Chereads / 30 Days In December | Jaehyun / Chapter 5 - Belanja

Chapter 5 - Belanja

Apa kalian pernah menemui kasir berwajah tampan ? Bertubuh atletis ? Dan memiliki suara yang membuat jantung berdebar ?

"Kau tampan sekali."

"Kamsahamnida," Ucap Jeffrey sambil tersenyum dan memberikan pesanan take away milik pelanggan.

"Ya ampun apa kau benar manusia ?" Tanya pelanggan tersebut sambil tersenyum malu.

Jeffrey mengangguk, berbohong demi kebaikan itu diperbolehkan kan ?

"Aku curiga," Pelanggan tersebut mengeluarkan beberapa lembar uang kemudian memberikannya pada Jeffrey, dengan cekatan Jeffrey memasukan uang tersebut ke kasir dan mengeluarkan beberapa lembar kembalian.

Jeffrey diam-diam panik, 'Jangan bilang dia tau aku ini robot ya---'

"Kau pasti malaikat dari surga kan ?" Tuduh pelanggan tersebut sambil terkekeh.

'Manusia ini berlebihan,' Batin Jeffrey.

"Hahaha iya, aku baru turun kemarin," Jeffrey ikut tertawa, kebahagiaan pelanggan adalah yang utama.

Setelah pelanggan tadi pergi, Jeffrey mengambil ponselnya di dalam saku, dia tidak tahu kapan Anna pulang jadi dia harus menanyakannya sekarang.

Jeffrey tentu memiliki nomor ponsel Anna, tuan bip bip bip tidak menghapus kontak Anna dari ponselnya. Hanya saja dia mengganti nomor ponsel untuk Jeffrey, tidak mungkin kan ada 2 nomor milik bip bip bip di satu masa yang sama.

"Yoboseyo ?" Anna menempatkan ponsel di telinga kirinya.

"Nona, ini saya, Jeffrey," Ucap Jeffrey.

"Bagaimana kau...ah sudahlah, kenapa ?" Tanya Anna, dia sedang berjalan kembali ke Kelas setelah makan siang di Kantin.

"Jam berapa nona pulang ? Saya akan menjemput nona lagi," Tanya Jeffrey.

"Aku pulang dengan Jeno," Jawab Anna singkat.

Oh iya, omong-omong Anna dan Jeno itu berbeda Kelas jadi mereka hanya bisa bertemu saat istirahat makan siang dan jam pulang saja.

"Baiklah."

"Kau bisa langsung ke Rumah saja," Ucap Anna, sontak Jeffrey tersenyum lebar.

"Saya boleh tinggal bersama nona ?" Tanya Jeffrey antusias.

"Hm, tapi tetap bayar uang sewa," Jawab Anna.

"Oke nona," Jeffrey terdengar sangat gembira.

"Anna !" Teriakan Ryujin mengalihkan perhatian Anna.

"Ya ! Kamu membuatku terkejut," Anna memukul lengan Ryujin.

Bip.

Anna mematikan sambungan teleponnya sepihak, biarpun telepon sudah berakhir tapi senyum Jeffrey masih mengembang.

'Syukurlah, aku tidak jadi dihukum tuan bip bip bip,' Batinnya lega.

•••

Tahun 2051.

Brak.

"Dimana Jeffrey ?!" Bentak seorang pria dengan setelan jas berwarna merah hati, dia sudah mengobrak-abrik laboratorium rahasia milik Gym Company.

"Aku bilang tidak tahu !" Balas pria yang sudah bersimbah darah di lantai, kemeja putihnya tampak sobek dibagian perut dan menampilkan bagian kulitnya yang juga sobek karena benda tajam.

"Kau pasti menyembunyikannya, cepat beri tahu !"

Bugh.

Bugh.

Tak lama terdengar suara langkah kaki yang begitu banyak menuju laboratorium, sekelompok tentara bersenjata lengkap sedang menuju lokasi.

"Bagus, kau pecundang K---"

"Angkat tangan !" Teriak tentara yang sudah sampai di Laboratorium.

Pria berjas merah membalikan tubuhnya sambil mengangkat tangan, dia tersenyum licik kemudian menekan tombol yang ada di telapak tangannya.

Ledakan besar tak terlekan membuat Laboratorium terbakar hebat.

•••

Karena ini hari sabtu maka kegiatan pembelajaran hanya sampai pukul 5 sore saja, kecuali jika ada bimbingan belajar tambahan.

Untuk Jeno dan Anna sendiri tidak mengambil bimbingan belajar di akhir pekan, percayalah itu terjadi secara kebetulan.

"Jeno," Panggil Anna.

"Hm ?"

"Jeno," Panggil Anna lagi.

"Hm ?"

Saat ini Jeno sedang sibuk memainkan games di ponselnya, sudah lebih dari 15 menit dia seperti itu dan mengabaikan Anna yang duduk di sampingnya.

"Jeno," Panggil Anna untuk kesekian kalinya.

"Kenapa ?" Jeno menoleh ke arah Anna kemudian mengusap puncak kepalanya.

"Katanya mau mengantarku belanja," Ucap Anna sambil sedikit mencebikan bibirnya.

Jeno merasa gemas, dia sontak mengacak rambut Anna, "Aigo...neomu gwiyopda."

"Ya Lee Jeno !" Pekik Anna karena sekarang rambutnya begitu berantakan.

Jeno memasukan ponselnya ke saku kemudian berdiri, dia lalu mengulurkan tangannya pada Anna, "Ayo kita berangkat," Ucapnya.

Anna langsung menerima uluran tangan Jeno, "Ayo !" Pekiknya gembira.

Omong-omong perkuliahan di Korea Selatan dimulai pada bulan Maret, dan sekarang sudah mendekati akhir bulan Januari, sedangkan tes masuk akan diadakan awal bulan Februari.

