Kisha tersenyum tulus mendengar perkataan Michael, lalu Kisha bangkit dan berpamitan.
"baiklah tuan, aku harus pulang sekarang. Atau kakakku akan mengamuk nanti." ucap Kisha dengan kekehannya.
Michael tersenyum tipis, ia pun bangkit dan menatap Kisha lalu ia bertanya.
"jadi bagaimana dengan kerja sama kita?" tanya Michael dengan seringainya.
"ah ya, bagaimana ya?" balas Kisha sengaja mempermainkan.
Michael menatap Kisha penuh harap, hal itu membuat Kisha tersenyum geli. Kisha pun mengulurkan tangannya, sambil menyeringai.
"senang bekerja sama denganmu, tuan Charles." ucap Kisha.
Michael membalas seringai Kisha, dan juga menerima uluran tangan Kisha.
"senang juga bekerja sana denganmu Nona Almora" balas Michael.
Mereka melepas jabatan tangan itu, lalu tertawa bersama.
"ayo, aku akan mengantarmu." ajak Michael pada Kisha.
"benarkah?" tanya Kisha memastikan.
Michael mengangguk lalu menarik tangan Kisha untuk keluar dari atap, dan memasuki lift.
"kau tau, aku sangat terpesona dengan mansionmu ini ah tidak gedungmu ini." ungkap Kisha jujur.
"kau bisa memilikinya jika kau mau, aku akan berikan tempat ini untukmu." balas Michael dengan senyun tulusnya.
"hah? Ah tidak-tidak, ini milikmu kenapa juga memberikannya padaku." tukas Kisha tidak percaya.
"aku serius Hubby, jika kau ingin lakukanlah sesukamu mansion ini milikmu sekarang." balas Michael dengan santai.
Kisha melongo mendengar perkataan Michael, yang benar saja pria itu.
"kau benar-benar gila, Alexander Charles" gumamku seadanya.
Michael tersenyum bahagia mendengar gumaman Kisha, ia menatap Kisha dengan seringainya.
"kau bisa memanggilku begitu, jika kau ingin." tukas Michael langsung.
"hah?" tanya Kisha tidak mengerti.
"Alex, kau bisa memanggilku Alex mulai saat ini." jelas Michael dengan jujur.
Kisha terkejut lagi, ia benar-benar tak habis pikir dengan pria di hadapannya ini. Ada apa sebenarnya dengan Michael sih?
"diamlah, kau membuatku pusing." keluh Kisha akhirnya.
Michael hanya tersenyum melihatnya, hingga akhirnya mereka tiba di lantai dasar. Pintu lift terbuka, dan para pelayan menyambut mereka dengan bungkukkan rapi.
"aku akan pergi sebentar, dan tolong siapkan mobilku." titah Michael pada para pelayan.
"baik, tuan." balas para pelayan itu.
Michael menarik tanganku menuju pintu mansion, setelah pintu itu terbuka terlihatlah sebuah lamborgini orange dengan garis hitam siap di hadapannya. Kisha cukup kagum dengan itu, tapi ia juga sudah terbiasa dengan hal seperti ini.
"silahkan tuan putri" ucap Michael setelah membukakan pintu penumpang untuk Kisha.
Kisha tersenyum miring, lalu ia masuk ke dalam mobil itu. Michael menutup pintunya, lalu melangkah menuju bagian kemudi. Mobil melaju santai menuju mansion Almora.
.
.
.
.
.
Michael dan Kisha sampai di kediaman Almora, Kisha melangkah terlebih dahulu memasuki Mansion. Mereka langsung di sambut oleh para pelayan dan penjaga, dan jangan lupakan wajah terkejut mereka saat melihat Michael datang bersamaku.
"ku pikir kau sudah menghabisi mereka." celetuk Michael saat melihat anak buahnya masih di sana.
"untuk apa? Merekakan menjaga kakakku, kenapa aku harus menghabisi mereka?" tanya Kisha.
"ya mungkin karna kau kesal seperti saat kau menelponku sebelumnya." jawab Michael sambil mengangkat bahu.
"aku tidak mempermasalahkannya." balas Kisha santai.
Kisha melangkah melewati para pelayan menuju ruang tamu, dan ternyata Kiano pun ada disana bersama Mona.
"kau sudah balik sayang?" tanya Kiano pada Kisha.
"ya. Kak kenalkan ini tuan Charles, temanku." jawab Kisha sambil memperkenalkan Michael.
