Seolah mendapatkan mainan baru, Anxia mengambil buku anak-anak yang sempat dibelikan Ling Meng untuk dibacakan untuk anaknya. Begitu melihat sampul buku yang sangat menarik perhatian, Anxia mengambil buku tersebut dan mulai membacanya dengan suara nyaring.
Dia membacanya sambil mengelus perutnya dengan lembut. Sesekali dia akan bertanya pada anaknya yang selalu dibalas dengan pergerakan kecil didalam perutnya.
Entah kenapa, tiap kali Anxia mengeluh ataupun marah-marah, anaknya tidak meresponnya sama sekali. Tapi disaat Anxia bertanya dan menceritakan hal-hal yang bagus, anaknya selalu meresponnya dengan pergerakan kecil. Kadang menendang, kadang seperti gerakan mengelus, hal-hal sekecil ini membuat hati Anxia menjadi… hangat?
Anxia belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, sehingga dia tidak mengerti arti perasaannya.
Biasanya Anxia selalu merasa bosan saat menunggu kepulangan Ling Meng yang entah belanja apa di luar sana, tapi hari itu Anxia sama sekali tidak merasa bosan. Dia terus-menerus membaca sambil mengajak anaknya berbicara.
Disaat perutnya berbunyi menuntut makanan, untuk pertama kalinya Anxia mengikuti cara Ling Meng membuat makanan sehat. Dia bahkan makan jenis sayuran yang tidak disukainya namun sangat bagus untuk pertumbuhan janinnya.
Hanya dalam sekejap semenjak dia tahu dia bisa berkomunikasi dengan anaknya, Anxia yang cuek dan tak peduli kini berubah menjadi seorang ibu yang baik. Ibu yang memikirkan kesehatan janinnya.
Tepat jam sepuluh pagi, terdengar suara pintu rumah terbuka menandakan Ling Meng telah kembali pulang dari acara belanjanya.
Anxia memekik senang dan langsung beranjak menyambut kepulangan sahabatnya. Hanya saja kali ini dia tidak berlari ataupun melompat seperti biasanya, tapi dia berjalan dengan normal dan tampak hati-hati dengan sekitarnya agar dia tidak terjatuh.
Yah, mengingat keseimbangan Anxia yang luar biasa bagus, tidak mungkin dia akan terjatuh walaupun dia berjalan asal-asalan.
Tapi kini dia sangat berhati-hati dalam berjalan, sehingga seratus bukan, seribu persen pasti dia tidak akan terjatuh.
"Meng Meng! Darimana saja kau? Aku sudah menunggumu."
Ling Meng membawa banyak kantong belanjaan berisi sayur, daging, serta beberapa pakaian bayi netral membuat Anxia mengernyit tidak suka.
Ling Meng mengira Anxia menjadi moody karena dia ketahuan membeli peralatan bayi tanpa sepengetahuan Anxia. Yah, wajar saja bila sahabatnya marah.
Biar bagaimanapun Anxia berencana akan meninggalkan anaknya di rumah sakit begitu melahirkan, sehingga mereka tidak perlu membeli peralatan bayi ataupun pakaian bayi.
Tapi Ling Meng tetap membelinya. Apalagi, wanita itu membeli dua macam pakaian! Yang satu untuk perempuan dengan warna pink yang imut sementara yang satu untuk lelaki dengan warna biru muda.
Jangan salahkan Ling Meng membeli dua macam, karena dia tidak tahu jenis kelamin calon bayi yang sedang bertumbuh didalam rahim sahabatnya. Anxia sendiripun menolak keras untuk memeriksakan jenis kelamin kandungannya.
'Untuk apa mencari tahu jenis kelaminnya? Toh, kita tidak akan membesarkannya.' Itulah jawaban sinis dari Anxia ketika Ling Meng bertanya apakah Anxia pernah merasa penasaran akan jenis kelaminnya.
"Apa ini?" pertanyaan Anxia dengan nada tidak suka mengguggah pikiran Ling Meng yang sedang melamun.
Padahal dia berpikir jam segini Anxia akan bermalas-malasan di tepi kolam renang, sehingga dia tidak perlu takut akan ketahuan membeli pakaian bayi. Tapi siapa yang menyangka, Anxia malah menyambut kepulangannya dengan begitu antusias.
