Oek! Oek!
Akhirnya! Setelah menghabiskan berjam-jam penderitaan… bagi Anxia terasa seperti telah menderita selama berbulan-bulan, akhirnya Anxia bisa bertemu dengan putrinya.
Hanya saja, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, maksudnya… sepanjang ingatannya, Anxia mengalami kelelahan berlebihan. Dia jatuh tertidur tanpa sempat melihat seperti apa bayinya.
Sementara itu, Ling Meng serta Evgen yang menunggu di luar didatangi seorang perawat yang memberitahu mereka bahwa bayi Anxia telah dipindahkan ke ruang steril khusus bayi.
Mereka bisa melihat bayi tersebut melalui jendela transparan yang ada di ujung koridor.
Sebelum melihat bayi Anxia, Ling Meng menanyakan kondisi sahabatnya saat ini dan sangat terkejut saat mendengar bahwa Anxia telah pingsan karena terlalu lelah.
Yah, pada dasarnya stamina gadis itu memang tidak sebesar para asasin lainnya, sehingga Anxia lebih memilih menyelesaikan misinya dengan cepat setelah merencanakan strategi yang efisien tanpa harus menggunakan energi fisiknya.
Jadi tidak heran kalau Anxia akan merasa lelah apalagi sehabis melahirkan yang menguras hampir seluruh energinya.
Hanya saja dia sama sekali tidak menyangka Anxia akan pingsan begitu saja. Biasanya, tidak peduli seberapa dia lelah, sahabatnya itu tidak pernah jatuh pingsan dan kelopak matanya tetap terbuka.
Mau tidak mau Ling Meng mengulas senyum tipis menyadari ternyata dibalik topeng penuh tekat dan ekspresi kuat dari wajah Anxia, ada sisi lemah didalamnya.
"Hei, kau tidak mau melihat bayinya? Aku dengar dari para suster mereka bilang bayi yang baru lahir ini sangat cantik."
"Tentu saja dia cantik, dia adalah putri Qiao Qiao." Evgen geleng-geleng kepala pasrah mendengar nada yang terkesan bangga pada suara gadis yang berjalan di sebelahnya.
Kemudian keduanya berjalan menyusuri koridor untuk melihat seperti apa bayi Anxia yang baru lahir ke dunia ini.
Mereka mengintip dari jendela kaca tanpa pintu mencari bayi Anxia di antara enam bayi lainnya yang juga lahir beberapa jam sebelumnya. Begitu mereka menemukan nama Qiao Anxia di ranjang bayi, mereka langsung mengalihkan pandangan mereka untuk melihat bayi tersebut.
Keduanya sama-sama terkesiap saat melihat wajah bayi yang saat ini tengah tertidur.
Kulit putih yang halus, bulu mata yang lentik, hidung yang tajam nan elegan, serta warna rambutnya bewarna coklat kemerahan sungguh berhasil mencuri napas mereka.
Terlebih dari itu semua, segi bentuk wajah serta proporsional rona muka bayi itu, sama sekali tidak mencerminkan bayi itu merupakan anak Tionghua, tapi lebih kearah… eropa??
"Apa suster tidak salah meletakkan bayi?"
Ling Meng mengernyitkan kening mendengar pertanyaan ini dari mulut temannya. "Kupikir dokter yang menangani Qiao Qiao adalah dokter kepercayaanmu?"
"Aku bilang suster, bukan dokter. Bisa saja, ada suster yang mengantuk sehingga tertukar dengan bayi lain."
Ling Meng tidak mengiyakan ataupun membantah kalimat temannya. Dia mengembalikan pandangannya kembali ke ruangan bayi tersebut dan mencari-cari bayi lainnya yang sekiranya memiliki wajah Asia.
Tapi… tidak ada. Rata-rata bayi disana memiliki ciri khas wajah Rusia dan tidak ada bayi berambut hitam. Rata-rata rambut bayi tersebut bewarna coklat terang atau merah gelap.
Evgen juga berpikiran sama dengan Ling Meng saat menyadari tidak ada bayi yang menunjukkan ciri khas orang Asia. Mereka saling memandang dengan tatapan bingung dan dalam diam keduanya sepakat, bahwa bayi Anxia lebih mewarisi gen sang ayah bayi.
"Harus kuakui, anak ini adalah bayi tercantik yang pernah kulihat. Aku penasaran siapa ayah kandungnya."
"Hm. Aku juga. Tapi dia tidak pernah memberitahuku. Lagipula dia juga sudah mati, jadi kita tidak perlu membicarakannya."
Giliran Evgen yang mengernyit mendengar pernyataan ini. "Temanmu membunuhnya? Yang benar?"
