Chereads / 30 Days In December | Jaehyun / Chapter 3 - Terlambat

Chapter 3 - Terlambat

Anna turun dari kasurnya, dia berdiri menghadap Jeffrey yang sekarang ikut berdiri.

"Nona ternyata tidak setinggi yang tuan bip bip bip katakan," Gumam Jeffrey, sontak Anna melotot mendengar ucapan robot tersebut.

"Ya ! Aku mendengar apa yang kau ucapkan," Anna mendengus sebal, bisa-bisanya dia dibilang pendek oleh robot seperti ini.

"Jeongsonghamnida, nona," Jeffrey menunduk untuk meminta maaf.

"Kau tidak boleh tinggal disini," Ucap Anna tegas.

"T--tapi nona..." Jeffrey kelihatan panik.

"Aku tidak mengenalmu," Lanjut Anna, dia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ya...biarpun kau kelihatan seperti orang baik-baik sih, kau tetap tidak bisa tinggal disini."

Jeffrey tiba-tiba menunduk penuh, "Saya berjanji tidak akan berbuat macam-macam nona, saya kesini hanya menjalankan tugas untuk menjaga nona," Ucapnya.

"Dan satu lagi, berhenti memanggilku 'nona'," Ucap Anna, seakan tidak menghiraukan ucapan Jeffrey.

Jeffrey berpikir keras, bagaimanapun caranya dia harus tinggal disini, di Rumah ini. Jika tidak, dia akan mendapat hukuman dari tuan bip bip bip.

Setelah berpikir cukup lama akhirnya Jeffrey teringat sesuatu, manusia menyukai uang, seingatnya tuan bip bip bip juga sangat suka benda dari kertas tersebut.

"Saya akan membayar biaya sewa," Ucap Jeffrey cepat.

Anna melotot kaget, "Memangnya robot memiliki uang ?" Tanya Anna meremehkan.

"Saya bisa bekerja untuk mendapatkan uang," Jawab Jeffrey yakin, ya apa sih yang tidak bisa robot canggih ini lakukan ?

Dalam keheningan yang terjadi antara Anna dan Jeffrey, terdengar suara mobil memasuki pekarangan Rumah. Anna berjalan menuju jendela dan melihat siapa yang datang.

"Ada siapa nona ?" Tanya Jeffrey yang sekarang berdiri di belakang Anna.

Anna menoleh ke belakang, "Kakak ku."

"Oh, Nakamoto Yuta ?"

Anna tampak terkejut, bagaimana Jeffrey tau nama kakaknya ?

Tiba-tiba Anna berlari keluar Kamar, "Nii-chan !" Teriak Anna sambil berlari.

Dengan cepat Anna berlari menuruni tangga, bertepatan dengan Yuta yang sampai di Ruang keluarga, "Kamu belum tidur ? Kenapa lari-lari begitu ?" Tanya Yuta heran.

Anna langsung memeluk Yuta dan bersembunyi di balik tubuhnya, "Ada orang asing di Kamarku."

Bohong jika Anna tidak panik saat melihat Jeffrey di hadapannya, sejauh ini Anna bersikap tenang untuk menghindari segala kemungkinan buruk yang mungkin terjadi.

Bisa saja Jeffrey melukai Anna yang berteriak minta tolong, atau mungkin membunuh Anna...siapa yang tahu.

Yuta si preman Kampus, dengan langkah berani dan wajah sangar berjalan menaiki tangga.

Semakin dekat ke pintu Kamar Anna, Yuta mengambil tongkat golf yang ada di dekatnya. Untuk berjaga-jaga jika orang asing itu bersenjata.

Brak.

Yuta mendobrak pintu Kamar milik Anna, dia menempatkan tongkat golf di depan tubuhnya sebagai bentuk siaga.

Tapi Kamar bernuansa biru ini tampak sepi, hanya ada Popo yang tidur di kasur kecilnya.

"Tidak ada apa-apa disini," Ucap Yuta sambil menurunkan tongkat golf.

