Chereads / 30 Days In December | Jaehyun / Chapter 9 - Before Party

Chapter 9 - Before Party

"Aaaaa !" Pekik Anna terkejut.

Plak.

Satu tamparan mendarat di wajah tampan Na Jaemin, dia merupakan salah satu sahabat Anna yang juga sahabatnya Jeno. Suatu kebetulan yang lucu.

"Aw !" Jaemin yang semula membungkukan tubuhnya sampai wajahnya berhadapan dengan Anna langsung berdiri sambil mengusap pipinya.

Brak.

Jeffrey membuka pintu dengan keras, "Nona !"

Sontak Anna dan Jaemin menoleh ke arah pintu, lagi-lagi penampilan Jeffrey dan apron hitam milik Yuta terlihat begitu menarik.

"Gwaenchana, manusia buaya ini hanya mengejutkanku," Ucap Anna begitu melihat ekspresi was-was Jeffrey, kalau begini Jeffrey bisa kelihatan seperti robot siap tempur.

"Anna, dia siapa ?" Bisik Jaemin.

"Oh Na, perkenalkan ini Jeffrey...ehm sahabat penaku dari Kanada," Ucap Anna sambil tersenyum.

Akan aneh jika Anna menyebut Jeffrey adalah robot yang bla bla bla pokoknya Jaemin tidak akan percaya, jadi lebih baik Anna merahasiakan kebenaran itu terlebih dahulu.

"Oh...lalu tadi 'nona' ?" Jaemin menatap Anna heran.

"Hah ? Kau salah dengar, dia jelas-jelas memanggilku Anna, iya kan Jeff ?" Tanya Anna pada Jeffrey, dengan sedikit menaikan alisnya sebagai kode.

Jeffrey tentu mengerti, "Ne, tadi aku memanggilnya Anna."

"Jeff, perkenalkan ini Na Jaemin, sahabatku dari sekolah menengah pertama," Ucap Anna sambil turun dari kasur dan mengikat rambutnya.

Jeffrey dan Jaemin saling membungkukan badan sebagai tanda hormat.

'Untung aku belum mengeluarkan senapan X1,' Batin Jeffrey lega.

Dia tidak bisa membayangkan, seandainya tadi dia terlalu panik dan mengeluarkan senapan berpeluru nano yang bisa langsung melumpuhkan lawan. Peluru nano yang dilontarkan senapan X1 akan masuk ke dalam pembuluh darah dan menghambatnya, cara kerjanya mirip bisa ular.

•••

"Ada apa kesini ?" Tanya Anna setelah Jeffrey pamit kembali ke Dapur.

Jaemin duduk di samping Anna, "Sebentar lagi teman-teman akan datang kesini," Ucapnya dengan cepat.

"Oh---mwo ?!" Anna membelalakan matanya.

"Hehehe ini kan hari minggu, besok kita sudah sibuk persiapan H-6 ujian jadi kita mau mengadakan party disini," Jelas Jaemin, dibumbui senyum lebar tanpa dosanya.

"Party ?!" Sentak Anna, dia baru saja bangun dan teman-temannya sudah berniat menjadikan rumahnya sebuah kapal.

Ya, kapal pecah.

Party yang Jaemin maksud bukan party elegan yang mewah, yang dimaksud adalah party ala anak sekolah, memakan ramyeon, samgyeopsal, ditemani cola, jus, dan cemilan ringan lainnya.

Dan bisa dipastikan setelah party selesai akan tersisa banyak sampah plastik dimana-mana.

"Chenle dan Ryujin sedang membeli daging, tenang saja Chenle membeli daging sapi juga untukmu, Jeno, Renjun, dan Haechan sedang membeli cemilan, Jisung juga akan ikut berkumpul nanti setelah selesai latihan dance."

Anna menghela nafasnya lega, setidaknya hanya akan ada anak band Two Zero To Hero, Chenle, Jisung, dan Ryujin saja.

"Oh Felix, Hyunjin, Han, dan Seungmin juga akan ikut bergabung, kau ingat mereka dari Band Stray Art kan ?" Tanya Jaemin.

Tentu Anna ingat, waktu itu Hyunjin dan Jeno pernah bertengkar sampai babak belur karena Hyunjin nekat mengajak Anna berpacaran padahal Anna sudah menjadi kekasih Jeno.

Entah sejak kapan Jeno dan Hyunjin menjadi akur, tapi Anna masih tidak bisa membayangkannya.

"Haruskah aku ajak anak-anak yang lainnya ? Seingatku Yeji, Minju, Lia, Shuhua, Chae---"

"Jangan undang perempuan, nanti malam nii-chan juga akan membawa teman-temannya kesini," Potong Anna.

Bukannya dia tidak mau mengundang teman perempuan yang lain, hanya saja Anna hafal betul kelakuan gila Yuta beserta teman-temannya yang kebanyakan adalah sad boy.

Melihat gadis cantik sedikit saja langsung menyusun strategi, apalagi Ten---sahabat Yuta dari Thailand.