Ling Meng tidak menjawab tapi tetap mengagumi kecantikan unik yang dimiliki putri dari sahabatnya.
Untuk kesekian kalinya, Evgen menggeleng kepala menghadapi kesadisan yang dimiliki Qiao Anxia. Untungnya dia adalah seorang gay. Jadi dia tidak perlu takut akan terlibat hubungan romansa dengan gadis menakutkan seperti Anxia.
Beberapa jam kemudian, Anxia terbangun dari tidurnya dan segera mencari sosok putrinya. Anxia merasakan sakit pada bagian bawah perutnya saat dia mencoba untuk bangun, tapi dia tidak peduli.
Sakit seperti ini tidak sebesar saat dia melahirkan ataupun saat terkena luka tembak. Karena itu dia tetap nekat bangun dan berusaha turun dari ranjangnya.
Untungnya pintu kamar inapnya segera dibuka tepat saat Anxia menurunkan kedua kakinya. Ling Meng menghela napas saat melihat ketekatan bulat pada sinar mata Anxia. Dia tahu sahabatnya ini pasti tidak akan memikirkan kesehatannya sebelum dia menemui bayi mungilnya.
Ling Meng memang merasa lega dan senang akhirnya Anxia bisa menyayangi putrinya, tapi sungguh… dia tidak mengharapkan Anxia akan membuang kesehatannya sendiri hanya demi untuk bertemu putrinya.
Lagipula, bayi perempuannya tidak akan pergi kemana-mana selama ada Ling Meng dan Evgen di rumah sakit ini. Sehingga Anxia bisa fokus memulihkan diri terlebih dulu dan tidak perlu mengkhawatirkan putrinya.
Tapi Ling Meng tidak memarahi sahabatnya dan membantunya untuk berjalan keluar agar sahabatnya bisa menemui anaknya untuk pertama kali.
Ling Meng memang belum pernah melahirkan sebelumnya. Dia juga tidak tahu bagaimana rasanya saat mengandung. Tapi dia tahu, naluri keibuan pada diri sahabatnya sangat kuat sehingga dia tidak akan bisa mencegah sang ibu untuk menemui putrinya.
"Dokter bilang kulit putrimu bewarna kuning karena golongan darahnya berbeda denganmu. Dia membawa antibody tertentu darimu sehingga produksi bilirubinnya meningkat. Itu sebabnya kulitnya menguning."
"Apakah dia baik-baik saja?"
"Dia akan baik-baik saja. Dokter sudah memberinya suntikan untuk menghancurkan antibody tersebut. Tapi untuk saat ini akan ada baiknya jika dia ditempatkan di ruang steril khusus bayi. Kau tidak perlu khawatir."
Anxia mendesah lega mendengar penjelasan sahabatnya. Dia tidak begitu mengerti mengenai istilah bilirubin atau penyebab kulit bayinya yang menguning. Tapi saat dia mendengar bahwa putrinya baik-baik saja, barulah dia bisa bernapas lega.
Melihat Anxia yang tadinya tampak khawatir dan panik kini bisa bernapas lega membuat Ling Meng menjadi gelisah. Anehnya, dia tidak tahu mengapa dia gelisah? Dia merasa dia telah melakukan sebuah kesalahan dan dia tidak tahu kesalahan apa yang dia lakukan.
Begitu tiba di depan jendela kaca yang membatasi ruang antara Anxia serta ruang bayi yang steril, Anxia menyentuh jendela kaca tersebut dengan kedua tangannya. Dia merasa bingung kenapa anaknya memiliki warna rambut yang sangat berbeda darinya, namun itu semua tidak penting.
Saat ini didalam matanya, bayi mungilnya adalah hal terindah yang pernah dia terima seumur hidupnya.
Lain dengan Anxia yang merasa terharu dan jatuh hati pada putrinya, Ling Meng menjadi pucat menyadari kesalahan apa yang telah dilakukannya! Dia baru menyadarinya saat melihat tatapan lembut penuh kasih serta senyuman bahagia yang tersungging pada wajah sahabatnya.
Dia sangat mengenal betul arti sinar mata yang dipenuhi ketekatan itu. Anxia akan melakukan apapun untuk melindungi serta membahagiakan putrinya!
Entah kenapa dia merasa… kedepannya, anak ini akan menjadi kelemahan terbesar Qiao Anxia.
Sepertinya dia harus turut mendidik anak itu dengan berbagai macam kode rahasia dan mengajarinya untuk berakting agar suatu saat nanti, anak ini bisa terhindar dari bahaya dengan mengerti kode rahasia mereka.
Dia berharap tidak akan ada yang berhasil memanfaatkan bayi polos ini untuk mengendalikan Anxia suatu saat nanti.