michael serius, matanya terlihat tajam.
Kisha menatap Michael dengan tatapan bingungnya, jujur saja ia sedikit tidak mengerti dengan tujuan kelompok itu.
"aku tau mereka mengincar harta dan kekuasaan, tapi untuk apa? Bukankah mereka sebenarnya cukup kaya untuk melakukan itu?" tanya Kisha tak habis pikir.
"kota A, mereka ingin menguasai kota gelap itu. Mereka ingin menguasai para mafia, dan menjadi nomor satu. Untuk mewujudkan itu, mereka membutuhkan banyak harta." jelas Michael sambil menatap langit.
Kisha mengerti sekarang, jadi itu alasannya mereka mengincar harta keluarganya. Bahkan sampai menghabisi nyawa mama dan papanya, Kisha sangat menyesali hal itu.
Angin berhembus cukup kencang, membuat Kisha yang memakai gaun terbuka merasa kedinginan. Kisha memeluk dirinya sendiri untuk menghangatkan. Tanpa disadari pria di sampingnya memperhatikannya sejak tadi, Michael membuka jaketnya dan memakaikannya pada Kisha. Kisha terdiam mendapat perlakuan seperti itu, ia tidak tau harus apa.
"te-terima kasih" ucap Kisha ragu, Michael mengangguk dan kembali menatap langit.
Kisha menatap Michael, ia baru menyadari jika pria di hadapannya ini cukup dewasa di bandingkan umurnya yang akan menginjak 16 tahun dengan wajahnya tampan, dan tubuhnya tidak menunjukkan hal itu. Michael memiliki tubuh yang tinggi seperti orang dewasa, jadi tidak heran jika tidak ada yang percaya jika ia berusia 15 tahun.
"apa memperhatikanku sangat memuaskanmu?" tanya Michael membuat Kisha tersadar dari lamunannya.
"ti-tidak" balas Kisha gugup.
Kisha langsung memalingkan wajahnya yang merasa malu, ia tidak sadar jika Michael menatapnya saat ia memperhatikan pria itu.
"kau tau Kisha, bersama denganmu membuatku merasa kita memiliki ikatan yang kuat. Mungkin karna kita memiliki nasib yang sama, entahlah aku pun tak mengerti." ungkap Michael jujur.
"Michael, jika kau ingin aku bisa menjadi tempatmu untuk kembali. Kita teman bukan? Jangan menyiksa dirimu lagi dengan semua beban itu, berbagilah denganku. Aku siap mendengarkan semua keluh kesahmu, aku akan selalu mendukungmu." balas Kisha tulus.
"terima kasih Kisha, hanya denganmu aku bisa menjadi diriku sendiri." jawab Michael yakin.