Setelah Devan pergi kini Seina menuju ke kamar nya. Kamar yang menurutnya sangat bagus jauh lebih baik dari kamarnya di kampung. Namun entah kenapa Seina merasa asing dan tak nyaman di rumah baru tersebut. Devan sudah terlalu baik kepadanya dia jadi merasa tak nyaman dan tak enak sendiri dengan sikap baik Devan. Entah pria itu memang benar-benar baik atau hanya sebuah pencitraan demi karirnya saja.
"Seina.. Apakah kau masih berberes?" Ilham membuka sedikit pintu kamar Seina memastikan sahabatnya itu masih terjaga."
"Ya. Aku masih merapikan baju-bajuku." ujar Seina sambil menata pakaiannyA dari koper kedalam sebuah lemari kaca. "Ada apa? Kau butuh sesuatu?"
"Sebenarnya apa hubunganmu dengan Devan yang sebenarnya?" Ilham beranjak masuk tanpa meminta ijin terlebih dahulu.
Deg..
Seina tak menyangka Ilham akan menanyakan masalah seperti ini. "Memangnya kenapa kau tanya seperti itu, ham?"
"Aku hanya merasa aneh saja. Aku merasa semuanya terlalu cepat dan Devan seolah terlalu baik. Aku yakin sepertinya dia punya niat terselubung dibalik semua kebaikannya ini."
"Devan memang orang yang baik. Jangan berpikiran negatif dulu. Buktinya dia mempercayai mu untuk menjagaku kan? kalau dia memang punya maksud tidak baik bukankah dia bisa saja membuat rencana lain yang akan merugikan ku? Nyatanya dia mempercayakan posisi manager padamu yang merupakan sahabatku sendiri. Karena apa? Karena dia berpikir semua demi kenyamanan dan kepentingan ku." ujar Seina mencoba membuat sahabatnya mengerti.
"Ya kau benar. Tapi aku masih merasa ada hal aneh yang pria itu sembunyikan."
"Sudahlah. Lebih baik jangan terlalu berprasangka buruk." Ilham mencoba untuk memahami dia hanya mengangguk-angguk. "Aku mau mandi dulu bisa kau keluar?" punya Seina kepada Ilham. Pria itupun kini beranjak pergi dan kembali menutup pintu kamar Seina.
'Huft.. Mungkinkah Ilham curiga jika aku dan Devan memang tak ada perasaan satu sama lain? Mungkin kan Ilham menyadari jika hubunganku dengan Devan hanya di dasari oleh sebuah kompromi semata?'
Kini perasaan Seina jadi tak tenang dan tak nyaman. Ia memang senang jika Ilham yang merupakan sahabatnya menjadi managernya. Namun ia juga takut jika semua rahasianya dengan Devan akn terbongkar. Jika Ilham tau mungkin saja pria itu tak akan pernah memaafkan nya karena Ilham adalah tipe orang yang paling tak suka dengan kebohongan. Ilham adalah pria yang baim dan paling menjunjung tinggi sebuah kejujuran.
***
Devan sedang ada acara off air di salah satu acara yang di adalah oleh suatu perusahaan terkemuka di ibukota dimana ada beberapa artis dan penyanyi lain yang juga turut hadir untuk memeriahkan acara tersebut. Nama Devan yang kian melejit karena pemberitaan dirinya yang seolah penuh dengan konfrontasi membuatnya kian di buru para awak media.
Salah satu musisi yang juga turut hadir adalah Adiguna. Kini pria paruh baya yang masih eksis tersebut mulai mendekati Devan ia merasa penasaran akan sesuatu.
Adiguna sengaja duduk di samping bangku Devan dimana pria tersebut sedang mendapat riasan tipis di wajahnya sebelum tampil.
"Hai Devan?"
"Oh hai om.." melihat Adiguna mendekatinya Devan merasa jika pria tersebut punya maksud tertentu.
"Aku dengar kamu pacaran sama Seina ya?"
"Oh iya om. Hehehe. Kayaknya sih cinta lokasi." tukas Devan sambil merintis menampakkan deretan gigi putihnya.
"Kamu kemarin ketemu sama orang tuanya juga ya? Aku lihat kamu ke kampungnya Seina."
"Benar. Lumayan jauh dan kampung yang masih asri banget sih."