Anna yang berada di luar Kamar langsung berjalan masuk, betapa terkejutnya dia begitu melihat Kamarnya kosong. Tidak ada tanda-tanda Jeffrey disini.

"T---tadi ada...." Lirih Anna, tubuhnya seketika merinding.

'Jangan bilang yang tadi itu hantu ?!' Batin Anna panik.

'Atau dia kabur lewat jendela ?' Batin Anna sambil memperhatikan sesisi Kamarnya.

"Hajiman---" Ucapan Anna terhenti begitu Yuta mengusap puncak kepalanya, "Mungkin hanya halusinasimu saja," Ucapnya.

"Tapi aku benar-benar melihat ada orang asing di Kamarku, dia bahkan berbicara padaku, dia juga---" Lagi-lagi ucapan Anna terhenti.

"Jangan terlalu banyak membaca novel fantasi, kamu jadi banyak berkhayal," Ucap Yuta.

"Dwaesseo," Anna menghela nafasnya, malas jika Yuta sudah menyalahkan hobinya membaca sebagai alasan dari segala hal buruk tentang Anna.

"Aku kembali untuk mengambil buku, jadi aku harus pergi lagi," Ucap Yuta sebelum keluar dari Kamar Anna.

"Hm," Jawab Anna yang sekarang sudah kembali ke dalam selimutnya.

Anna kelihatan tenang, tapi nyatanya sekarang banyak pertanyaan berputar dalam pikirannya.

'Tadi itu nyata kan ? Jeffrey itu ada ? Aku tidak berhalusinasi, aku yakin. Lalu kemana si robot itu pergi ?'

•••

Pagi rasanya datang lebih cepat, Anna baru saja memejamkan mata dan alarm sudah berbunyi. Sebenarnya bukan matahari yang datang terlalu cepat, hanya saja Anna yang tidur terlalu malam----pagi.

Anna baru bisa tertidur pada pukul 4 pagi, gara-gara kejadian semalam dia dilanda rasa takut yang berlebihan.

Sesange sorijilo i love---click.

"Yoboseyo ?" Anna menyalakan loud speaker pada sambungan teleponnya, dia sedang menggosok gigi sekarang.

"Ya ! Choi Sonsaengnim sudah ada di Kelas, kau dimana ?" Tanya Ryujin panik.

Shin Ryujin, sahabat Anna sejak di taman kanak-kanak.

"Mwo ? Ini baru pukul 6 pagi," Anna buru-buru membersihkan sisa pasta gigi di mulutnya.

"Untuk apa aku di Sekolah sepagi itu ? Ini sudah jam 8 !" Pekik Ryujin.

Anna membasuh mukanya, "Tidak mungkin kau berteriak di Kelas Choi sonsaengnim," Ucap Anna santai.

"Choi sonsaengnim sedang mengambil lembar soal bersama ketua kelas, cepat ke....baik anak-anak kita mulai ujiannya," Anna membelalakan matanya begitu mendengar suara menggelegar milik Choi sonsaengnim.

Dia buru-buru memeriksa jam di ponselnya, dan benar saja ini sudah pukul 8, yang artinya Anna sudah terlambat pergi ke Sekolah.

Dengan cepat Anna mengganti pakaiannya, tidak ada waktu untuk mandi sekarang, yang terpenting sampai di Sekolah dan bisa ikut ujian matematika sebelum namanya dicoret oleh Choi sonsaengnim.

Clek.

Begitu Anna membuka pintu Kamar, sesosok pria dengan kemeja putih berdiri di hadapannya, "Selamat pagi, nona," Ucapnya sambil tersenyum.

"Ini halusinasi, ini halusinasi," Ucap Anna berulang kali sambil berjalan maju, namun tubuhnya malah menabrak tubuh pria di hadapannya.

Ya jelas saja, pria itu nyata ada disana dan bukan sekedar halusinasi.

"Nona, saya Jeffrey," Ucap pria itu.

