Jeffrey berjalan memasuki Kamar, dia melihat keadaan Kamarnya beberapa saat, 'Tidak buruk,' Pikirnya.
"Aku kira ini gudang," Gumam Jeffrey, saat membersihkan Rumah tadi dia melewatkan Ruang ini karena dia pikir ini adalah gudang.
Lokasinya berada di lantai dasar, berada tepat di samping tangga dan cukup dekat dengan Dapur.
Jeffrey membaringkan tubuhnya di kasur, dia menghela nafas lega setelah berhasil menjalankan hari pertama misinya di tahun 2020.
Dia sudah mengirim laporan pada tuan bip bip bip saat menemani Anna makan tadi, sejarang dia tinggal tidur untuk mengisi ulang dayanya.
"Anna...namanya terasa familiar," Gumam Jeffrey sambil menatap langit-langit Kamar.
Perlahan mata Jeffrey mulai tertutup, dia tertidur dengan posisi kaki masih berada di lantai, sebegitu lelahnya sampai tidur bagaimanapun terasa nyaman.
Gggrrrr.
Itu bukan suara dengkuran, Jeffrey tidak bisa mendengkur.
Gggrrrr.
Jeffrey dapat merasakan ada sesuatu yang mengusap pergelangan kakinya, terasa berbulu dan hangat.
Mata Jeffrey terbuka perlahan, suara geraman yang mirip dengkuran itu terdengar begitu jelas. Apa kalian pernah melihat robot ketakutan ? Ya, sekarang Jeffrey merasa takut.
Rasanya enggan untuk sekedar melihat apa yang menyentuh kakinya, 'Hantu ?' Batin Jeffrey.
Wush.
Dengan secepat kilat Jeffrey berlari menuju pintu Kamar, membukanya dengan kencang kemudian berlari lagi ke Kamar Anna.
"Nona ada hantu !" Teriak Jeffrey sambil berlari.
Tok.
Tok.
Tok.
"Nona," Panggil Jeffrey yang sekarang sudah sampai di depan pintu Kamar Anna.
Sayangnya tidak ada sahutan dari dalam Kamar, sedangkan rasa takut Jeffrey sudah semakin memuncak karena suara geraman rasanya bergerak semakin dekat.
"Nona !" Jeffrey sampai merengek memanggil Anna.
Clek.
Sudah tak tahan dengan rasa takutnya, Jeffrey membuka pintu Kamar Anna kemudian masuk dan kembali menutupnya.
Mesin-mesinnya bekerja begitu cepat karena merasa takut, mirip jantung manusia saat ketakutan.
Clek.
Pintu Kamar mandi terbuka, menampakan Anna yang memakai masker di wajahnya.
"Aaaaa hantu !" Pekik Jeffrey.
Bugh.
Anna memukul lengan Jeffrey, "Ya ! Siapa yang kau sebut hantu ?!" Tanya Anna dengan wajah emosi.
"Nona ?" Jeffrey langsung menatap Anna, tak lama dia tiba-tiba memeluk Anna.
"Huhuhu nona...di Kamarku ada hantu," Rengek Jeffrey.
Tolong jelaskan dimana sisi gagah dan maskulin Jeffrey sekarang, saat ini dia negitu menggemaskan.
"Katanya hantu tidak ada," Cibir Anna sebagai orang yang percaya adanya hantu.
"Iya nona, aku salah," Ucap Jeffrey masih dalam posisi memeluk.
"Iya Anna, aku salah," Ralat Anna, memberi kode supaya Jeffrey memperbaiki kata-katanya tadi.
"I---iya Anna, aku salah," Ulang Jeffrey.
'Ya ampun ini robot jenis apa ? Kenapa bisa menggemaskan sekali ?!' Pekik batin Anna girang, rasanya seperti memiliki seorang adik.
"Sudah kubilang tidur di Kamar nii-chan saja," Ucap Anna.
Jeffrey mengurai pelukannya, "Yuta hyung tidak memberiku izin memasuki Kamarnya," Jawab Jeffrey.
"Iya pas---kau bertemu nii-chan ?!" Anna membelalakan matanya.
Jeffrey mengangguk.
"Ya tuhan," Anna menghela nafasnya.
"Yuta hyung tidak marah, dia malah mendukungku tinggal disini karena kau ingin uang tanpa bekerja," Ucap Jeffrey menenangkan.
"Aniyo, aku tidak takut nii-chan marah," Anna menggelengkan kepalanya.
"Tapi Jeno," Lanjut Anna.
Jeffrey mencoba mencari data 'Siapa Jeno ?' dalam perangkat tubuhnya, pasti tuan bip bip bip sudah memasukan data tentang orang itu. Semua data orang yang berhubungan dengan Anna sudah ada dalam perangkat Jeffrey, yang sekarang ataupun yang akan datang.
'Lee Jeno, pacar terakhir Anna,' Batin Jeffrey begitu menemukan datanya.
"Jika dia marah pada non---mu, maka aku akan menghaj---"
"Jika kau berani menghajar Jeno, aku akan mengusirmu dari sini," Sela Anna.
'Datanya benar, Anna sangat mencintai Lee Jeno,' Batin Jeffrey.
Seketika Jeffrey lupa tentang hantu di Kamarnya.