"halo Kiano, saya Charles. Senang bertemu denganmu." ucap Michael memperkenalkan diri.
"ah ya, apa kau dan Fredella berteman?" balas Kiano penasaran.
Michael menatap Kisha bingung, kenapa Kisha memakai nama Fredella saat bersama kakaknya? Kisha memberikan kode pada Michael melalui matanya, jika ada orang lain selain mereka disana. Saat itulah Michael menyadari jika ada seorang perempuan lagi disana yang asing, dan terlihat berbeda. Kisha pasti menyadarinya, karna itulah ia melakukan menyamaran nama.
"oh iya, aku memang berteman dengan Fredella." jawab Michael jujur.
"ah bagitu, baguslah setidaknya ia memang memiliki teman selama ini." gumam Kiano lega.
Kisha memutar bola matanya malas melihat tingkah lebay kakaknya, ia lalu memilih untuk mengganti pakaiannya dengan yang lebih santai.
"kau mau kemana Fredella?" tanya Kiano pada Kisha yang berjalan meninggalkam mereka.
"mengganti baju, aku tidak suka terlihat feminim." jawab Kisha dengan setengah berteriak.
Kiano tertawa mendengar keluhan Kisha, bahkan Michael pun tersenyum geli mendengarnya. Mereke berdua tau jika Kisha sedikit tomboy, dan saat bertingkah feminim itu membuatnya sangat lucu.
"dasar anak itu, membuatku sakit perut saja." keluh Kiano sambil memegangi perutnya yang keram akibat terlalu banyak tertawa.
Kiano menetralkan tawanya, lalu ia menatap Michael dengan serius. Michael yang melirik tatapan Kiano merasa tertantang, kakak Kisha itu sepertinya akan menginterogasinya bagai orang tua yang kepo tentang anaknya yang membawa pacar ke rumah. Michael tersenyum tipis memikirkannya.
"Mona, bisa tolong ambilkan obatku." pinta Kiano pada Mona, dan Mona menurutinya.
Sebelum berbicara dengan Michael, Kiano meminta Mona untuk pergi meninggalkan mereka berdua. Hal itu membuat Michael semakin penasaran, hal apa yang ingin di bicarakan Kiano padanya.
"jadi tuan Charles, sejak kapan kau kenal adikku?" tanya Kiano serius.
"Michael, panggil saja aku Michael. Jawaban pertanyaanmu kurasa setahun lalu" jawab Michael jujur.
"baiklah, Michael apa saja yang kau tau tentang adikku?" tanya Kiano lagi.
"hampir semua, kecuali isi hatinya." jawab Michael apa adanya.
Kiano paham jawaban Michael, memang tidak ada yang mengetahui bagaimana perasaan Kisha yang sesungguhnya. Bahkan Kiano sendiri tidak mengetahuinya, Kisha terlalu sulit untuk membuka diri pada orang lain.
"sepertinya kau orang baik, bisa aku minta tolong padamu?" pinta Kiano pada Michael.
"selama aku bisa membantu, aku pasti akan bantu. Apa yang kau inginkan?" tanya Michael yakin.
"tolong jaga adikku, jika aku tidak lagi ada disampingnya." ucap Kiano tulus.
Michael terdiam, ia meresapi dalam-dalam maksud dari permintaan kakaknya Kisha itu. Memang hanya kata-kata biasa, tapi bagi Michael itu adalah tanggung jawab yang besar. Mengingatkannya akan perkataan kakaknya sebelum tiada, jika memang hal itu benar maka Michael tidak memiliki pilihan lain lagi. Nyawa Kiano memang sedang terancam, jika mereka berhasil maka taruhan selanjutnya pasti adalah Kisha.
"baiklah, aku berjanji akan menjaga Kisha dengan nyawaku." jawab Michael pasti.
Kiano tersenyum mendengar jawaban Michael, ia merasa tenang karna Kisha sudah memiliki penjaga lain selain dirinya. Ia tidak tau apa yang akan terjadi nanti, tapi ia berharap adik kesayangannya itu tidak bernasib sama dengannya.
Hening, keadaan kembali hening sampai Mona kembali dan memberikan kotak obat milik Kiano.
"itu milikmu?" tanya Michael penasaran.
"ya Michael, ini semua obatku." jawab Kiano jujur.
"memangnya kau kenapa?" tanya Michael, sambil memperhatikan obat-obat itu.