Sesuai permintaan Anxia, Ling Meng menghubungi dokter kandungan yang selama ini memeriksa kondisi kehamilan Anxia.
Selama ini dokter tersebut yang datang kerumah dan bukan sebaliknya. Namun kini justru Anxia yang ingin berinsiatif datang ke tempat kerja dokter tersebut.
Hanya saja, karena mereka tidak ingin mengambil resiko dengan wajah mereka tertangkap kamera, Anxia serta Ling Meng masuk ke rumah sakit melalui jalan belakang.
Ada jalan khusus dimana hanya ada satu atau dua kamera saja dan Ling Meng bisa meretasnya dengan membekukan rekaman kamera tersebut.
Begitu masuk ke dalam ruangan dokter, Ling Meng langsung mengatakan tujuan mereka datang dan sang dokter dengan senang hati melayani mereka.
Sang dokter menyuruh Anxia berbaring di kursi panjang khusus untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi atau biasa disebut dengan USG.
Dengan patuh Anxia membuka kaos panjang serta lebar khusus ibu hamil menunjukkan perutnya yang besar. Kemudian sang dokter menempelkan sebuah alat kepada perut Anxia membuat kulitnya terasa geli.
Tidak lama kemudian, sang dokter menunjukkan pada Anxia melalui sebuah monitor besar disebelahnya. Dia melihat seperti sebuah bayi miniatur pada layar monitor tersebut. Bayi tersebut meringkuk seperti bola membuat Anxia bertanya-tanya, bagaimana mungkin seorang bayi kecil seperti itu bisa bertahan hidup didalam perutnya?
"Aku sudah bisa melihat jenis kelaminnya. Apakah kalian ingin mengetahuinya?" pertanyaan sang dokter langsung diangguki semangat oleh Anxia serta Ling Meng. "Kau akan melahirkan anak perempuan."
"Anak perempuan?! Astaga, kita akan kedatangan anak perempuan lagi!"
Sepasang bibir Anxia mengerucut karena tampaknya sahabatnya yang lebih bersemangat menyambut kelahiran putrinya. Buktinya, gadis itu yang terlebih duluan berseru kegirangan.
Walaupun ekspresinya tampak cemberut, tapi dalam hatinya Anxia merasa senang akan memiliki seorang anak perempuan. Setidaknya, dia tidak perlu khawatir kalau dia akan melihat wajah pria itu pada anaknya.
Biasanya kan wajah anak perempuan mirip dengan sang ibu daripada ayahnya kan?
Sayangnya… harapan Anxia sama sekali tak terkabulkan karena putrinya jauh lebih mirip dengan ayahnya daripada dirinya.
Setelah selesai mendapatkan pesan serta nasihat apa-apa saja yang harus dilakukan Anxia untuk menjaga kesehatan pertumbuhan janinnya, mereka berdua berbelanja mencari pakaian bayi perempuan di beberapa toko butik.
Karena mereka sudah tidak lagi bekerja dibawah master Yu, mereka hanya bekerja sebagai infroman bayaran atau mata-mata dari klien mereka. Bayarannya lumayan untuk mencukupi kehidupan mereka, tapi tidak sebesar saat bekerja sebagai pembunuh bayaran master Yu.
Itu sebabnya mereka mulai berhemat dan lebih bijaksana dalam mengatur keuangan mereka.
Apalagi kini, Anxia memutuskan untuk merawat sendiri putrinya, sehingga pengeluaran ke depannya pasti akan jauh lebih besar.
Namun untuk saat ini, Anxia tidak keberatan untuk boros sedikit. Dia ingin menebus semua kelakuannya yang cuek terhadap putrinya dan ingin memanjakan calon anak perempuannya.
Semenjak hari itu, Anxia tidak pernah sekalipun mengomel saat Ling Meng membuatkannya jus sayuran sehat serta masakan sup ikan yang yang tidak disukainya.
Dia bahkan lebih sering mendengarkan lagu klasik atau lagu instrument yang syahdu membuat hatinya merasa tenang. Dia juga membaca buku-buku positif diselingi dengan buku anak-anak yang dipenuhi dengan gambar serta warna.