•••
"Hyung, kau belum tidur ?" Tanya Jisung begitu melihat Jeno---kakaknya sedang duduk di sofa sambil memangku laptop.
Remaja bertubuh tinggi itu niatnya ingin mengambil segelas air minum di Dapur, tapi dia malah menemukan kakaknya terduduk di Ruang keluarga.
"Aku masih mengerjakan latihan soal," Jawab Jeno sambil menoleh ke arah Jisung.
"Rajin sekali, hyung jangan terlalu memaksakan diri, hyung harus istirahat," Ucap Jisung mengingatkan.
"Sebentar lagi aku akan tidur," Jawab Jeno.
Setelah itu Jisung pergi ke Dapur, meninggalkan Jeno dengan laptopnya.
Mata Jeno terlihat lelah, kacamata yang bertengger di hidungnya sudah berkali-kali merosot karena dia beberapa kali menunduk akibat rasa kantuknya.
Universitas yang diinginkan ayahnya tidak main-main, jadi Jeno harus mempersiapkan semuanya dengan sebaik mungkin, dia tidak mau mengecewakan ayahnya.
Ayahnya sudah merawat dia dan adiknya sendirian sejak sang ibu meninggal karena melahirkan Jisung, bekerja siang malam sampai jarang berada di Rumah, itu semua demi kehidupan Jeno dan Jisung yang lebih baik.
Tap.
Jeno menutup laptopnya, dia melepas kacamata kemudian memijat pangkal hidungnya sebentar sambil memejamkan mata, kepalanya terasa pusing sekali.
Jeno menghela nafasnya gusar, jam sudah menunjukan pukul 3 pagi dan dia belum tidur sama sekali.
"Jangan tidur di sofa hyung," Ucap Jisung yang baru kembali dari Dapur.
"Iya," Jeno berdiri sambil membawa laptopnya, dia kemudian berjalan mengikuti Jisung menuju Kamar.
Syukurlah Jeno masih memiliki Jisung yang selalu ada untuknya, tidak bisa dibayangkan jika Jeno benar-benar sendirian di Rumah ini, hidupnya akan terasa sangat dingin.
"Appa masih di Indonesia ?" Tanya Jisung.
Jeno mengangguk, "Iya, katanya baru pulang lusa."
•••
Jeffrey tidur di Kamar Anna.
Semalam mereka memeriksa hantu di Kamar tamu, dan ternyata benar. Ada hantu berbentuk kucing yang bernama Popo.
Anna langsung mengomel pada Jeffrey panjang lebar karena robot itu sudah membuatnya panik, berakhir dengan Jeffrey meminta maaf dengan cara yang menggemaskan.
Anna heran, sebenarnya robot ini benar dikirim untuk melindunginya atau bukan.
Jadi pada akhirnya Jeffrey memaksa untuk tidur di Kamar Anna, dia akan tidur di sofa katanya.
Dan di minggu pagi yang cerah ini Jeffrey bangun dengan penuh semangat, biasanya setiap hari minggu dia dan Mark akan pergi bermain basket di sekitar Sungai Han.
Kebiasaan bangun paginya menempel sampai sekarang.
"Nona, sudah pagi," Ucap Jeffrey sambil menepuk pundak Anna pelan.
"Hm, jangan terlalu pedas," Anna berbalik sambil mengigau.
Jeffrey memutuskan untuk berhenti membangunkan Anna, sepertinya gadis itu masih betah membeli makanan dalam alam mimpinya.
Jadi Jeffrey pergi ke Dapur untuk menyiapkan sarapan, sebelum itu Jeffrey menyempatkan diri melakukan peregangan di halaman belakang.
Robot juga butuh peregangan supaya sirkulasi mesin-mesinnya tetap berjalan lancar.
"Annyeong Popo," Sapa Jeffrey saat kucing bertubuh gembul itu menghampirinya di Dapur.
"Semalam kau bertemu hantu tidak ?" Tanya Jeffrey pada Popo, yang sudah jelas tidak akan dijawab oleh Popo, kucing itu malah sibuk menjilati tubuhnya.
Jeffrey terkekeh menyadari tingkah anehnya sendiri, dia mulai mengeluarkan bahan-bahan masakan, pagi ini dia akan memasak sosis dan telur mata sapi untuk Anna.
Clek.
"Anna ?"
Jeffrey menghentikan aktivitas masaknya begitu mendengar seseorang masuk dan memanggil Anna, dia memilih bersembunyi di balik dinding Dapur untuk melihat siapa yang datang karena suaranya tidak seperti suara Yuta ataupun Johnny yang sudah dia kenali.
"Siapa itu ?" Gumam Jeffrey, dia berusaha mencari data tentang orang yang sedang berjalan menaiki tangga.
Karena orang itu masuk Rumah dan memanggil nama Anna, perkiraan pertama dia adalah keluarga Anna, perkiraan kedua dia adalah teman Anna, perkiraan ketiga dia adalah musuh yang dendam pada Anna---oke yang ini terlalu berlebihan.
Clek.
Jeffrey mendengar suara pintu Kamar terbuka.
"Aaaaaaaa !" Teriakan Anna langsung membuat Jeffrey membelalakan matanya, dia langsung berlari menuju Kamar Anna.