Chereads / Kompromi Cinta Sang Idola / Chapter 37 - Makanan jepang

Chapter 37 - Makanan jepang

"Sushi? Apakah yang makanannya mentah itu?" Ilham menyahut dan bergidik ngeri membayangkan makanan dengan bahan dasar daging mentah.

"Ya.. Tapi kalian tenang saja. Semua makanan yang ada di sini halal kok. Dan yang pasti enak. Kau belum pernah makan Sushi kan Seina?" Seina hanya menggeleng karena ia memang hanya pernah melihatnya di televisi namun belum pernah memakannya.

Pramusaji datang membawakan buku menu untuk Devan dan rombongannya. Ilham dan Seina yang hanya mengamatinya bingung harus memesan apa. Melihat hal itu Devan berinisiatif untuk memesan semua makanan yang ada agar seina dan Ilham bisa mencobanya.

"Masing-masing menu yang ada kami pesan tiga porsi ya mbak.." ucap Devan pada seorang pramusaji yang bersiap mencatat pesanan.

"Mas Devan yakin pesan semuanya?" tanya Seina yang heran melihat Devan memesan semua menu yang ada.

"Kalian sudah ada disini dan kalian harus mencobanya." Seina dan Ilham pun juga hanya bisa pasrah, lagi pula mereka di traktir oleh Devan jadi mau tak mau mereka harus menurut.

Rombongan Devan dan rombongan Adiguna ada di tempat yang sama mereka berjarak diantara dua sekat. Mereka tak bisa saling melihat keberadaan masing-masing karena kedua rombongan itu larut dalam pembicaraan mereka masing-masing.

Keluarga Adiguna yang heboh membahas tentang putri mereka yang bercerita banyak hal dalam kuliahnya di luar negeri, sementara Devan dan Seina yang juga membahas masalah sistem kontrak dan juga membahas untuk kontrak iklan selanjutnya.

Setelah cukup lama menunggu akhirnya beberapa pelayan datang membawakan beberapa nampan hasil pesanan Devan yang luar biasa banyaknya. Karena Devan memesan semua menu yang di tawarkan oleh restoran ini.

Seina dan Ilham hanya bisa tercengang melihat kini meja mereka sudah dipenuhi oleh banyak sekali makanan. Aneka macam sushi dengan bentuk dan warna yang sebagian mencolok. Ada juga mie ramen dalam mangkuk dengan porsi yang cukup besar. Seina dan ilham keduanya bahkan merasa kesulitan menelan Saliva nya melihat banyaknya hidangan di depan mereka, tak pernah terbayangkan bagi mereka untuk memakan semua makanan tersebut.

"Makanlah! Kalian harus Mencobanya semuanya." ujar Devan yang kini mulai makan. Ia mulai meraih sumpit dan memasukkan satu potong sushi kedalam mulutnya.

Seina mulai menirukan apa yang Devan lakukan. Sementara Ilham yang tak bisa memakai sumpit celingukan mencari adanya sendok ataupun garpu yang mungkin bisa ia gunakan untuk makan. Namun sayang yang tersedia hanyalah sumpit.

Apakah restoran disini tidak punya sendok?"

"Oh kau mau sendok? Biar aku minta pada pelayan." Devan beranjak dan hendak memanggil pelayan yang sedang mengantarkan makanan di sebelah. Setelah Devan keluar dari biliknya dan mengucapkan apa yang ia butuhkan pada pelayan ia baru menyadari jika ada seseorang yang ia kenal juga berada ditempat yang sama.

"Om Adiguna?" lirih Devan. Ia berpikir sejenak Adiguna dan Seina kini berada di tempat yang sama. Mungkin ia bisa mengatur sesuatu agar mereka bisa bertemu atau mungkin bicara bersama. Ia yakin Seina pasti akan senang.

Namun melihat keluarga Adiguna yang masih sibuk makan Devan tak ingin mengganggunya mungkin nanti setelah masing-masing dari mereka selesai dengan makanan mereka barulah ia akan mempertemukan Seina dengan Adiguna.