Dan seperti biasa, tiap kali Anxia mengajak putrinya bicara, pasti ada sundulan kecil dari dalam rahimnya. Sepertinya putrinya ini sangat suka mendengar suara ibunya, dan terlebih suka lagi saat Anxia mengajaknya bicara.
Beberapa bulan kemudian, tiba waktunya Anxia untuk melahirkan. Semenjak Anxia bangun dari tidur siangnya, bagian perut Anxia mulai terasa sakit dan membuatnya tidak nyaman.
"Meng Meng!! AAAA!" tiba-tiba saja, rasa sakit yang luar biasa menyerang perutnya. Ini mengingatkannya saat dia mengalami kram pada masa menstruasi, tapi sakit ini… berkali lipat lebih menyakitkan.
Ugh! Padahal dia tahan sakit, bahkan saat mengalami kram perut di masa haidnya, dia juga masih bisa bertahan. Mengapa yang ini dia tidak bisa tahan?
"Ada apa? Kenapa?"
"Sepertinya, kontraksiku mulai jalan!"
Mendengar jawaban sahabatnya, Ling Meng langsung menghubungi dokter kandungan Anxia dan memanggil temannya untuk membantunya menggendong Anxia kedalam mobil.
Untung saja, jalanan sore itu sedang sepi karena belum waktunya orang-orang pulang kerja sehingga Anxia tiba di rumah sakit tepat waktu.
Meskipun Ling Meng panik dan mengkhawatirkan kondisi sahabatnya, dia masih bisa berpikir jernih. Sebelum mereka tiba di rumah sakit, Ling Meng telah mematikan semua kamera yang ada di rumah sakit ini.
Kemudian dia membawa Anxia melalui jalan belakang yang langsung disambut oleh sang dokter. Ling Meng beserta kenalannya, Evgen, seorang chef yang bekerja di restoran berbintang, menemani Anxia yang kini sudah tidak merasa kesakitan.
Sepertinya yang barusan adalah kontraksi pertama bagi Anxia dan mereka masih harus menunggu beberapa kontraksi berikutnya sebelum Anxia benar-benar melahirkan.
Mendengar bahwa dia akan mengalami rasa sakit lagi, dan akan semakin berat dan lebih sakit dari sebelumnya, Anxia menggigit bibir dengan keras.
"Qiao Qiao, kau akan baik-baik saja. Aku akan disini menemanimu. Hm?"
Evgen mengangkat sebelah alisnya merasa heran saat mendengar kalimat dari Ling Meng.
Dalam kondisi normal, seharusnya yang menghibur dan memberi dukungan seorang ibu hamil, adalah suaminya wanita itu. Tapi bukannya suami, tapi malah sahabatnya yang menemani masa-masa sulit untuk melahirkan.
Dimana suami Qiao Anxia? Ah, lebih tepatnya, dimana orang yang telah menghamili Qiao Anxia?
Evgen tahu bahwa Anxia adalah pembunuh bayaran sedangkan Ling Meng adalah seorang hacker sekaligus mata-mata dari Luen group. Jadi dia menduga Anxia berhubungan dengan seseorang satu malam dan tidak ingin melanjutkan ke hubungan yang lebih serius.
Yah, itu bukan urusannya. Karena Evgen tidak tertarik untuk terlibat hal-hal yang mengandung kekerasan.
Dia hanya kebetulan bertemu dan berteman dengan Ling Meng disaat gadis itu mendapat misi di kota Moscow. Ling Meng memang merahasiakan pekerjaannya diawal pertemuan mereka, namun kini mereka saling terbuka dan mempercayai satu sama lain.
Meskipun begitu, mereka sama sekali tidak memiliki hubungan khusus. Tidak ada perasaan cinta diantara mereka, melainkan murni sebagai teman karena Evgen sebenarnya adalah… gay.
Beberapa jam kemudian…
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!"
Anxia tidak henti-hentinya berteriak karena kini dia berada di ruang persalinan dan tengah melahirkan putrinya.
Hanya saja, dia sama sekali tidak menyangka rasa sakitnya akan sebesar ini.
'Richard brengsek! Aku akan membunuhmu kalau kita bertemu lagi!!'