Apakah terjadi sesuatu yang bagus pada sahabatnya sehingga sanggup tersenyum riang saat menyambutnya?
Yah, sebagus apapun itu, sudah pasti suasana hati Anxia kembali memburuk begitu mengetahui dia membeli beberapa perlengkapan bayi.
Dia mendesah pasrah dan terpaksa menjawabnya dengan jujur.
"Qiao Qiao, aku tidak sengaja masuk ke toko pakaian bayi dan aku tidak bisa menahan diri untuk membeli beberapa. Modelnya… ugh! Coba lihat sendiri, modelnya lucu-lucu."
"…" kening Anxia semakin mengernyit dan matanya tampak menunjukkan kejengkelan luar biasa. "Meng Meng, kau tega membuatku menunggu karena membeli baju anakku?? Kenapa kau tidak memberitahuku? Aku juga ingin ikut membeli pakaian untuk anakku."
"Qiao Qiao, aku tahu perasaanmu terhadap anakmu, tapi… Tunggu, tadi barusan apa yang kau bilang?" tampaknya Ling Meng masih belum sadar bahwa sahabatnya barusan mengatakan nama janin didalam rahimnya sebagai anaknya dan bukannya sebagai janin sepertu biasa.
"Tidak ada waktu lagi. Aku sudah tidak sabar. Meng Meng temani aku ke dokter kandungan."
Anxia segera mengambil barang-barang belanjaan Ling Meng dan meletakkannya dengan asal-asalan di kuris sofa. Lalu dia menarik tangan Ling Meng kembali menuju keluar namun pergerakannya ditahan oleh Ling Meng.
"Qiao Qiao, kau masih ingin melakukannya?"
"Ah?"
"Dengar, ada yang bilang melakukannya di kehamilan masa tua akan terasa lebih sakit daripada melakukannya di awal kehamilan. Jadi, urungkan niatanmu."
"Apa yang sedang kau bicarakan?"
"Jangan menggugurkan janinmu, hm?"
Anxia mendelik kearah sahabatnya dengan terkejut. Astaga! Ling Meng mengira dia mengajaknya ke dokter kandungan untuk menggugurkan janinnya?
"Aku tidak berencana melakukannya. Aku hanya ingin bertemu dengan anakku."
"Ah?" kali ini Ling Meng yang tidak mengerti akan kalimat sahabatnya.
Anak siapa? Memangnya sebelum ini Anxia sudah memiliki anak?
Tampaknya otak Ling Meng tiba-tiba mengecil menjadi idiot dan sama sekali tidak berpikir anak yang dimaksud sahabatnya adalah anak yang sedang dikandungnya.
"Meng Meng, aku ingin tahu jenis kelamin calon anakku. Baru setelah itu kita bisa pergi belanja membelikan baju serta perlengkapan anakku dengan benar. Kenapa kau memandangku seperti itu?"
Saat ini kedua mata Ling Meng melebar serta mulut terbuka lebar hingga mungkin sebuah apel bisa masuk langsung menembus ke sela-sela giginya.
Anxia sudah semakin tidak sabar dan merasa jengkel karena sahabatnya yang tiba-tiba menjadi idiot ini terus menunda waktu membuatnya hampir kehabisan kesabaran.
Anxia mengatupkan rahang bawah sahabatnya dengan jengkel. "Kau mau menemaniku atau tidak? Kalau tidak aku akan meninggalkanmu. Hmph!" Anxia langsung berbalik dan berjalan dengan langkah lebar. Namun dia memperkecil langkahnya saat ingat dia sedang mengandung anaknya.
Hati-hati, jangan sampai terjatuh. Anxia mengingatkan dirinya sendiri yang sebenarnya sangat konyol.
Selama ini saja saat dia bergerak dengan asal-asalan tidak pernah terjatuh karena refleknya yang sangat bagus serta keseimbangan yang sempurna, entah kenapa sekarang dia malah jauh lebih berhati-hati padahal refleks serta keseimbangannya sudah sangat bagus.
Sementara itu Ling Meng yang baru saja selesai mencerna semua kalimat Anxia dari awal hingga akhir langsung menepuk kedua pipinya dengan keras.
"Bukan mimpi?" Ling Meng menyungging senyum senang yang sangat lebar lalu berteriak memanggil sahabatnya, "Qiao Qiao! Tunggu aku!"