Pesanan yang sudah berderet di atas meja membuat Seina dan Ilham melongo. Devan kembali membawa sebuah sendok dan garpu untuk Ilham yang tak bisa memakai sumpit. Awalnya Seina mencoba dengan ragu-ragu sepotong sushi di depannya namun ternyata setelah mencobanya dan mengunyahnya Seina mendapati sebuah rasa yang unik yang baru pertama kali di rasakan nya.

Ilham yang mengamati Seina makan mencoba menerka-nerka apakah makanan itu memang enak? Tapi melihat ekspresi Seina, Ilham seolah tau jika makanan bernama Sushi itu sepertinya tak seburuk yang ia pikirkan.

"Gimana Sein? Enak gak?"

"Rasanya aneh sih. Tapi enak." Seina mengakui jika makanan asal jepang itu memang enak meskipun terasa asing di lidahnya. Namun Seina merasa jadi penasaran dan ingin memakannya lagi dan mencoba varian yang lainnya. Ada banyak sekali varian yang ada mulai dari sushi rol, nigiri, maki, uramaki dan temaki.

Ilham pun langsung ikut memakan sepotong sushi meskipun sudah mendapatkan sendok dan garpu tetap saja ilham merasa kesulitan karena ia merasa aneh jika Sushi di sendok. Pada akhirnya ia hanya memakai tangannya dan langsung melahap sepotong sushi yang di gulung lalu di potong tersebut. Pria itu mengunyahnya perlahan.

Sementara itu Devan dan Seina yang melihat Ilham menunggu jawaban atas rasa makanan tersebut.

"Gimana?" tanya Seina dan Devan berbarengan.

"Emm rasanya mirip arem-arem ya Sein? Tapi.. agak aneh. Tapi.. lumayan lah." mendengar jawaban ilham justru membuat Devan tertawa terbahak karena ilham justru membandingkannya dengan arem-arem makanan tradisional dengan kearifan lokal.

Devan sendiri juga melanjutkan acara makannya ia mencocol sushi dengan saus berwarna gelap dan sedikit cair. Ilham pun memperhatikannya, ilham melihat ada bermacam-macam saus yang disajikan ia meniru Devan dengan mencocolnya dengan saus Soyu. Dan ternyata ilham merasakan rasa enak di lidahnya. Pria itu makan kalap karena sensasi dari setiap sushi dan onigiri dengan bentuk dan topping yang berbeda ternyata punya rasa unik tersendiri dan punya kenikmatan yang berbeda.

Ilham yang kian penasaran mencoba satu persatu saus yang ada. Kini ia mencocol nigiri nya dengan saus wasabi dengan cukup banyak. Dan tentu saja seketika ekspresi wajahnya berubah mendapati rasa aneh di mulutnya terasa sangat pengar bahkan sampai ke hidung nya.

"Uh.. Apaan ini." ilham membuat ekspresi nyengir setelah memakan wasabi ia juga menjulurkan lidahnya karena merasa tak enak. "Rasanya gak enak banget."

"Ini namanya wasabi. Ada sensasi rasa pedas nya. Kalau di Indonesia ini sejenis sambal, rasanya memang agak pengar gitu. Makannya jangan banyak-banyak."

"Ya mana ku tau?" ilham mendesis, menyesal sudah mencoba wasabi

"Sudah lebih baik makan mie ramen saja. Kamu juga belum pernah mencobanya kan?" ujar Devan agar ilham tak heboh sendiri hanya gara-gara wasabi.

Sementara itu Sejna malah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi ilham apalagi melihat sahabatnya ith menggerutu kesal.

Devan yang melihat Seina tertawa merasa juga ikut tersenyum. Wajah Seina yang tertawa menampakkan suatu kebahagiaan. Dan Devan suka itu. Entah kenapa pria berkaca mata itu lebih suka melihat Seina tertawa bahagia dari pada menangis.

Merekapun akhirnya melanjutkan makan dan bahkan hampir menghabiskan semua menu yang tersaji. Perut mereka terasa penuh dan sangat kenyang. Devan mengajak Seina menuju kasir sementara ilham pergi ketoilet. Ternyata di dekat meja kasir mereka berpapasan dengan Adiguna.

"Oh kalian juga ada disini?" sapa musisi senior berkaca mata itu.

Bersambung..!