"Boleh Om minta alamatnya?"
"Hah? Buat apa ya om?" Devan mulai paham maksud tujuan Adiguna. Pria itu pasti ingin menemui ibu Seina.
"Om hanya ingin menawarkan pada Seina untuk Menyanyikan sebuah lagu baru yang baru saja om ciptakan. Dan om rasa karakter suara Seina sangat cocok untuk lagu tersebut."
"Tak perlu jauh-jauh ke kampung Om. Seina sekarang sudah tinggal di jakarta. Om mau alamatnya yang baru?"
"Oh..begitu ya." dari raut wajahnya jelas jika Adiguna merasa kecewa. "Ya boleh. Tentu saja. Jika memang begitu sepertinya akan lebih mudah menemuinya." pada akhirnya tentu saja Adiguna tak mampu mencari alasan lagi untuk pergi ke kampung karena alasannya adalah Seina, walau Devan tau betul jika yang Adiguna harapkan adalah Santi, ibu kandung Seina.
"Ini alamatnya om dan ini juga ada nomer telepon dari managernya." Devan mencatatkan alamat dan juga nomer telepon ilham pada sebuah kertas kecil dan menyerahkannya pada Adiguna.
"Baiklah terimakasih. Ngomong-ngomong bagaimana hubunganmu dengan Seina? Rasanya terlalu mendadak sedangkan sebelumnya kalian seperti tak ada hubungan apapun selain hanya sebatas jurk dan kontestan saja."
"Oh itu.. Sebenarnya saya sudah memendam rasa sejak dulu. Terlebih kita sering bertemu saat latihan vokal dan lama kelamaan benih-benih cinta itu tumbuh begitu saja." Devan sangat lancar menjawab pertanyaan tersebut seolah sudah ia pelajari dan ia dalami betul perannya sebagai pacar baru sekaligus pacar pura-pura seina.
Mendengar hal tersebut Adiguna hanya mampu mengangguk-angguk tentu saja ia mengerti karena ia juga pernah muda dan pernah. merasakan jatuh cinta.
"Lalu bagaimana dengan gosip yang menimpamu akhir-akhir ini?"
"Yang mana? Yang bilang jika aku gay? Hahaha. Mana mungkin hal itu terjadi. Nyatanya Seina saja masih mau denganku. Dan aku juga masih tertarik dengan perempuan kok." ujar Devan sambil tertawa. Menertawakan orang yang masih saja percaya dengan gosip-gosip itu. "Lama kelamaan berita itu juga akan hilang dengan sendirinya."
Setelah mendengar hal itu Adiguna mencoba untuk tersenyum, ia sebenarnya larut dalam pikirannya sendiri. Ia yang merasa penasaran akan siapa Seina. Dan mungkinkah Seina adalah anaknya membuat pikirannya melayang-layang.
"Maaf om Sebentar lagi saya tampil."
"Oh ya silahkan." Devan yang memang sudah di panggil karena gilirannya sudah tiba pun undur diri dan meninggalkan Adiguna sendirian yang masih termangu sambil memegangi secarik kertas kecil berisi alamat baru Seina.
Pikirannya kembali lagi pada adegan 22 tahun silam dimana ia yang datang kerumah sakit mencari Santi yang katanya baru saja melahirkan mengatakan jika anak hasil buah cinta mereka berdua telah meninggal. Dan saat itu juga Santi meminta Adiguna untuk menceraikannya.
Namun kini setelah melihat Santi yang merupakan ibu dari Seina membuat pikirannya kalut ia merasa jika saat itu Santi telah berbohong kepadanya. Tapi untuk apa? Untuk apa Santi sampai harus berbohong dan bilang jika anak mereka sudah meninggal. Padahal saat itu dia datang dengan niat tulus ingin kembali kepada Santi. Namun santi yang tampak frustasi menolaknya mentah-mentah karena sudah terlanjur sakit hati.
Melihat ekspresi Adiguna yang tampak kebingungan Devan yang beranjak pergi hanya tersenyum tipis. Entah apa yang sebenarnya Devan rencanakan yang jelas ia ingin Adiguna tau jika Seina adalah putrinya. Ia ingin menepati janjinya pada Seina untuk bisa menyatukannya dengan ayah kandungnya.
Bersambung..!