Jeno dan Anna pergi ke Supermarket dengan mengendarai motor, motor dengan jenis vespa matic ini merupakan andalan Jeno untuk pergi kesana kemari.

Setelah sampai di Supermarket, Anna mengambil salah satu troli belanja dan mendorongnya masuk. Jeno berjalan mengikuti Anna.

"Biar aku yang membawanya," Ucap Jeno sambil mengambil alih troli dari Anna.

"Gomawoyo," Ucap Anna sambil tersenyum.

Lorong sabun dan shampoo, lorong makanan ringan, sampai lorong makanan hewan menjadi tujuan Anna dan Jeno sore ini.

Kemarin Yuta hanya berbelanja kebutuhan Dapur saja, katanya uangnya tidak cukup untuk membeli keperluan yang lain karena dia harus membayar biaya praktik lapangan.

"Aku mau shampoo yang aromanya maskulin," Ucap Anna sambil memilih shampoo.

Jeno langsung menoleh dengan tatapan terkejut, "Andwae," Ucapnya.

"Aroma peach yang biasa kamu pakai sudah sangat cocok dengan dirimu, manis dan menggemaskan," Jelas Jeno, dengan sedikit bumbu gombal.

"Kemarin aku memakai shampoo nii-chan, hasilnya rambutku jadi lebih lembut," Ucap Anna sambil terus memilih shampoo.

Jeno akhirnya mengalah, setidaknya Anna masih tetap memakai sabun dan parfum dengan aroma peach. Jeno sangat suka jika bisa mencium aroma tersebut dari tubuh Anna, rasanya seperti Rumah.

"Parfum yang mask---" Anna menghentikan ucapannya begitu menyadari tatapan tajam Jeno.

"Hahahaha kamu lucu sekali," Anna tertawa puas sambil menepuk pipi Jeno beberapa kali.

"Aku hanya bercanda," Ucap Anna sambil mengambil satu botol parfum beraroma peach.

Mereka melanjutkan ke lorong makanan ringan, ini bagian ter-favorit bagi Anna, melihat lorong dipenuhi makanan ringan membuatnya seperti di surga.

Wafer, biskuit, chiki, dan cemilan lainnya. Teman terbaik untuk menemani waktu santai ataupun belajarnya di Rumah.

"Jangan terlalu banyak makan micin," Ucap Jeno sambil terus mendorong troli.

"Iya," Jawab Anna, tapi tetap memasukan berbagai macam chiki ke dalam troli.

Sudahlah Lee Jeno, pacarmu itu susah dipisahkan dari benda bernama makanan.

Berlanjut ke lorong perlengkapan rumah, Anna berhenti di rak yang berisi pelembut pakaian, mau tidak mau Jeno ikut berhenti di belakangnya.

"Jeno-ya," Panggil Anna.

"Wae ?" Jeno beralih untuk berdiri di samping Anna.

"Ayo hitung mana yang harganya paling bagus," Ucap Anna.

Jeno langsung sigap mengeluarkan ponselnya dan membuka kalkulator, setelah itu Anna mendikte satu persatu harga yang tertera di rak.

Setelah perhitungan panjang menyusuri rak teratas sampai terbawah, "Pelembut nomor 8 harganya paling bagus," Ucap Jeno.

"Oke, ayo lanjut," Ucap Anna setelah memasukan pelembut nomor 8 ke dalam keranjang.

Berbelanja bersama pasangan itu menyenangkan, kita bisa melihat bagaimana karakter seseorang dari cara dia memilih sesuatu.

Seperti Jeno dan Anna dalam memilih pelembut pakaian, mereka memiliki cara yang sama dan pemikiran yang sejalan, cocok bukan ?

•••

Jeffey bosan.

Dia sudah membereskan setiap sisi dari Rumah bergaya jepang ini, dia juga sudah memandikan Popo---kucing keluarga Nakamoto, dia bercocok tanam dan memperbaiki kebun, dia juga memasak untuk makan malam.

Sebenarnya robot ini terlalu rajin atau terlalu bosan ?

"Mesin waktuku," Ucap Jeffrey sambil berjalan ke Ruang tamu, dia harus segera membereskan mesin waktunya ke dalam kartu.

Seingatnya ada seseorang bernama Johnny yang akan diminta Yuta membawa kotak ini.

Dengan satu sentuhan mesin waktu seukuran kulkas dua pintu itu masuk ke dalam kartu, Jeffrey tersenyum puas kemudian menaruh kartu tersebut dalam tubuhnya.

Tidak usah dipikirkan bagaimana kotak sebesar kulkas masuk ke dalam kartu seukuran kartu atm, kita lihat saja apa yang Jeffrey lakukan selanjutnya.

Dia duduk di depan TV, sambil melamun.

Hanya itu.

Clek.

"Anna ?" Yuta berjalan memasuki Rumah.

Jeffrey seketika panik, dia berdiri dengan wajah kebingungan, 'Aku harus bagaimana ?' Batinnya.

Dia berjalan kesana kemari untuk mencari tempat sembunyi, tapi tubuhnya terlalu besar untuk bersembunyi di bawah meja atau di balik gorden.

"Apa dia belum pulang ?"

Ternyata Yuta datang bersama Johnny, salah satu sahabatnya yang bekerja di kantor kepolisiaan.

"Sepertinya anak itu pergi bermain bersama Jeno, tunggu disini biar aku buatkan minum," Ucap Yuta.

'Matilah kau Jeffrey !' Batin Jeffrey panik begitu mendengar langkah kaki Yuta yang semakin dekat.

°°°°

Aigo : Ya ampun

Neomu : Sangat

Gwiyopda : Lucu ; menggemaskan