Anna menghela nafasnya, "Terserah, aku harus pergi ke Sekolah," Ucapnya sambil berlalu meninggalkan Jeffrey.

Jeffrey tentu tak menyerah, dia segera mengejar Anna yang sudah hampir sampai di tangga, "Nona terlambat ?" Tanyanya sambil menyetarakan langkah dengan Anna.

"Berhenti mengikutiku," Ucap Anna ketus.

"Lagipula bagaimana kau ada disini ? Kemarin kau menghilang, ah sudahlah aku buru-buru," Anna membatalkan pertanyaannya, dia bergegas menuju pintu utama.

Namun, Jeffrey menahan tangan Anna. Sontak Anna menatap Jeffrey dengan tatapan marah, "Aku terlambat !" Pekik Anna.

Jeffrey malah tersenyum.

"Kau ini orang gila atau bagaimana sih ?!" Tanya Anna frustasi, "Atau jangan-jangan kau ini iblis ?!" Anna menunjuk wajah Jeffrey.

Jeffrey tampak terkejut, "Tidak ada iblis setampan saya, nona."

Ini kesekian kalinya Anna menghela nafas, "Terser---"

"Saya bisa membuat nona tidak terlambat," Ucap Jeffrey menyela.

"Jangan buang-buang waktuku, lepaskan," Ucap Anna sambil berusaha melepaskan tangannya dari Jeffrey.

"Saya ini robot dari tahun 2051, saya bisa melakukan apa saja. Jika saya berhasil membuat nona tidak terlambat, apa nona akan percaya ?" Tanya Jeffrey.

'Tak ada waktu untuk hal seperti ini Anna, cepat berangkat,' Batin Anna.

Tapi lain di hati, lain juga yang diucapkan, "Ya sudah cepat lakukan."

Jeffrey langsung menarik tangan Anna keluar Rumah, dia tampak menekan bagian bawah lengannya beberapa kali sampai sebuah kartu keluar dari bagian telapak tangannya. Mirip uang yang keluar dari mesin ATM.

Setelah itu Jeffrey menaruh kartu di atas tanah, dia tampak mengucapkan sesuatu kemudian kembali berdiri di samping Anna.

Hening.

"Bagus, sekarang aku semakin terlambat," Anna menghela nafasnya, lagi.

"Hm...kenapa ya ? Padahal biasanya mobil ini langsung muncul," Jeffrey tampak berpikir sambil mengusap dagunya.

"Sudahlah aku harus naik bus," Anna berjalan menuju gerbang.

Jeffrey masih terus berpikir, mencari dimana letak kesalahannya sampai mobil tidak bisa muncul dari kartu miliknya.

Ibaratkan muncul lampu di atas kepalanya, Jeffrey tersenyum sumringah saat berhasil menemukan jawabannya, "Nona belum memulai program saya," Ucap Jeffrey.

Anna menoleh dengan ekspresi heran, "Apa ?" Tanyanya malas.

"Ucapkan selamat datang."

Tak mau menghabiskan waktunya lagi, Anna segera mengucapkannya, "Selamat datang."

Hening lagi.

Anna menghela nafasnya lagi kemudian membuka pintu gerbang untuk berangkat sekolah.

"Nona, tunggu !" Pekik Jeffrey.

°°°°°°°°

Mianhe : Maaf (informal)

Ya ! : Hei

Micheosseo : Gila (Semacam umpatan)

Jeongsonghamnida : Maaf (formal)

Hajiman : Tapi

Dwaesseo : Sudah ; lupakan saja

Sonsaengnim : Guru

Yoboseyo : Halo ? (via telepon)

Nii-chan : Kakak (bhs. Jepang)

Aniyo : Tidak ; bukan

Ne : Iya

Gochujang : Pasta cabai korea

Kimbab : Korean sushi roll

Wae : Kenapa

Mwo : Apa

Hyung : Kakak laki-laki (Untuk laki-laki)

Appa : Ayah

Gwaenchana : Baik-baik saja (Untuk menanyakan keadaan ataupun menjawabnya)