"Oke," Jaemin mengangguk mengerti, dia mengerti karena dia juga satu spesies dengan Yuta.

•••

Clek.

"Chenle datang !" Teriak Chenle begitu memasuki kediaman keluarga Nakamoto.

Tangannya kosong, dimana dagingnya ?

Oh tentu saja Ryujin yang membawanya, "Ya ! Yang laki-laki itu kau atau aku sih ?" Tanya Ryujin.

"Kau kan setengah laki-laki," Jawab Chenle santai.

"Sialan, bantu aku mendorong box ini," Ucap Ryujin sambil terus mendorong box pendingin berisi daging tersebut.

Jangan khawatir, membeli satu box daging bukan hal berat bagi Chenle.

"Zhong Chenle !" Bentak Ryujin begitu Chenle bersiap berlari setelah melepas sepatu.

"Hehehe, iya iya aku bantu," Ucap Chenle sambil berdiri di samping Ryujin dan membantunya mendorong box.

Dari balik tembok Ruang tamu, Jeffrey memperhatikan Chenle dan Ryujin dengan seksama.

'Sepertinya aman,' Batin Jeffrey setelah melihat kedua remaja tersebut kesulitan mendorong box.

Meow~

Jeffrey menoleh ke bawah, sejak tadi Popo terus saja mengikutinya dan menggesekan kepalanya di kaki Jeffrey.

"Nanti kita main lagi, aku harus bekerja dulu," Ucap Jeffrey sambil mengusap kepala Popo.

Jeffrey akhirnya berjalan menghampiri Chenle dan Ryujin, tidak ada salahnya kan Jeffrey menolong mereka ?

"Ada yang bisa dibantu ?" Tanya Jeffrey yang sekarang berdiri di depan box.

Ryujin mendongakan kepalanya, "Ya tuhan sejak kapan malaikat turun ke bumi ?" Tanya Ryujin.

Chenle ikut mendongak, "Mana malaikat ?" Tanya Chenle sambil melihat sekitar, dia hanya melihat Jeffrey tanpa mengerti maksud malaikat yang Ryujin sebut.

"Itu di hadapanmu, bodoh," Ryujin menghadapkan wajah Chenle ke arah Jeffrey.

Jeffrey terkekeh sampai lesung pipinya nampak, Ryujin meleleh.

"Omo ! K--kau siapa ?" Tanya Ryujin.

Jeffrey ingat betul Anna memperkenalkannya sebagai sahabat pena dari Kanada, jadi dia akan memperkenalkan diri sebagai itu juga.

"Aku Jeffrey, sahabat pena Anna dari Kanada," Ucap Jeffrey sambil mengulurkan tangannya.

Tentu saja Ryujin tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut, dia langsung menerima uluran tangan tersebut, "Shin Ryujin, sahabat Anna juga dari Busan."

Ryujin enggan melepas jabatan tangannya, dia malah terus tersenyum sambil menatap wajah Jeffrey.

Merasa malu, Chenle menarik tangan Ryujin, "Aku Zhong Chenle, sahabat Anna juga."

"Senang berkenakan dengan kalian, biar aku bantu bawa boxnya ya kelihatannya berat sekali," Ucap Jeffrey.

Tanpa menunggu jawaban dari Chenle dan Ryujin, Jeffrey langsung mengangkat box tersebut.

Jika diangkat Jeffrey boxnya terlihat begitu ringan, padahal Chenle dan Ryujin sampai mengerahkan semua tenaga hanya untuk mendorong box maju beberapa centi saja.

"Chenle, ingatkan aku untuk melamar Jeffrey," Bisik Ryujin.

"Kelihatannya dia lebih tua dari kita, panggil dia dengan sopan," Sinis Chenle.

"Ingatkan aku untuk melamar Jeffrey oppa."

"Menggelikan, ya ampun aku malu berteman denganmu," Balas Chenle sambil mendelik.

Plak.

"Presdir Zhong, jaga ucapanmu," Ucap Ryujin setelah berhasil memukul lengan atas Chenle.

"Asisten Shin, jaga sikapmu," Balas Chenle.

"Sejak kapan aku menjadi asistenmu hah ?!" Ryujin membelalakan matanya.

"Sejak kita berken---"

"Ryu !" Teriak Anna girang sambil berlari menuruni tangga.

"Ann !" Ryujin juga berlari menghampiri Anna, setelah itu mereka berpelukan seakan sudah tidak bertemu ribuan tahun.

Jeno, Renjun, dan Haechan yang kebetulan baru sampai langsung berhenti dan berdiri di dekat Chenle.

"Mereka sudah tidak bertemu berapa lama ?" Tanya Renjun.

"Dilihat dari adegan ini, mungkin sekitar...32 jam," Jawab Haechan asal-asalan.

"Dasar perempuan," Gumam Renjun.

"Aku mau ikut !" Jaemin tiba-tiba berlari dan ikut berpelukan dengan Anna dan Ryujin.

"Ya ! Na Jaemin !" Pekik Anna dan Ryujin bersamaan.